Nostalgic Night

104 61 82
                                    

"Kamu tahu apa yang aku suka dari laut?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu tahu apa yang aku suka dari laut?

Jullie meraut wajahnya bingung, kemudian ia menggelengkan kepalanya pelan.

"Laut itu tenang, sama seperti sikapmu. Kemudian laut itu teduh, sama seperti tatapanmu. Juga indah, sama seperti dirimu."

Jullie tertawa kencang, sengaja menutupi hatinya yang terbawa perasaan. Ia hanya malu menunjukannya.

"Ngarang banget kamu tuh, mana bisa seperti itu."

"Aku hanya berbicara fakta."

Jullie tersenyum senang, segala yang diucapkan olehnya terasa menghangatkan hati. Senja pun mulai muncul secara perlahan, Jullie menyandarkan kepalanya dipundak Dikey sembari menikmati pemandangan di depannya.

"Bukan kah cantik? Laut biru yang di padukan langit berwarna orange."

"Hm, setiap ciptaan Tuhan selalu cantik."

"Benar, sama seperti dirimu."

"Berhenti ngegombal! Aku muak!" Ujar Jullie sembari mencubit pinggang Dikey.

"Hahahaha iya stop mencubit, aku geli."

"Rasain."

"Okay Jullie, rasain juga pembalasan aku nih." Seru Dikey riang sembari menggelitik Jullie.

Mereka tertawa bersama, merasa bahagia dan lengkap untuk satu sama lain. Sampai akhirnya mereka lelah, mereka membaringkan badannya di pasir pantai tidak peduli dengan baju yang akan kotor, masih dengan menatap langit yang sudah mulai menggelap.

"Dikey, aku senaaaanggg sekali hari ini. Makasih udah bawa aku ke tempat yang kamu sukai ini."

"Tempat yang aku sukai tidak ada artinya kalau kamu tidak bersamaku. Aku juga senang sekali bisa menghabiskan waktu sama kamu."

"Julliette, aku bersyukur banget punya kamu. Aku gamau kamu pergi Jullie, aku butuh kamu. Jangan tinggalin aku Jullie, aku juga ga akan pernah ninggalin kamu."

"Aku ga akan kemana-mana Dikey."

"Janji?" Tanya Dikey lalu mengangkat jari kelingkingnya.

"Janji." Ucap Jullie tulus yang langsung mengaitkan jari kelingkingnya kepada lelaki di sebalahnya itu.

Kemudian dengan lancang, Dikey mulai mencium kening perempuan di sebelahnya dengan hangat.

Tanpa sadar Jullie meneteskan air mata, teringat semua kenangan yang ia sendiri sebenarnya tidak mau mengingat.

"Aku mengingkari janji ku, maaf. Tapi aku harus egois demi kebaikan diriku. Aku begini juga karna sikapmu."

"Bagaimana bisa? Tepat sehari setelah kita ngehabisin waktu di pantai, besok nya kamu bericuman dengan Jesslyn."

Miris sekali, Jullie tertawa, menertawakan pahitnya nasib cinta yang ia miliki.

Ia ingin melupakan segalanya, namun jujur saja sulit untuk melakukan hal tersebut. Pasalnya, hubungan yang ia jalin dengan Dikey telah berangsur lama selama tiga tahun.

Banyak kenangan yang telah mereka ukir bersama, setiap tempat telah mereka kunjungi bersama sehingga rasanya ketika Jullie berpergian dan melihat sekitar, istilah Cornellia Street menggambarkan perasaan Julle pada saat melewati banyak tempat.

Hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk tinggal di negara ini, mencoba menghilangkan semua yang berhubungan dengan masa lampunya, dengan suasana dan orang-orang yang baru.

Namun, takdir berkata lain. Nyatanya kepindahannya tetap membawa dirinya terhubung dengan masa lalu nya. Dimana ia dipertemukan lagi dengan Jesslyn, wanita kedua setelah dirinya yang menjadi pilihan Dikey. Juga Jesslyn yang merupakan adik tiri Joshua, yang dengan sadar nyatanya ia memiliki ketertarikan terhadap pria tersebut.

Entahlah apa rencana Tuhan, mungkin Tuhan tidak ingin hamba nya yang satu ini lari dari masalah, dan dibalik ini semua mungkin memang ada yang harus Julle selesaikan.

Namun Jullie bingung, ia tidak tahu langkah apa yang harus ia jalani. Apakah ia harus menemui Jesslyn? Apakah ia harus menjauhi Joshua? Tapi dipikir-pikir Joshua sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan ini semua.

Mengusap air matanya, ia menghembuskan nafas panjang. Ia sudah pindah negara dan harus bangkit dari keterpurukan, dirinya harus berani menghadapi suatu masalah. Jika begini terus, Jullie tidak akan menemukan titik terang dan akan selalu terperangkap dalam kesedihan.

Kemudian ia mulai tersenyum, dan memutuskan untuk pergi keluar, sekedar menghilangkan semua rasa lelah, penat, dan sedihnya.

Kemudian ia mulai tersenyum, dan memutuskan untuk pergi keluar, sekedar menghilangkan semua rasa lelah, penat, dan sedihnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Amsterdam, Amstel River - 08.30 PM

Sudah malam, namun langit masih terlihat terang. Tidak heran disini, hal seperti itu kerap kali terjadi.

Jullie mendudukan dirinya di tepi sungai, tidak ramai orang kali ini, mungkin dikarenakan waktu sudah malam dan udara semakin dingin.

Ia menatap sungai, arusnya mengalir dengan tenang. Tanpa terasa air matanya menetes lagi, tujuan awal datang untuk menenangkan hati namun kini tempat yang ia datangi mengingatkan dirinya kepada Dikey, dimana ia selalu menanatap laut bersama sambil bersenda gurau.

Walaupun ia benci, tidak dipungkiri ada sedikit rindu yang menyeruak dalam hatinya.

"Gue harus apa sekarang?"

"Tuhan." Tiba-tiba Jullie tersentak kaget, saat dirasa ada yang menepuk pundaknya.

Badannya membeku dan pikirnya kalut, takut memikirkan resiko buruk yang bisa saja terjadi, seperti diculik contoh nya. Ia sendiri tidak berani untuk memutar balik tubuhnya, mencari tahu siapa pemuda yang menepuk pundaknya dari belakang.

Takut ketika ia berbalik, mulutnya langsung didekap oleh orang tersebut.

" Wie? Blijf nu uit mijn buurt!" (Siapa? Menjauh dari aku sekarang!)

***

Glosarium: Cornelia street (sebagai suatu pengingat kenangannya akan seseorang)

Hai semuanya, maaf yaa kalau updatenya kemaleman huhu wattpad ku error:( enjoy your reading semoga suka yaa, jangan lupa tinggalkan jejak komen dan votenya!! Goodnight💓

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang