Wanna be yours 0.2

202 10 0
                                    


Hi, maaf menyela ... Bahasa yang digunakan dalam cerita ini mungkin kurang cantik, puitis, atau dramatis. Sebenarnya saya bisa saja membuat cerita ini menjadi Aesthetic karena latar belakang dari cerita ini adalah jaman lampau, Agamism, dan Slavery to lordship, tapi saya mementingkan saya sendiri karena takut ada tangan JAIL yang menyalin cerita saya seperti cerita yang saya buat di akun yang lain ... Walau cerita beserta akun t'lah saya hapus. Jika anda, para pembaca, KANG Repost, dapat berjanji tidak melakukan hal itu pada cerita saya, cerita saya akan 100% menjadi lebih menarik dan unik!
SEKIAN, TERIMAKASIH!!

°•°°•°•°

Amon menatap wajah tampan Arman yang tertidur bak koala, "Padahal baru sedikit," Ucapnya kecewa.

Amon terlena dengan permainannya sendiri. Awal mula ia hanya penasaran pada si bujangan desa, lama-lama ia ingin meminum darah yang beraroma wangi itu. Kini? Ia malah terjebak kontrak dengan si bujangan desa.

Amon tersenyum geli ketika melihat tangan Arman yang meraba-raba, seolah mencari sesuatu. "Amon ...?" Lenguh Arman.

"Saya disini, ubi jalar," Amon mendekat pada kasur kecil yang ditiduri Arman dan tidur disebelahnya. "Anda manis sekali, " Amon tersenyum manis namun halisnya menukik seolah tak setuju dengan sesuatu, "Maksud saya ... Darah anda yang manis!!"

"Amon ...? Kenapa anda tiba-tiba berteriak?" Arman membuka satu matanya.

"Aaa ... Bukan apa-apa. Tidur lagi saja," Balas Amon.

Amon mengulurkan tangannya. Ia menutup mata Arman dengan tangannya yang dingin.

Arman merasakan dinginyanya tubuh Amon yang berbaring di sampingnya. Ia merasa bahagia, tapi juga bingung. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya dirasakan Amon padanya. Ia hanya tahu bahwa ia mencintai Amon, yang datang ke desanya sebagai seorang pengembara.

"Amon, apa anda mencintai saya?" tanya Arman dengan suara lembut.

Amon terkejut, lalu menoleh ke arah Arman. Ia melihat wajah Arman yang berseri-seri, dengan mata yang bersinar.


Amon tidak tahan lagi dengan perasaannya yang bergejolak. Ia tidak bisa mengendalikan hatinya yang berdebar-debar setiap kali melihat Arman. Ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menyentuh Arman, mencium Arman, dan memeluk Arman. Ia tidak bisa mengakui bahwa ia mencintai darah (?) Arman, meski ia sudah hidup selama 10000 tahun sebagai vampir.

Ia benci dirinya sendiri, yang menjadi lemah di depan Arman. Ia benci Arman, yang membuatnya jatuh cinta pada darah. Ia benci kontrak yang mereka buat, yang membuatnya terikat dengan Arman. Ia benci semuanya, yang membuatnya tidak bisa lepas dari Arman.

Ia ingin melarikan diri dari Arman, dari desa itu, dari dunia ini. Ia ingin kembali ke kehidupannya yang sepi, tanpa cinta, tanpa harapan, tanpa rasa sakit. Ia ingin kembali ke kegelapan, tempat ia merasa nyaman.

Ia tiba-tiba saja berdiri dari tempat tidur, lalu melangkah besar ke pintu. Ia berteriak dengan suara keras, yang membuat Arman terbangun dari tidurnya.

"Saya tidak menyukai anda, Arman! Anda jelek seperti ubi jalar! Anda tidak pantas untuk saya! Anda tidak ada apa-apanya bagi saya! Anda hanya kantung darah dalam hidup saya! Saya benci anda, Arman! Saya benci anda!"

Ia menutup pintu dengan keras, lalu berlari keluar dari rumah. Ia tidak peduli dengan Arman, yang mungkin menangis di balik pintu. Ia tidak peduli dengan desa itu, yang melihatnya dengan tatapan heran. Ia tidak peduli dengan dunia ini, yang menyaksikan kepergiannya.

[BL] Bjirlah || Sedang berlangsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang