Petang kian menampakkan dirinya dengan menyala tanpa pernah takut karna hanya sementara,aku tinggal bersama luka terbesar yang takkan pernah bisa hilang dalam hidupku.
Aku duduk di sebuah bangku di taman belakang dengan melihat awan yang membentuk dan bergerak tanpa pernah tau saat itulah kehancuran mental dan psikis ku dimulai.
Tak terasa senja kian meredupkan sinarnya dan aku beranjak dari tempat duduk untuk masuk ke dalam rumah.kaki jenjang ku kian melangkah memasuki bagian dalam rumah,aku melewati bagian ruang keluarga dan terhenti kala melihat sesuatu yang sangat menjijikkan di depan sana.
Disana terdapat seorang wanita berumur dan seorang pria yang sedang bermesraan,aku kian melangkah mendekati mereka sampai akhirnya aku tepat berdiri di samping sofa yang mereka duduki.
"Ma.. dia siapa?" Kataku sambil menunjuk ke arah lelaki tersebut.
"Kamu ngga usah ikut campur masuk ke kamar sana" katanya dengan nada ketus
"Tapi dia siapa ma? Dan kenapa dia disini, jangan bilang dia itu selingkuhan mama?"
"SAYA BILANG MASUK KE KAMAR KAMU JANGAN IKUT CAMPUR PAHAM"
"Tapi ma,apa mama ngga mikir perasaan papa gimana nanti kalau tau"
Plak....
Sebuah tamparan cukup keras dari seorang perempuan yang bisa di bilang telah melahirkan ku mengenai pipi kiri dan membuat sudut bibir ku berdarah.
"SAYA BILANG JANGAN IKUT CAMPUR,ANAK INGUSAN KAYAK KAMU NGGA PERLU TAU"
Tak ada rasa peduli dan kasih sayang dari sorot matanya,setelah mengatakan itu beliau berlalu pergi bersama pria tadi tanpa memperdulikan perasaan dan hancur mental anak nya.
Aku yang masih mematung di ruang keluarga segera beranjak naik menuju tangga untuk ke kamar.helahan napas berat bersama air mata yang jatuh tanpa permisi membanjiri pipiku.
Sesampainya di depan pintu makar aku langsung masuk dan menutup serta mengunci pintu tersebut,aku duduk di depan kasur dan meringkuk sambil menangis.
"Tuhan aku tidak minta banyak tapi kenapa sulit bagimu untuk memberikan kebahagiaan untuk ku"
"Sulit banget ya tuhan sampai engkau memberikan luka ini dari orang terdekatku"
Aku masih terus meringkuk entah sampai berapa lama tapi setelah air mataku terkuras habis dan mulai bengkak aku menatap jam yang terpajang di dinding kamar dengan ukuran yang besar,di situ menunjukkan pukul 20.00.
Aku lalu bangkit dan menuju ke kamar mandi dan membasuh muka untuk merasa segar,selepas dari kamar mandi aku aku berjalan menuju meja belajar yang terletak di pojok ruangan kamar ku.
Aku berjalan sampai akhirnya tepat di depan meja belajar aku tak duduk hanya mengambil benda kecil persegi berwarna silver yang baru saja selepas pulang sekolah ku beli.
Benda itu ku lepas dari kertas pembungkusnya dan membuangnya di tempat sampah di bawa meja belajar,setelah itu benda kecil berukuran persegi itu ku arahkan ke bagian tangan kiri ku.
Sret... Sret... Sret...
Sayatan yang terpampang jelas di tangan kiri ku tidak banyak hanya saja cuman 20 lebih sayatan yang baru saja ku buat,darah kian mengalir dari sayatan yang ku buat membuat bau amis tapi tidak dengan ku karna bagi ku tidak amis tapi wangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reyna Dan Ribuan Luka
Teen FictionJANGAN LUPA SEBELUM BACA FOLLOW DULU YE BIAR AKRAB JE LAH KITA. mungkin kata keluarga tersemat untuk menjadi bagian dimana terbentuknya mental dan karakter dari anak mereka tapi jika sebaliknya kalau keluarga adalah pondasi awal hancurnya mental dan...