4. Tugas

5 2 0
                                    

Tidak seperti yang diharapkan, sekolah tetap dilaksanakannya keesokan hari setelah kejadian yang terjadi. Dan dahsyatnya noda darah yang kemarin menempel di lantai lapangan basket kini tidak terlihat setitik pun, cepat sekali mereka membersihkannya.

"Mau ke kantin nggak, nih?" ajak Cakra setelah bel tanda istirahat pertama baru saja berbunyi.

"Mau makan apa?" tanya Adnan.

"Terserah sih, yang penting cacing-cacing dalam perut gue bisa makan." Tutur Cakra mengusap perutnya dengan gerakan memutar lalu ditepuk pelan.

Mereka pun bangkit dari kursi dengan rasa malas karena ajakan dari Cakra yang terbilang memaksa, jika tidak ada yang bergerak setelah diajak, laki-laki itu akan menarik mereka dengan paksa untuk berpisah di benda mati yang sudah diduduki selama puluhan hingga ratusan menit.

Keadaan kembali seperti biasanya, Cakra akan selalu mengganggu anak kelas lain yang dilaluinya menuju kantin dengan niat bercanda yang ditanggapi juga oleh mereka.

Candra yang selalu menutup muka berharap kembarannya itu segera lenyap dari muka bumi sehingga tidak membuatnya malu dengan tingkah konyolnya.

Adnan dan Naufal, dua manusia dengan tampan yang bisa menarik hati para siswi di sekolah, walaupun tidak semuanya tapi penggemar mereka cukup banyak.

Lalu ada dua sejoli yang tidak pernah terpisah, Rey dan Laura. Tangan yang sepertinya akan ditempati laba-laba untuk membuat sarang jika mereka tidak berpegangan tangan selalu membuat orang-orang iri dengan hubungan mereka yang manis. Laura yang terbilang manja mendapatkan seseorang yang bisa tahan dengan sikap manjanya dan Rey yang selalu menjaga Laura kayaknya benda rapuh yang bisa rusak kapan saja.

Lalu ada Naila dan Chilla, anggap saja mereka berdua adalah nyamuk di antara hubungan Rey dan Laura. Ke mana Laura pergi pasti ada mereka berdua. Naila dan Chilla sering kali dihubung-hubungkan dengan Naufal dan Adnan oleh teman-teman mereka. Namun keempatnya dengan selamat mengatakan tidak akan pernah ingin punya kekasih seperti mereka.

"Selamat pagi kak cantik." Puji Cakra begitu sampai di stan yang menyediakan hidangan soto.

Penjual yang hanya berbeda beberapa tahun dari Cakra itu tersenyum malu begitu mendapat pujian pertamanya di hari ini. Dengan senang hati ia membuat pesanan Cakra setelah laki-laki itu memesannya.

Beberapa menit kemudian mereka berkumpul di satu meja yang dikelilingi oleh 8 orang dengan makanannya masing-masing.

"Nggak ada tugas lain, kan, selain kimia?" tanya Candra.

"Kayaknya." Balas Adnan.

Laki-laki itu dengan lahap memakan nasi goreng yang ada di depannya lalu sebuah ingatan tentang tugas melintasi otaknya, "Oh baru inget gue, ada tugas Bahasa Inggris."

"Yang mana?" tanya Cakra.

"Adalah pokoknya, dikasi minggu lalu." Balas Adnan membuat Cakra memutar otaknya, membuka folder yang ada di otaknya mengenai tugas minggu lalu dan yup dia belum mengerjakannya.

"Can, bayarin punya gue, ya." Ucap Cakra kemudian meninggalkan teman-temannya dengan terburu-buru.

Saat tiba di kelas, Cakra dengan cepat mengambil buku tulisnya dan memeriksa barangkali ia sudah mengerjakannya namun lupa. Namun perkiraannya itu sama sekali tidak bergeser.

Dari 10 soal yang ada, Cakra baru mengerjakan nomor satu itupun belum selesai dan lebih parahnya nyontek punya Naufal. Entah apa yang membuatnya lupa untuk mengerjakan tugasnya.

Cakra menggaris kepalanya frustasi, ia menoleh ke depan dan seseorang tampak memiliki waktu luang untuknya.

Cakra melempar bukunya di hadapan Fadil membuat laki-laki itu melirik sejenak lalu kembali fokus pada buku yang dibacanya.

"Kerjain, bentar lagi masuk." Suruhnya.

"Lo punya tangan, kerjain sendiri." Balas Fadil membuat Cakra merasa malu apalagi beberapa murid menertawakannya.

Laki-laki itu mendekat ke arah Fadil lalu berbisik yang membuat laki-laki berkacamata bening itu merasa cemas, ia menatap Cakra yang sudah tersenyum manis ke arahnya setelah berbisik di telinganya.

Fadil menutup bukunya setelah diberi penanda lalu mulai mengerjakan tugas yang belum Cakra selesaikan, tidak masalah jika tulisan mereka berbeda, Cakra bisa mencari alasan nantinya.

"Nah gitu dong, gue tunggu. Bawain ke meja gue, ya, kalau udah selesai." Pinta Cakra menepuk pundak Fadil lalu kembali ke kursinya.

7 menit kemudian, bel berbunyi. Semua murid masuk ke dalam kelas dan menempati kursinya masing-masing menunggu guru yang akan masuk mengajar. Mereka sedikit bersantai karena Pak Rian selaku guru bahasa Inggris terlambat masuk ke kelas.

"Ganti duit gue." Ucap Candra setelah uangnya dipakai untuk membayar makanan Cakra di kantin tadi.

"Pelita amat, saudara sendiri juga."

"Saudara sih saudara, tapi masalah duit? Itu urusan pribadi."

"Iya, iya. Nanti gantinya." balas Cakra kembali memejamkan mata dengan kedua kaki selonjoran di atas meja.

"Buku lo." Fadil menyerahkan buku itu kembali ke pemiliknya. Cakra menerimanya dengan senang hati dan tersenyum sebagai tanda terima kasihnya, ia menatap kalimat dalam bahasa Inggris yang tidak begitu dimengerti olehnya. Biarlah, yang penting selesai.

"Tumben si Fadil mau ngerjain tugas lo?" tanya Naufal yang datang bergabung dengan keduanya. Rey dan Adnan yang kebetulan duduk di depan si kembar ikut membalikkan tubuhnya ingin mengetahui jawaban atas pertanyaan Naufal.

"Gue bisikin sesuatu." balas Cakra dengan tatapan yang membuat teman-temannya semakin penasaran. Mereka semua mendekat untuk mendengar alasannya lebih jelas.

"Gue bisikin," nada suaranya makin menurun membuat empat orang lainnya semakin mendekat. Kedua kaki kursi depan Adnan dan Rey sampai terangkat dari lantai.

"Pinjam dulu seratus."

Pukulan dari berbagai arah langsung menyerbu Cakra saat itu juga, untung saja tangannya cukup kuat menahan serangan bertubi-tubi dari teman-temannya.

Naufal kembali ke kursinya setelah memukul kepala Cakra dengan buku paket, Rey dan Adnan pun memperbaiki posisi kursi mereka setelah memberi pukulan di lengan Cakra. Mereka sudah serius mendengarkan namun yang didapatkan hanyalah ucapan konyol dari Cakra.

"Mimpi apa gue semalam bisa punya kembaran kayak lo?" pasrah Candra menggelengkan kepala.

Find the KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang