H a p p y 💫 R e a d i n g
Pada pukul 06:15 WIB, Yasha sudah berdiri di depan pintu kamar Manda dan menunggu gadis itu keluar. Ia sudah berdiri disana sejak lima menit yang lalu namun Manda belum juga keluar.
Jujur saja, Yasha sudah bosan menunggu Manda untuk keluar kamar, tetapi jika dia pergi maka semua yang sudah ia susun pasti akan berantakan.
Setelah sekian menit menanti, akhirnya Manda keluar juga. Yasha yang mendengar suara pintu di buka pun berdiri tegak. Ia tersenyum lebar saat melihat Manda yang justru tampak kaget dengan kehadiran Yasha.
"Ada yang bisa kakak bantu, Sha?"
Senyum Yasha semakin lebar Saat Manda menanyakan maksudnya. Walau ia sedikit gugup, tangan Yasha menggenggam erat satu sama lain.
"Kakak mau nggak nanti siang keluar bareng, Yasha?" tanya Yasha gugup.
Manda yang mendengar suara Yasha sedikit gebetan akibat gugup pun tertawa kecil.
"Boleh, nanti kita pergi bareng ya." Manda berkata dengan tertawa kecil.
Yasha yang tidak mendengar kalimat penolakan pun menatap Manda dengan antusias.
"Makasi banyak kak! Kalo gitu nanti kita pergi pas kakak pulang sekolah, ya!"
"Iya Yasha." Tangan Manda terulur untuk mengeluh rambut depan Yasha.
Setelah itu keduanya pun memilih untuk turun ke lantai satu bersama-sama. Selama berjalan beriringan dengan Manda, senyum Yasha sama sekali tidak putar. Ia merasa sangat senang karena akhirnya ia akan pergi jalan-jalan dengan Manda.
Karena jujur saja, selama ia pindah kesini selama lebih dari beberapa bulan, ia sama sekali tidak pernah kemana-mana. Dan ini adalah saat yang paling ia tunggu-tunggu. Sudah banyak rencana yang telah ia susun untuk menghabiskan waktu berdua bareng Manda.
Sesampainya mereka di meja makan, ternyata sudah ada Agus yang sedang memainkan ponselnya dengan segelas kopi yang berada di depannya, dan juga ada Nanda dan Panda yang juga fokus pada kegiatan mereka masing masing.
Yasha langsung mendudukkan dirinya di samping Agus yang memang sudah menjadi tempatnya. Sementara Manda duduk di samping Yasha yang lain.
Agus yang menyadari bahwa ada yang menempati bangku di sebelahnya pun menoleh. Ia tersenyum manis, dan menyapa putra bungsunya itu.
"Pagi, adek."
"Pagi juga, Papa.' Jawab Yasha dengan senyum yang tidak luntur.
Agus yang melihat senyum lebar Yasha pun menjadi bingung. Bukan apa, hanya saja senyum itu sudah hilang sejak sang anak pindah kemari.
"Adek lagi seneng, ya?" Tanya Agus yang langsung di balas anggukqn semangat oleh Yasha.
"Yasha nanti siang mau keluar sama kak Manda, boleh ya, Pa?"
Setelah mendengar perkataan sang putra bungsu, Agus melirik sekilas ke arah Manda yang juga menatap dirinya. Dapat Agus lihat bagaimana Manda yang tersenyum manis ke arahnya, namun Agus langsung mengalihkan pandangannya kembali pada Yasha.
Tangannya terulur untuk mengeluh rambut Yasha dan tersenyum lembut pada Yahsa.
"Boleh, tapi jangan bandel ya."
"Siap Papa!"
Tangan Agus terhenti mengelus rambut Yasha. Merokok saku celananya dan mengambil dompet serta mengeluarkan beberapa uang berwarna merah yang langsung ia berikan pada Yasha.
"Terserah Yasha mau beli apa saja, nikmati hari ini oke." Yasha pun dengan senang hati mengambil uang yang di berikan oleh Agus dan menyimpannya.
Tanpa mereka sadari, ada empat pasang mata yang menatap mereka dengan tahapan yang berbeda-beda. Satu pasang mata yang menatap benci, dua pasang mata yang menatap dengan datar, dan satu pasang mata yang menatap dengan sendu.
***
Sepanjang pelajaran, Yasha berkali-kali melihat ke arah jam tangan yang terpasang apik di tangan kirinya. Ia sungguh tidak sabar menunggu bel pulang berbunyi.
Dan sekarang adalah pukul 12:55 wib, dimana tinggal lima menit lagi sebelum bel pulang berbunyi. Dan selama menunggu lima menit itu Yasha sama sekali tidak bisa duduk dengan tenang.
Semua bukunya sudah ia bereskan, sehingga ketika bel berbunyi ia tinggal berlari keluar kelas.
Waktu yang ditunggu-tunggu oleh Yasha akhirnya tiba, begitu bel berbunyi Yasha langsung menggending tasnya dan berlari keluar kelas.
Ia bahkan mengabaikan teriakan Selo yang sudah menunggunya di depan kelas dan ingin untuk pulang bersama. Sementara itu, Selo menatap kepergian Yasha dengan bingung dan juga kecewa.
Saat sampai di depan gerbang, senyum Yasha semakin mengembang saat melihat mobil jemputannya sudah terparkir apik di depan gerbang. Ia semakin mengencangkan larinya dan dengan cepat memasuki mobil.
"Ayo pak kita pulang!" ucap Yasha semangat.
"Sabar atuh den, kita nunggu Non Panda dulu."
Mendengar jawaban sang supir, Yasha seketika menyenderkan badannya lemas ke kursi mobil. Ia terus menatap ke luar menanti kedatangan Panda.
Namun naas, sudah lebih dari lima belas menit mereka menunggu tetapi sang empu yang di tunggu belum juga timbul. Yasha sudah sedari tadi bergerak gelisah menanti kedatangan Panda. Ingin rasanya ia turun dan mencari keberadaan Panda lalu menyeretnya ke mobil agar mereka sampai ke rumah dengan cepat.
Setelah menunggu hampir dua puluh menit, secara tiba-tiba sang supir menjalankan mobil. Bingung? Tentu saja!
"Non Panda baru aja ngehubungi saya den, kalo Non Panda udah sampe di rumah di anter temennya."
Tangan Yasha seketika terkenal saat mendengar perkataan sang supir, ia tersenyum getir. Sebenci itu kah mereka padanya?
Sesampainya di rumah, Yasha memasuki rumah dengan semangat yang sudah kembali muncul. Ia mengedarkan pandangannya mencari Manda.
"Nyari siapa, Sha?" tanya Lastri dari belakang Yasha.
Yasha membalikkan badannya dan menatap Lastri sedikit canggung.
"Nyari kak Manda, Tan-eh Bunda."
Lastri menyatukan alisnya bingung mendengar ucapan Yasha.
"Yasha ada janji sama kak Manda?" tanya Lastri yang di balas anggukan oleh Yasha.
"Tapi Kak Manda nya lagi pergi bertiga bareng Bang Nanda ama kak Panda."
- t b c-
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasha And His New Family
Short StoryLanjutan dari cerita Yasha And His New Family di akun @Ariiari7 Yang Yasha tau, Papanya adalah seorang pebisnis dari kota lain hingga sang Papa hanya beberapa bulan sekali pulang. Yang Yasha tau Papanya adalah seseorang yang bijaksana, pekerja kera...