2.5

73 14 7
                                    

H a p p y R e a d i n g

P

ukul 17:05 sore, Yasha duduk di balkon kamarnya sambil memainkan ponselnya. Ia bingung harus melakukan apa, karena ia yang sendirian di rumah. Ah tidak, lebih tepatnya ia berdua dengan sang ibu tiri. Tapi, mereka kan tidak dekat?

Menghela nafas pelan, Yasha pun teringat dengan sang Mama dan memutuskan untuk menghubungi sang Mama.

Namun, sebuah keraguan hinggap dalam benaknya. Bagaimana jika sang Mama lagi sibuk? Menghela nafas pelan, Yasha menatap ponselnya dengan ragu-ragu.

Menatap ke arah depan, untuk kedua kalinya Yasha menghela nafas. Dengan keyakinan yang berhasil ia kumpulkan, akhirnya Yash memberi pesan pada sang Mama.

 Dengan keyakinan yang berhasil ia kumpulkan, akhirnya Yash memberi pesan pada sang Mama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Titn...

Pandangan Yasha langsung teralihkan saat mendengar suara kelekson mobil, dapat Yasha lihat bagaimana tiga bersaudara itu keluar dari mobil dengan penuh canda tawa.

Yasha hanya diam memperhatikan mereka, masih teringat di jelas di benaknya bagaimana sang kakak yang mengingkari janjinya.

Entah untuk yang keberapa kalinya, Yasha menghela nafas pelan, Yasha memilih untuk bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam kamar. Ia harus sesegera mungkin mempacking baju ya g ia bawa untuk menginap di rumah sang Mama.

Selesai menyusun bajunya, Yasha memilih untuk turun ke bawah. Karena ada kemungkinan besar jika sang Papa sudah pulang.

Saat Yasha berada di ujung tangga, dapat Yasha lihat bagaimana sang Papa bersama keluarganya sedang berkumpul di ruang keluarga. Dimana ketiga saudara satu Papanya itu asik dengan bercanda bahagia dengan sang ibu tiri dan sang Papa yang sibuk dengan ponselnya.

Tiba-tiba, terbesit sebuah pikiran jahat pada Yasha. Ia menatap datar ketiga saudara itu dan tersenyum miring.

Berjalan dengan sedikit cepat ke arah sang Papa dan langsung memeluk erat leher sang Papa.

"Papa~" panggilnya dengan nada manja.

Agus yang mendapat serangan dadakan dari Yasha tentu saja sedikit kaget. Tetapi ia kemudian dengan sayang mengelus rambut Yasha yang berada di bahu kirinya.

"Kenapa, dek? Tumben manja begini?" tanya Agus dengan bingung.

Yasha memayumkan bibirnya cemberut. "Emang Yasha gaboleh manja ya sama, Papa?" tanya Yasha masih dengan bibir mayumnya.

Agus yang gemas melihat tingkah manja Yasha pin tidak tahan untuk mencium pipi Yasha.

"Coba bilang, anak kesayangan Papa ini mau apa, hm?"

Yasha tersenyum manis pada sang Papa, kemudian matanya melirik ke arah ketiga saudaranya.

Dapat ia lihat Ibu tirinya yang menatap mereka sendu, Manda yang hanya diam  menatap mereka, dan Nanda yang bersikap seolah-olah tidak peduli dan asik dengan ponselnya. Namun ia melirik ke arah tangan Nanda yang menggenggam erat ponselnya.

Lalu, Yasha melirik ke arah si bungsu dari tiga bersaudara itu. Ohoho,  ternyata Panda menatap dirinya dengan terang-terangan dengan tatapan benci.

Jahat? Ia tidak perduli dengan itu, sudah cukup ia yang tidak di perlakuan dengan baik oleh mereka di awal. Ini adalah titik sakit hatinya, biarkan lah ia menjadi jahat untuk saat ini.

"Mama belum bilang ke Papa?" Tanya Yasha balik.

"Bilang apa sayang?"

Yasha sedikit berpikir, bagaimana jika sang Papa tidak nengizinkannya untuk menginap di rumah sang Mama? Tapi, Papanya bukan orang seperti itu bukan?

"Yash mau nginep di rumah, Mama."

"Oo,  udah kok. Adek udah beresin baju adek untuk nginep di rumah Mama?" Tanya Agus yang langsung di angguki oleh Yasha.

"Yaudah kalo gitu, sini adek duduk samping Ayah sambil nunggu, Mama."

Yasha pun duduk di samping Sang Papa, dan memilih untuk memainkan ponselnya dengan kepala yang menyender di bahu Agus. Sementara Agus hanya memperhatikan putra bungsunya itu yang asik pada ponselnya.

Lima belas menit kemudian, orang yang di tunggu-tunggu pun akhirnya datang.

Ting tong...

Yasha pun bangkit dan berlari menuju kamarnya, sementara Agus berjalan ke arah pintu untuk membukanya dan diikuti oleh Lastri.

Begitu membuka pintu, terlihatlah Rani yang berdiri dengan senyum simpulnya. Tidak dapat Agus pungkiri bahwa ia sangat merindukan sesosok wanita di depannya ini.

"Aku mau ngajak Adek nginep di rumahku malam ini, bolehkah?" tanya Rani pada Lastri yang berdiri tepat di belakang Agus.

Mau bagaimanapun, Lastri tetaplah istri Agus dan hak asuh Yasha jatuh pada Agus. Jadi, mau tak mau Rani harus meminta izin terlebih dahulu pada Lastri.

Lastri hanya mengangguk dengan raut datarnya lalu memilih untuk kembali masuk.

"Mau masuk dulu?" tanya Agus sambil menggeser badannya.

"Ah nggak usah, lagian itu adek udah jalan kesini." Rani menggeleng pelan lalu tersenyum lebat saat Yasha yan berlari ke arahnya.

Ia merentangkan tangannya menyambut Yasha yang langsung memeluk erat Rani.

"Yasha kangen Mama," ucapnya dengan pelan.

"Mama juga kangen sama, Adek. Nanti kita habiskan waktu berdua, ya."

Yasha menggangguk semangat, kemudian melepaskan pelukannya.

"Kalau begitu kami pamit terlebih dahulu."

Rani dan Yasha berjalan menuju mobil Rani sambil mengobrol, Rani terus saja memeluk erat tangan Yasha seolah takut jika Yasha akan pergi.

Sebelum mobil melaju, Rani mengklekson terlebih dahulu dan mobil itu pun melaju dengan kecepatan rata-rata.

Sementara itu, Agus hanya bisa tersenyum sendu saat mengingat bagaimana mereka dulu bahagia walau hanya bertiga saja.

-T b c-

Lo halo, maaf ya kadang ga jelas wkwk 🤣

Jan lupa mampir di ig aku
@foxi_s15 hehe

Yasha And His New FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang