02. Rumah?

3 1 0
                                    

Halo rakyat ijotomat nyampe dimana nih cerita!

Aku balik lagi nih ada yang nungguin kah part ini? Kalau ada komen dong

Gimana kabar kalian? Jangan lupa awali hari dengan senyum ya

Happy reading

.
.
.
.
.
.
.















Setelah pulang sekolah aku langsung menuju bangunan yang disebut rumah,sebuah bangunan yang katanya bisa memberikan banyak keceriaan,tawa dan bahagia tapi tidak dengan ku.



Rumah? aku tidak punya rumah, bangunan yang kebanyakan orang sebut sebagai rumah itu,bagiku hanya tempat untuk menumpang tidur dan sebagai gantinya,aku harus merelakan mentalku hancur.



Sesampainya tepat di depan pintu rumah aku langsung tersentak mendengar suara pecahan barang yang ada di dalam sana.


Pyaar...


Tanpa mengetuk pintu aku langsung membuka dan melihat sekeliling ruangan di rumah ini yang berantakan serta pecahan kaca yang berserakan di lantai.



Langkahku terhenti kala mendengar suara cekcok dan pertengkaran yang ada diruang keluarga,terlihat sepasang suami istri sedang beradu mulut dengan emosi yang tidak bisa terkontrol lagi.

"Bagus kamu ya,udah berani bawa selingkuhan mu itu masuk ke dalam rumah ini" kata pria yang hendak mengambil vas bunga di dekat meja tv


"Apa urusannya sama kamu hah,kamu kira aku ngga tau kalau selama ini kamu bawa cewe ke ruangan kantormu" balas wanita itu dengan tak kala emosi

Perdebatan di antara mereka hanya membuat kepalaku sakit tapi ketika aku melihat papa yang mengarahkan vas bunga ke arah mama aku langsung berlari dan mencoba melindungi nya.

"Stop pa stop" unjarku sambil berdiri di depan mama


"Kamu minggir jangan ikut campur urusan orang tua" sambil menghalau ku dengan tangan kiri nya



Halauan itu cukup keras sampai membuat ku terbentur ke meja dekat tangga.kejadian itu tak membuat mereka sadar akan perbuatan nya tapi malah semakin ricuh sampai akhirnya aku memegang kepala ku dan beranjak menuju kamar.

Langkah ku menaiki anak tangga terasa berat tanpa mau memperdulikan lagi pertengkaran yang terjadi di bawah,setelah sampai di depan pintu kamar aku langsung masuk dan mengunci pintu itu.

Aku memegangi kepala ku yang terasa sakit tapi kaki ku seakan tak berdaya lagi karna tanpa ku sadari pecahan dan serpihan kaca yang di lantai bawah menusuk.



Sampai akhirnya aku terduduk di depan kasur ku sambil menaikkan pandangan untuk melihat hiasan galaksi yang sengaja ku buat.


Hembusan napas terdengar begitu panjang,ini lah resiko nya kalau aku di rumah bukan hanya fisik yang terluka tapi mental dan juga psikis ku.



Andai andai dan andai,aku hanya bisa berandai memiliki keluarga yang harmonis seperti orang lain bahkan belimpah nya kebahagiaan yang orang tuanya berikan.



Seakan semesta tidak membiarkan aku mendapatkan itu dengan mudah,lihat saja tadi yang terjadi padaku dan tanpa aku sadari tetesan cairan berwarna merah mengalir perlahan di wajahku serta air mata yang turun tanpa di minta.

Reyna Dan Ribuan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang