Permintaan maaf

330 34 10
                                    

Boleh dong vote dulu sebelum baca, biar aku tambah mood ngetiknya😋

Selamat membaca

-
-
-

Di hari merupakan hari ke tiga Faris berada di kota Semarang. Video call tengah malam adalah kegiatan rutin dirinya dengan Aneesha, tak sedikit pun dirinya lupa untuk memberi kapan pada istri tercintanya.

Seperti di waktu ishoma ini, setelah sholat dan makan Faris langsung menghubungi Aneesha. Faris memang tak terlalu sibuk, sehingga memudahkan dirinya untuk berkomunikasi dengan istrinya.

Namun beberapa jam ini dirinya kerasan jika istrinya susah untuk di hubungi. Tetapi dia membiarkan saja, mungkin Aneesha tertidur atau memiliki pekerjaan lain di sana.

"Ustadz Faris?"

Faris menoleh. "Mas aja, saya bukan ustadz." Faris berdecak kesal, dia hanya orang yang membantu untuk memberi materi kepada beberapa kelas santri yang ada di pondok pesantrennya dulu.

Santri itu menggaruk tengkuknya. "Ah itu ... Afwan ustadz di panggil ustadz Ali," ucap santri itu.

Faris mengangguk, "Terima kasih, kamu boleh pergi sekarang," balas Faris. Santri itu mengangguk lalu pergi dari hadapan Faris.

Faris melirik ponselnya, istrinya itu belum online dan membalas chat yang dia kirim. Faris menghela napasnya, entah mengapa dia merasa khawatir dengan istri kecilnya itu.

"Semoga kamu baik baik saja Humai," lirih Faris, dia segera beranjak pergi untuk menemui Ali.

Faris menyusuri jalanan dengan perasaan tak enak, tapi dia berusaha menepis perasaan itu.

"Ya Allah, lindungi siapapun yang membuat hatiku resah."

--

"Assalamu'alaikum Li." Faris mengucapkan salam dengan badan yang sedikit membungkuk untuk menghormati orang yang memanggilnya ke sini.

"Waalaikumsalam Faris, sini duduk Ris." Ali menepuk-nepuk bangku yang ada di sampingnya, sedangkan istrinya sudah menatap sinis Faris.

Faris tersenyum, sengaja tak menghiraukan Amira yang memberikan lirikan maut. Faris menghela napasnya, dia masih merasa kesal dengan Amira. Untung saja dia mengajak pindah ke rumahnya sebelum terjadi kekacauan di pesantren.

"Sekali lagi, saya minta maaf Ris, dan terutama istri saya yang selalu membenci istrimu. Saya gak tahu apa yang istrimu lakukan sampai sampai istriku ini selalu memusuhi istri kecilmu itu. Ris, kami memang dulunya berniat untuk menjodohkan kamu dengan Aqila, awalnya aku juga marah kepada kamu yang tiba-tiba memutuskan untuk menikahi perempuan lain. Tapi makin ke sini aku makin sadar jika kamu benar benar mencintai istri kecilmu, dan kami berniat untuk meminta maaf sebesar-besarnya. Meskipun tak bisa merubah hatinya, tetapi setidaknya aku berharap dengan permintaan maaf ini akan meringankan rasa sakit di dalam hati Aneesha," tutur Ali panjang lebar.

Faris terdiam, dia tidak menjawab dan justru mengamati sekitarnya. Dia masih belum yakin dengan Amira, dia tahu salah satu sikap Amira yang harus selalu di turuti, dan bisa saja Amira nekat mencelakai istrinya.

Faris was was terhadap wanita itu, dan benar saja, Faris menemukan kejanggalan di raut wajah Amira. Faris tersenyum dalam hati, setidaknya untuk saat ini dirinya tidak akan mempertemukan mereka berdua.

"Apa istrimu ikhlas Li?" Mendengar ucapan Faris, Ali langsung memandang istrinya.

Benar, istrinya itu memasang wajah masam dan seakan tak ingin di salahkan. Ali menghela napasnya pelan, sedari malam dirinya telah memberi penuturan untuk istrinya tetapi istrinya itu tak mau menurut.

Living With Mas Santri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang