Part 3 : Semuanya Salah Waktu

17 1 0
                                    

Sial, padahal aku lebih dari cukup untuk kamu jadikan pacar dibandingkan adik. Kamu belum melihat pesonaku kah?

*****

Hari-hari pun terus berjalan. Salah satu hal yang Fidia syukuri adalah hari-hari setelah ia menuduh Raihan menyukainya, berjalan tanpa harus bertemu Raihan.

Fidia mendapatkan kelas online sehingga tak mengharuskan untuknya bertemu secara langsung dengan teman-temannya. Walaupun begitu, besok adalah hari dimana ia akan bertemu dengan Raihan.

Fidia yang sudah kelimpungan sejak pagi, berusaha mencari topik agar tidak terlihat canggung saat bertemu Raihan. Akibat kebuntuan akalnya, ia beranjak menuju kamar kostan Naila untuk meminta saran.

Tok tok tok

"Ila ini gue, Fidia."ujarnya. Tak menunggu lama, pintu pun terbuka dengan muka suntuk.

"Kenapa? Kalau gak penting, gue tutup lagi nih pintu."ujar Naila. Tanpa menghiraukan ucapan Naila, Fidia langsung menyelonong masuk ke dalam kamar Naila.

"Ini penting banget, super penting!"

"Besok gue bakal ketemu Raihan! Gimana dong, La?"tambahnya dengan muka frustasi.

"Hahaha, gue kira lo selama ini gak punya rasa malu."ujar Naila sambil tertawa.

"Serius dong, La!"ucap Fidia dengan muka masam.

"Ya gue juga gak tau harus gimana, gue mana pernah berbuat segila itu. Hahaha,"

Masih tak mendapatkan jawaban yang ia inginkan, Fidia hendak beranjak dari kamar Naila.

"Lah kok ngambek, kalau gak lo seperti biasa aja. Gue yakin cowok kayak Raihan gak mungkin bahas yang kemarin dalam waktu dekat ini."ujar Naila sambil menahan Fidia yang hendak beranjak.

"Dalam waktu dekat ini?"

"Lo kayak gak ngerti aja, palingan ini nanti bisa jadi ceng-cengan aja."ujar Naila sambil menaik-turunkan alis.

Fidia yang kesal mendengar kemungkinan tersebut, langsung meninggalkan kamar Naila. Sesampainya di kamar, Fidia merenungkan lagi langkah yang akan ia ambil.

Tak lama dari itu, mata kantuknya sudah tidak bisa diajak kompromi. Ia tertidur lelap seakan besok bukanlah hal yang berat untuk ia lalui.

***

Pagi hari telah datang, Fidia dengan pakaian formalnya sudah bersiap untuk beranjak menuju kampus. Ia membulatkan tekad untuk bersikap tak peduli kepada Raihan.

Ia yakin Raihan cukup memahami untuk memberikannya waktu dalam mendalami rasa malu ini. Akan tetapi, harapan hanya tinggal harapan.

Raihan si bodoh dalam memahami keadaan langsung memanggilnya ketika ia sampai di kampus. Seperti yang sudah ia duga, kehadiran Khalid dan dua teman lainnya ketika ia melakukan hal bodoh akan menimbulkan efek juga.

Kepercayaan diri Fidia yang telah melampaui batas pun menjadi bahan ejekan teman seangkatannya. Tanpa membalas sapaan Raihan, Fidia langsung melengos masuk ke dalam kelas.

Akibat datang mendekati waktu masuk, Fidia mendapatkan tempat duduk diujung dengan sebelah tempat duduknya kosong.

Di depan sana, terdapat Raihan yang sedang berusaha mencari tempat duduk. Ia berharap, hal ini tak berjalan seperti drama-drama yang ia tonton.

Ia sungguh tak ingin Raihan duduk di sebelahnya. Ia mengucap syukur didalam hati ketika Khalid hendak duduk di sebelahnya.

"Lo hutang budi nih sama gue,"ujar Khalid dengan bangga.

KiklokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang