Untuk beberapa saat, timbul sebersit harapan di dalam hati Fourth. Harapan semu seperti mengharapkan bulan terbelah dua. Hal ini bermula dari telepon yang ia terima dari seseorang dari pihak asuransinya. Mereka bilang pengajuannya untuk premi pengobatan kankernya disetujui dan bukan hanya itu, mereka akan membayar penuh semua pengobatan yang akan ia lakukan. Hal itu berarti ia bisa mendapatkan kemoterapi tanpa harus pusing memikirkan biayanya.
Tadinya Fourth tidak menduga bahwa ia bisa melalui 7 bulan kehamilannya. Ia kira umurnya tidak akan selama itu. Karena itulah, semua bujukan dokter kandungannya yang memintanya untuk melakukan kemoterapi juga, tidak ia hiraukan selain tentunya karena terbentur masalah biaya. Mae Phan sebenarnya menawarkan untuk membantu biaya pengobatannya, tapi Fourth cukup tahu diri untuk tidak merepotkan wanita tua itu lebih jauh. Diberi atap untuk berteduh saja sudah cukup.
Memasuki bulan ke 8, Fourth akhirnya harus tinggal di rumah sakit. Perut yang makin besar, dan kemoterapi dua kali seminggu menguras habis tenaganya. Ia merasa lebih sering tidur daripada terjaga. Semua terlihat berjalan lancar hingga merasakan rasa sakit yang luar biasa dari perutnya.
Fourth merasakan kepanikan melanda dirinya. Ia baru masuk di usia 8 bulan 2 minggu. Masih perlu tiga minggu lagi hingga hari perkiraan lahir. Fourth menekan tombol darurat untuk memanggil perawat dan setelah itu semua terjadi begitu cepat seperti mimpi.
***
Gemini sedang duduk terpekur di balik meja kerjanya. Tumpukan berkas yang harus ia periksa semakin tinggi dari hari ke hari tapi ia bahkan tidak sanggup untuk membuka halaman paling atas. Lamunannya pecah ketika pintu ruangannya kembali diketuk dan kali ini pengacaranya yang datang.
Gemini memandang pria itu sesaat sebelum kembali menatap keluar jendela dengan pandangan kosong. Tanpa menunggu kata apapun terucap dari bibir Gemini, pengacaranya duduk di sofa sebrang meja kerjanya dan langsung mengabarkan berita yang ia bawa.
"Pengadilan sudah menentukan tanggal sidang perceraiannya. Kau mau hadir?"
Keheningan menyelimuti ruangan itu cukup lama sebelum akhirnya Gemini menjawab pertanyaan itu.
"Tidak. Kau saja yang hadir. Aku hanya mau tahu kalau proses perceraian ini sudah selesai. Selebihnya anggap saja aku menyetujui semuanya kecuali permintaan pembagian harta bersama."
Pengacara itu menganggukkan kepalanya dan melirik bosnya yang masih lebih asyik menatap langit di kejauhan daripada memerhatikannya itu. Bertanya-tanya apa yang begitu mengganjal di kepalanya saat ini.
"Aku ingin memastikan sekali lagi. Kau benar-benar yakin untuk menceraikan Prim Chanikarn Tangabodi?" Tanya pengacara itu.
Pertanyaan itu akhirnya mengalihkan perhatian Gemini. Kali ini pria itu menatap dengan penuh keseriusan pada sang pengacara.
"Ya. Aku yakin. Kau tidak perlu menanyakan hal yang sama berkali-kali."
Pengacaranya mengangkat kedua tangannya mengisyaratkan tanda perdamaian. "Pertanyaan itu hanya prosedur yang harus kulakukan. Nanti setelah sidang cerai selesai pun, aku masih harus menanyakan hal yang sama."
Gemini menatap datar pengacaranya.
"Lagipula apa alasanmu menceraikan wanita ini? Bukankah dia istri yang kau banggakan selama ini? Tidak, tunggu jangan marah dulu! Aku benar-benar bertanya."
Gemini merasakan mata kirinya berkedut. Pengacaranya bukanlah seseorang yang bisa membuat lidahnya itu melontarkan kata-kata manis. Dia selalu melemparkan fakta, bahkan yang paling menyakitkan dan memalukan sekalipun. Untung saja dia kawan lama Gemini. Kalau tidak, Gemini pasti akan mendampratnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Ok, I have Myself
RomanceDi ulang tahun pernikahan mereka yang ke 10 ini, Fourth memberanikan diri untuk menyampaikan apa yang sudah ia pendam selama 15 tahun belakangan. Bila nanti semua orang meninggalkannya, ia sudah siap karena pada hakikatnya manusia itu lahir sendiria...