Perihal Perkenalan #3

428 48 4
                                    

"hahh..."

Danielle menghela nafas. Ia menuntun sepedahnya perlahan ke arah gerbang sekolah. Gerhana sudah lama berlalu, hanya tersisa bulan purnama yang cerah di langit larut malam. Sedangkan kepala Danielle masih terus digerhanai kejadian2 hari ini.

Acara pengamatan gerhana bulan totalnya telah berjalan dengan lancar. Rundown acara pun terpenuhi dengan lengkap dan relatif tepat waktu.

Memang ada sedikit kendala pada presentasi pengantar acara—Salah seorang anggota OSIS tidak sempat mempelajari materinya yang berujung Danielle mengisi sebagian besar presentasi biarpun ia hanya disitu sebagai pengawas alat klub astronomi—dan memang hal tersebut sempat menghancurkan mood Danielle, tetapi tentunya tidak menghancurkan keberlangsungan acara berkat dirinya yang dapat menjabarkan fenomena alam apapun bahkan dalam tidurnya.

Tetapi, ayolah. Pertama, ini acara mereka. Kedua, cara mereka membujuk Danielle untuk maju ke panggung di depan semua orang sama sekali tidak meninggalkan ruang untuk penolakan.

"Untungnya ada primadona jenius tercinta kita di sini!"
"Ayolah Danielle tolong kami, kaum-kaum jahiliyah."
"Danielle! Danielle—ayo semuanya—Danielle! Danielle!"

Kejadian tersebut membuat Danielle percaya mereka memang tidak pernah berusaha untuk mempelajari materi mereka dan berpikir "ah sudahlah, nanti kan ada Danielle." Setidaknya kalau begitu, langsung kabari saja dari awal, bukannya malah mengorkestrakan semacam todongan sosial kepadanya.

Oke, mungkin Danielle sedikit lebih jengkel tentang kejadian tersebut dari yang ia tunjukkan, tetapi Danielle sudah tidak begitu memikirkannya lagi.

Yang masih Danielle pikirkan adalah sepasang mata kucing yang tidak sengaja bertemu pandang dengan miliknya saat ia tengah memberikan presentasi.

Oh, dia datang.

Di balik baris terakhir bangku peserta, tamu undangannya itu berdiri tegap dengan kamera besarnya mengalung di leher. Posturnya yang kaku membuatnya terlihat mencolok dengan canggung. Apalagi ditambah dengan ekspresinya yang datar, adik kelasnya itu terlihat culun sempurna. Sebuah senyuman merekah pada bibir Danielle. Telapaknya melambai kecil kepada Kang Haerin.

Ketidak hadiran respon dari adik kelasnya itu membuat Danielle tidak yakin jika isyaratnya berhasil tertangkap atau tidak. Haerin hanya berkedip pelan dan kembali menyembunyikan matanya ke balik lensa kameranya. Kemudian,

Jepret

Danielle sedikit terkejut saat haerin tiba-tiba mengambil fotonya. Dengan kikuk ia segera mengalihkan pandangannya kembali ke peserta acara. Ia kurang paham kenapa dirinya berlaku salah tingkah seperti itu. Padahal ia jelas bukan seseorang yang malu dengan kamera.

Saat ia biarkan dirinya mencuri pandang ke arah Haerin lagi, gadis tersebut sudah menghilang.

Tidak lama setelahnya Danielle menemukan bahwa, Biarpun ia telah mengundang Haerin sebagai peserta acara, entah kenapa Haerin berakhir sibuk bekerja. Ia hanya berhasil melihat pucuk kepala adik kelasnya itu saat Haerin tengah berlarian mengambil foto dokumentasi, membagikan konsumsi, hingga menggelar dan menggulung tikar.

Danielle jadi merasa tidak enak. Karena Danielle juga sibuk dengan bagiannya, ia tidak sempat menghampiri Haerin sama sekali. Setidaknya ia seharusnya menghentikan Haerin dari melakukan semua pekerjaan panitia. (Terlebih lagi adik kelasnya itu selalu terlihat loyo, bisa-bisa kering dia dipekerjakan sebegitunya)

Selain merasa tidak enak, ia juga merasa sedikit kecewa. Kesempatan dia untuk mengenal Kang Haerin, teman dekat Hyein yang sudah lama membuat dirinya penasaran, lewat begitu saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Daerin | Candyz Lokal AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang