Chapter 18

28 2 0
                                    


Maaf Typo

Part ini agak kaku






Kentaro baru saja memasuki mansion setelah seharian berkutat dengan kertas-kertas di kantor.

Saat masuk dirinya dapat melihat Onodera tengah makan malam, Kentaro pulang agak terlambat karena jadwal hari ini yang lebih padat dari biasanya.

Lelaki tersebut berjalan menghampiri adiknya dan segera menduduki kursinya berniat bergabung menemani adiknya itu makan karena dirinya sudah makan sebelum pulang.

''Sudah pulang?'' tanya Onodera sambil menyuapkan makanan ke dalam mulutnya

''Seperti kelihatannya''

''Sudah makan?''

''Sudah tadi''

Onodera yang mendengar tersebut hanya menganggukkan kepala paham.

Kedua saudara tersebut hanya diam tak melanjutkan percakapan lagi karena mereka terkesan sangat kaku jika hanya berdua saja di mansion kecuali ada Yamauchi di tengah-tengah mereka.

Kentaro tiba-tiba teringat dengan Hiroto yang tak ada di meja makan karena biasanya mereka akan makan malam bersama mengingat Yamauchi akan pulang tak lama lagi.

''Dimana anak itu?''

''Aku tak ada melihatnya sedari pulang mengerjakan tugas dari sore tadi'' jawab Onodera, mendengar itu kentaro langsung memanggil salah satu maid dan menanyakan keadaan Hiroto

''Dimana anak itu?''

''Tuan muda Hiroto masih berada di kamar tuan, demamnya masih tinggi dan belum ada perubahan sedikit pun''

''Bukan kah dokter sudah datang tadi?''

''Sudah tuan, bahkan tuan Hiroto sudah meminum obat namun belum ada perubahan sedikitpun saat saya mengecek tadi''

''Apakah dia ada riwayat sakit yang lain sampai tak ada perubahan ?'' sahut Onodera yang sedari tadi hanya menyimak percakapan Kentaro dan maid

''Yuki bilang tak ada, anak itu sehat''

''Biar kulihat sendiri keadaan anak itu'' ujar Kentaro dan meninggalkan ruang makan menuju kamarnya terlebih dahulu untuk membersihkan diri.

Kentaro kini sedang menuju kamar Hiroto untuk memeriksa keadaan anak itu, sampai didepan pintu kamar langsung saja pria itu mulai membuka pintu dan memasuki kamar tersebut.

Saat memasuki kamar tersebut dapat Kentaro lihat Hiroto yang terbaring di atas ranjang dengan wajah yang pucat dengan plester penurun demam di keningnya.

Lelaki tersebut mendekati ranjang pemuda tersebut dan mendudukkan diri di tepi ranjang.

Dilihat dengan dekat Kentaro dapat melihat jika wajah Hiroto seperti menahan sakit dengan sedikit mengeluarkan rintihan, bahkan tubuh pemuda tersebut juga basah akan keringat.

Kentaro mengarahkan tangannya menuju wajah remaja itu yang tampak berkeringat dingin, namun tubuh anak itu terasa panas di telapak tangannya, setelah puas lelaki tersebut menarik tangannya kembali.

Mata Kentaro menelusuri seluruh isi kamar pemuda tersebut, kemudian matanya terhenti di tumpukan obat yang sepertinya resep dokter yang memeriksa Hiroto tadi.

Dirinya berinisiatif untuk melihat semua obat-obatan tersebut dan membaca semua nama obat tersebut sembari menghela nafas.

Setelah selesai dengan obat tersebut Kentaro meraih handphone yang berada di saku celananya dan mencoba menghubungi seseorang.

HirotoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang