20. Merelakan

178 12 0
                                    


Shenzi menatap aneh sang Bos yang beberapa hari ini terlihat anteng, jarang sekali bertingkah ajaib yang mana membuat sang asisten pusing tujuh keliling. Kelvin yang biasanya sering merepotkan Shenzi dengan menyuruhnya ini itu, kini lebih banyak mengerjakannya sendiri. Seperti contoh, Kelvin menghadiri rapat tanpa menyuruh Shenzi menggantikannya.

Well, apakah ini pertanda jika sebentar lagi Shenzi akan dinon-aktifkan dari pekerjaannya?

"Jadi, apa yang membuatmu seperti ini, Bos?" tanya Shenzi merasa tidak tahan untuk tidak bertanya pada Kelvin mengenai perubahan pria itu.

Kelvin yang tengah membaca berkasnya dengan tenang dan ganteng itu menjawab santai.

"Memangnya aku kenapa? Kau merasa ada yang aneh?"

Shenzi tentu saja langsung mengangguk cepat. "Ini bukan seperti Kelvin yang kukenal! Mengaku lah! Kau baru menemui ahli hipnotis? Dukun Santet?" cecar Shenzi tak lupa mengancungkan jari telunjuknya di depan wajah Kelvin.

"Dukun santet, matamu!" kilah Kelvin tidak terima. "Memangnya kenapa dengan perubahanku, sih? Bukan harusnya kau senang sudah tidak kusuruh memimpin rapat lagi?"

"Ya, memang. Tapi tetap saja aku merasa aneh," jawab Shenzi kini malah menggaruk tengkuknya dengan ekspresi memelas. "Aku hanya takut kau memecatku."

Kelvin yang mendengarnya hanya berdecak. Tidak heran jika alasan Shenzi seperti itu. Si Asistennya itu benar-benar tidak bisa lepas dari uang.

"Ya sudah kalau begitu. Kerjakan berkasku dan pimpin rapat besok," ujar Kelvin seraya bangkit dari kursinya dan meninggalkan berkas yang belum ia selesaikan. Membuat Shenzi kembali melongo melihat perubahan dratis secara mendadak dari Kelvin.

"Are you kidding me, sir?"

Kelvin menjawab malas sambil memasang jasnya, "kau bilang takut kupecat, kan? Kalau begitu bekerja lah dengan baik pembantuku."

Shenzi hanya mengumpat dalam hati. Menyesali perbuatannya yang ternyata malah mempersulit dirinya. Tapi tak apa lah, yang terpenting ia tidak melihat tanda-tanda Kelvin akan menendangnya dari sini.

"Lalu kau mau ke mana?" tanya Shenzi penasaran akan kegiatan Kelvin setelah ini. Tidak mungkin pria itu pulang secepat ini, bukan? Atau malah benar akan pulang?

"Pulang ke rumah."

"Apa?" Shenzi tidak salah dengar, kan?

"Iya, aku akan pulang ke rumah. Ke istana menyebalkan itu," ulang Kelvin malas, hingga membuat Shenzi kembali bingung.

Tumben sekali cucu tertua keluarga Quinzel itu mau pulang ke rumah. maksudnya, rumah kediaman keluarga besar Quinzel.

"Memangnya kau siap diserang pertanyaan tentang calon istrimu, huh? Kau belum menemui mereka semenjak kejadian kemarin, kan?" tanya Shenzi, kini ia cukup menkhawatirkan Kelvin mengenai kejadian beberapa hari lalu, yah mengenai pertemuan keluarga pria itu.

"Entahlah. Mungkin aku akan menjelaskan yang sebenarnya pada mereka," jawab Kelvin yang sebenarnya juga sedang bingung untuk menjelaskan apa pada ibu dan keluarganya.

Shenzi yang tahu kebingungan Kelvin lalu menghampiri pria itu, "mau kubantu?"

"Memangnya mau bantu apa?"

"Memanggil Clara?"

Kelvin yang mendengarnya hanya tersenyum dan menggeleng, membuat Shenzi yakin jika hal ini lah yang menjadi perubahan pria itu selama beberapa hari ini.

"Tidak perlu memanggil dia. Toh, dia memang tidak perlu ikut dalam urusanku. Seperti katamu, untuk apa memaksa orang yang sama sekali tidak menyukaiku, kan?"

Not A Bitch Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang