2. Korban Pertama

6 3 0
                                    

Semua murid keluar dari ruang kelas mereka menyaksikan apa yang terjadi. Guru-guru juga berdatangan setelah ada murid yang melaporkan kejadian barusan.

Rey membantu Laura bangkit dan kembali ke kelas mereka, meskipun harus menaiki beberapa anak tangga kembali.

Satpam sekolah menutupi tubuh murid tersebut dengan kain putih membuat darah menembus lapisan kain tersebut dan merubah warnanya berubah dalam sekejap di bagian kepala.

Sekolah menjadi begitu heboh dengan kejadian tersebut, pihak sekolah juga telah menghubungi kepolisian untuk segera menangani jasad murid mereka.

"Gila, kok bisa, sih?" heran Adnan menatap jasad yang sudah ditutupi kain putih.

Rey datang sambil memapah Laura yang masih bergetar ketakutan, setelah meminta bantuan dua orang sahabat dekat gadis itu, mereka membawa Laura dan menemaninya di dalam kelas untuk mereda rasa takutnya.

Rey berpegangan pada besi pembatas, menatap ke arah atap tempat orang yang dilihatnya tadi tiba-tiba menghilang.

"Ada apa, nih?" bingung Candra yang baru saja kembali dari toilet melihat semua orang berkumpul.

Naufal mengarahkan kepala Candra agar bisa melihat apa yang ada di bawah sana. Mata Candra membelalak melihat sesuatu di bawah sana. Tangannya perlahan menutup mulutnya yang menganga secara spontan.

"I - itu orang mati?" tanyanya.

"Menurut lo?" balas Naufal.

Kurang dari 10 menit, satu mobil polisi dan mobil ambulance tiba di area sekolah. Tim medis segera memindahkan jasad murid tersebut dan memasukkannya ke dalam mobil ambulance dan dibawa ke rumah sakit segera.

Beberapa petugas polisi menghalangi akses agar tidak ada yang bisa mendekat dengan memasang police line di sekitar tempat terjatuhnya murid tersebut. Dan dengan kejadian ini, sekolah di pulangkan lebih awal dari biasanya dan mungkin akan diliburkan keesokkannya.

"Gue emang mau pulang lebih awal, tapi nggak gini juga." Tutur Cakra setelah pemberitahuan untuk pulang lebih awal disampaikan oleh pihak sekolah.

"Berarti di sekolah kita ada pembunuh dong!" seru Adnan membuat siswa-siswi lain yang mendengar ikut berpikiran hal yang sama.

"Jangan langsung berpikiran kayak gitu, jatuhnya lo nuduh orang." Pesan Naufal.

"Iya juga sih," Adnan menggaruk lehernya.

"Gue setuju sama Adnan." Timpal Rey.

"Jangan lo juga, Rey." Tegur Naufal.

"Pasti pelakunya salah satu di antara orang-orang yang ada di sekolah, nggak mungkin orang luar. Kalian tau sendiri peraturannya."

Salah satu peraturan di sekolah mereka adalah tidak ada orang dari luar yang boleh masuk ke dalam sekolah. Jika mereka mengaku adalah keluarga siswa ataupun yang lain, yang bersangkutan harus mendatangi mereka di luar sebelum benar-benar diperbolehkan memasuki area sekolah.

Melewati tembok sekolah? Tempat ini dikelilingi oleh dinding pembatas setinggi satu meter dan besi dengan ujung runcing menghadap ke atas setinggi setengah meter yang siap melukai siapapun yang berani untuk melewatinya.

"Siapa tau dia bunuh diri?" ucap Naufal.

"Lo tau nggak yang jatuh itu siapa?" tanya Rey menatap Naufal yang tampak kebingungan, gelengan membuat Rey kembali menatap ke bawah sana.

"Sakti, anak kelas IPA 1."

Naufal berpikir sejenak sebelum sadar siapa yang baru saja meninggal, Sakti adalah murid dari kelas 11 IPA 1 sekaligus murid dengan pencapaian tertinggi di sekolah. Sakti selalu menjadi juara umum satu di sekolah dan banyak menjuarai perlombaan yang mengharumkan nama sekolah. Sakti juga memiliki watak yang baik dan disenangi oleh banyak murid dan juga para guru. 0% kemungkinan laki-laki itu akan menghabisi nyawanya sendiri.

"Anjir, masa iya di sekolah kita ada pembunuh?" Naufal masih tidak ingin memercayai kalau di sekolahnya yang selama ini aman-aman saja malah ada seorang pembunuh di dalamnya.

Rey menatap ke arah atap, siapa orang yang dilihatnya tadi? Apa dia yang mendorong Sakti dari atas sana? Bola matanya kemudian perlahan turun, memandang jauh ke depan dan menyadari seseorang sedang menatapnya dengan penuh rasa cemas.

Alis Rey terangkat sebelah bersamaan dengan kepalanya di miringkan sedikit saat orang itu memalingkan wajahnya dengan cepat saat Rey menatapnya. Ia bersikap seolah-olah telah melakukan sesuatu dan tertangkap basah.

"Reynaka Aswan?" panggil seseorang dengan nada bertanya takut-takut jika ia salah orang.

"Ya?" jawab Rey.

"Kami detektif, kami dengar kamu yang pertama kali melihat orang itu terjatuh, benar?" tanya Detektif pria itu setelah menunjukkan tanda pengenalnya.

"Ya." Rey mengangguk.

"Bisa ikut kami ke kantor polisi? Kami ingin meminta beberapa keterangan." Pinta sang Detektif.

"Tapi saya cuma lihat dia jatuh, tidak dengan pelakunya." Tanpa sadar perkataannya barusan membuat Rey menjadi salah satu tersangka secara tak sengaja bagi Detektif itu.

Detektif itu mendekat, "Kami belum menyimpulkan kalau ini adalah kasus pembunuhan. Bagaimana kamu bisa mengatakan kalau dia di bunuh?" tanyanya penuh curiga.

"Karena di sekolah ini tidak mungkin ada yang bunuh diri." Balasnya membuat Detektif itu menjadi semakin tertarik untuk berbincang dengannya.

"Bagaimana kamu bisa seyakin itu? Orang yang kelihatannya baik-baik saja bisa menghabisi nyawanya sendiri secara tiba-tiba."

Detektif itu seolah mendapat tangkapan yang menarik saat remaja laki-laki di depannya tak lagi bersuara, "Bisa ikut kami?" pria itu memiringkan tubuhnya memberi jalan bagi Rey.

"Oh, ya. Siapa lagi saksi yang satunya? Ku dengar ada dua orang." Tanya Detektif kepada rekannya.

"Laura Anastasia." Langkah Rey berhenti mendengar nama kekasihnya di sebut.

"Siapa yang bernama Laura Anastasia?" teriak Detektif itu mendapat jawaban dari seorang gadis yang baru saja keluar dari ruang kelas. Sama seperti sebelumnya, sang Detektif meminta Laura untuk ikut dengannya ke kantor polisi.

"Saya saja Pak yang pergi." Cegah Rey saat Detektif itu turut memanggil Laura.

"Dia juga saksi, dia tidak bisa tidak ikut dengan kami atau dia akan dicurigai." Kata Detektif tersebut mendekati Rey perlahan, berusaha mencari tahu soal remaja di depannya.

Rey menatap sepasang mata tajam yang begitu teliti melihatnya, menarik tangan Laura dan pergi tanpa berpamitan dengan teman-temannya.

Find the KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang