A gift

54 16 18
                                    

Julle bersiap mengenakan coat selututnya sebab Joshua kini akan membawanya untuk berjalan-jalan. Setelah ia memberi tahu detail apa yang sebenernya terjadi terhadap masa lalunya, Joshua meminta maaf atas nama adik tirinya kemudian mengajak Julle pergi untuk menebus kesalahan adiknya.

Julle sebenernya menolak karena ia pun berpikir bahwa Joshua tidak ada sangkut pautnya, namun pria tinggi tersebut tetap kekeuh untuk mengajaknya pergi. Tanpa ada alasan lagi akhirnya Julle menerima tawaran tersebut.

"Hai Josh!" Sapa Julle setelah keluar dari appartment nya.

Terlihat Joshua mengenakan coat coklat juga mengenakan topi baret yang senada.

Satu kata kesan Julle terhadap Joshua sekarang yaitu "menggemaskan."

"Gue nge call lu 10 kali Julle, kenapa ga di angkat hm?" Ujarnya seraya bertengger di mobil yang ia bawa.

Oh ya, mereka sudah bertukar ponsel dan bercerita banyak hal sewaktu di kedai.

"Oh sorry hp gue mati, ga ke charge semalem dan gue berencana buat nge charge di mobil." Jawabnya memelas, sementara pria di hadapan Julle hanya berdecak kesal.

Julle yang melihatnya mengulum senyum, bukannya menakutkan pria ini malah terlihat lucu seperti anak-anak.

"Lu udah nunggu lama Josh?"

"Arround 7 minutes i guess."

"Please deh Josh elu yang kepagian, lu datang lebih awal dari janji temu kita."

"Hahaha ga sabar ketemu lu soalnya."

Julle hanya memutar bola matanya malas, seakan sudah terbiasa dengan sikap flirty nya itu.

Joshua kemudian menarik tangan Julle pelan sebelum ia membukakan pintu mobilnya dan menyuruh Julle duduk dikursi penumpang.

"A gentle man." Pikir Julle.

"Sorry Julle kalo mobilnya berantakan." Ucap Joshua sembari menyalakan mobil.

Julle menganga tak percaya, disaat semuanya tersusun rapih bahkan tidak ada noda debu sedikitpun di mobilnya namun ia masih bisa menyebutkan isi mobilnya berantakan.

"Lu gila, mananya yang berantakan? Bahkan mobil lu aja wangi."

Joshua hanya terkekeh, kemudian bertanya.

"Wangi apa?"

"Smells like wood and citrus?" Jawabnya tidak yakin.

Sementara Joshua hanya tertawa membuat Julle disamping nya terheran-heran.

"Kenapa? Salah ya?"

"No, you right Julle."

"Terus kenapa ketawa?"

"It's my parfume actually."

Jullie melebarkan matanya kemudian menunduk malu.

"I thought it was the smell of car freshener." Jawab Julle semakin mengecilkan suaranya.

Kemudian ia mencari-cari keberadaan pewangi mobil, namun ia tidak menemukannya. Berarti memang benar bahwa wood and citrus is his parfume.

"Aneeways, lu suka ngga sama wanginya?"

"Of course, dibanding wangi feminine yang lebih merujuk ke manis, gue lebih suka aroma yang sedikit masculine kaya gini. Kesannya fresh banget, and i think your perfume is also suitable for unisex wear."

"You have a good taste Julle."

Julle hanya tertawa, tak lama ia kembali bertanya.

"Lu mau bawa gue kemana btw?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang