Prolog

594 81 7
                                    

Tempat yang sama lagi, gerbong kereta yang telah usang dan atap berkarat, kursi yang berdebu, jendela kaca yang sudah pecah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tempat yang sama lagi, gerbong kereta yang telah usang dan atap berkarat, kursi yang berdebu, jendela kaca yang sudah pecah. Rasanya bosan sekali berada di tempat kotor dan berbau apek ini terus menerus. Namun perasaan bosan itu sirna begitu saja ketika maniknya melihat senyuman dibibir bocah kecil bergigi kelinci yang duduk di hadapannya.

Soya menatap bocah kecil itu dengan tenang, memperhatikan semua gerak-geriknya yang tengah sibuk dengan selembar kertas dan pensil ditangannya.

"Yori kau sedang apa?"

Ah bocah kecil itu bernama Yori rupanya.

"Melukis mu, Minato" Jawabnya dengan senyum lebar.

Selalu saja seperti itu, sudah diberitahu berkali-kali bahwa namanya adalah Soya Kurokawa, bukan Minato. Tapi Yori selalu memanggilnya dengan nama yang bahkan Soya saja tidak tahu siapa itu Minato.

Soya hanya tersenyum memandangi Yori yang sedang melukisnya dari seberang. Entah mengapa saat menatap Yori, hatinya menjadi lebih tenang dan damai.

"Apa aku harus bergaya?"

"Tidak, kau diam saja sudah terlihat tampan"

Perkataan yang keluar dari bibir Yori membuat hatinya bedebar kencang.

"Minato jangan pergi dulu ya? , lukisannya belum selesai"

Ucapan Yori dibalas dengan anggukan kecil oleh Soya.

"Soya!"

Yang dipanggil menengok kesana kemari, tapi tidak ada orang selain Yori.

Ia merasakan sakit di lengannya. Kemudian matanya terbuka, mendapati langit-langit kamarnya yang penuh dengan lukisan awan.

Ia terbangun dari mimpinya, lagi.

"Soya ini sudah waktunya pergi ke sekolah, dan kamu masih tidur!?"

Soya kecewa, kenapa ia harus bangun. Padahal ia belum melihat hasil lukisan Yori.

Yori pasti sedih karena ia meninggalkanya.

"Cepat mandi dan bersiap-siap, ibu tunggu di dapur untuk sarapan" Ucap sang ibu sebelum pergi meninggalkan Soya yang masih terduduk lunglai diatas kasur empuknya.

‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙

Lorong kelas begitu ramai oleh para murid sekolah dasar yang sedang beristirahat. Ada yang berlarian, bermain pesawat kertas, dan masih banyak lagi. Seperti saat ini, Soya dan teman-temannya sedang bermain pesawat kertas yang nantinya akan diterbangkan.

"Lihat ini pesawat ku pasti terbang sangat tinggi" Bocah berbadan gemuk itu menerbangkan pesawatnya dengan lancar.

"Soya ayo kalahkan Hiro" Ucap anak perempuan berkacamata mencoba untuk menyemangati Soya yang juga akan menerbangkan pesawat kertas miliknya.

Soya meniup ujung pesawat kertasnya lebih dulu sebelum menerbangkannya. Pesawat miliknya berhasil terbang, namun beberapa saat kemudian menabrak pundak anak laki-laki lain yang baru saja keluar kelas.

Anak laki-laki itu memungut pesawat yang mengenai pundak nya.

Soya pun segera berlari kearahnya.

"Maaf, itu milikku"

Sebelum menerima pesawat miliknya, manik Soya terbuka lebar saat ia melihat wajah dari anak laki-laki ini.

"Yori?" Ucap Soya spontan

"Aku bukan Yori, ini pesawat mu. Lain kali jangan bermain di lorong"

Soya dibuat bingung, ia hanya berdiri tanpa ekspresi menatap anak laki-laki didepannya.

Melihat Soya yang hanya terdiam, anak laki-laki itu segera pergi setelah memberikan pesawat kertas pada pemiliknya.

"Soya kau kenapa?" Hiro mencoba menyadarkannya.

"Aku tidak apa-apa Hiro" Maniknya masih menatap punggung anak laki-laki yang berwajah mirip dengan Yori.

"Hiro apa kau tau siapa anak laki-laki tadi yang tertabrak pesawat kertas ku?"

Hiro juga menatap apa yang Soya tatap "Dia Hinata Hiiragi, dia anak wali kota. Katanya Hinata itu aneh"

"Hinata Hiiragi ya" Suaranya terdengar lesu.

"Kenapa kau bertanya tentang dia?" Tanya Hiro penasaran, biasanya Soya tidak gampang tertarik dengan orang lain.

"Dia mirip dengan seseorang"

Ternyata benar, dia bukan Yori.

Tapi kenapa wajahnya, suaranya, semuanya sama dengan Yori dari ujung rambut sampai ujung kaki. Soya merasa bingung, sedih dan kecewa, hatinya terasa hampa ketika menatap sorot matanya. Tetapi disisi lain ada perasaan aneh yang mengganjal dihatinya.

Soya ingin Yori dikehidupan nyata.
Soya ingin Hinata.

Halo, kali ini aku bawain cerita baru, tentang Soya dan Hinata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo, kali ini aku bawain cerita baru, tentang Soya dan Hinata. Kalian udah nonton filmnya? Yang judulnya Monster, filmnya bagus banget tapi aku kurang puas sama endingnya. Jadi ku tulislah cerita karangan ku ini.

Di sini aku bakal fokusin ceritaku ke kehidupan Soya sama Hinata. Kalian kalo bingung mending baca deskripsi nya ya.

Semoga kalian suka, dan jangan lupa tinggalin jejak.

Salam sayang Daisy Amuora❤

Monster: The Love that Never DiedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang