7. Melawan Preman Kampung

20 3 0
                                    

Maaf telat update ya teman-teman. Lagi healing selama liburan, jadi susah banget buat update. 🙏

Alin menegakkan kepala diiringi suara renyai tawa seisi kelas. Dengan mengerutkan wajah, ia menatap Yudi menyiratkan rasa tak nyamannya atas ucapan teman yang baru dekat itu.

"Kalau begitu, harusnya Gania tak perlu berpenampilan cantik. Toh, selera Yudi cuma seperti ini. Seharusnya, Gania makan yang banyak biar mirip dengan alien. Gak perlu jadi satpam sana sini demi kekep Yudi!" sorai anggota kelas yang lain.

"Bener-bener!" sambut teman Alin yang lain.

Alin kembali membenamkan wajahnya. Mukanya yang sudah merah karena jerawat meradang, menjadi merah padam hingga ke leher.

Yudi yang memperhatikannya dengan diam, tersenyum tipis menggelengkan kepala.
*
*
*

Gara-gara kejadian itu, Alin semakin menjadi bahan olok bagi kawan-kawan sekolahnya. Hingga pada waktunya pulang sekolah, Alin pun terus diikuti oleh siswa kelas lain yang akhirnya mengetahui berita tersebut.

"Sebaiknya, kita berguru kepada alien. Siapa tahu, kawan-kawan Yudi yang keren-keren itu juga bisa nempel sama kita-kita," ucap salah satu siswi, sengaja mengucapkannya dengan keras.

Alin mendengkus kesal, wajahnya mendelit menahan rasa kesal. Namun, ia memilih melanjutkan langkah membiarkan tingkah laku kawan sekolahnya tersebut.

Setelah lelah mengolok Alin yang terus berjalan tak memberi respon terhadap mereka, siswa-siswa jahil tersebut menghentikan candaan mereka karena merasa kecewa dengan sikap Alin.

"Huh, gak asik lu!" rutuk mereka lalu sepakat untuk berjalan mendahuluinya.

'Nyak, apa dulu waktu Nyak seusia aye, Nyak begini juga? Kenape hidup aye terasa suseh begini?' desah Alin di dalam hati. 'Yudi, awas kau!' tambah Alin, mangkel.

Alin melewati jalan yang biasa dilalui. Kawanan Stevy sama sekali tak menampakkan wajah. Kali ini, ia merasa sedikit lebih tenang karena tak ada lagi gangguin dari anggota mereka. Ditambah lagi dengan kenyataan sang ketua genk, Gania, yang sudah tidak bersekolah lagi di sana.

Hingga saat ini, tak ada siswa lain yang menakutkan dibanding genk-nya Gania. Kalau pun ada gangguan dari siswa di luar komplotan mereka, tak ada yang bisa bermain sekasar kawanan Gania beserta anak buahnya. Setelah keberanian membalas mereka, sejak itu pula tak ada yang berani muncul.

Di sisi lain di tempat yang sama, di mana ia biasa melihat petugas kebersihan, kali ini pun ia masih melihat Om Tampan, yang kali ini sudah tak tampan lagi. Alin terus mempercepat langkah, tanpa melirik keberadaannya.

"Ndut?" Suara orang itu, akhirnya memanggil dirinya.

Namun, Alin memilih melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan terhadap kawanan siswa yang menggodanya tadi. Ia terus berlalu tanpa memberikan respon.

"Ndut? Ke mana aja? Apa kamu sakit? Sepertinya, beberapa hari terakhir, kamu gak masuk sekolah, kan?"

degh

Alin memperlambat langkah dan cukup terkejut atas pertanyaan yang bertubi itu. 'Kok dia tahu aku nggak sekolah ya?'

Sedikit senyuman terulas dalam bibir Alin. Saat itu juga ia teringat bahwa Om Tampan ini telah memiliki keluarga. Ketika itu juga bayangan akan sindiran laki-laki ini terhadap fisiknya, melintas dengan sangat cepat.

'Ah, Aliiiin ... level dia tu secantik istrinya. Lagak sok merebut dia dari istrinya? Pacar aja nggak punya, pakai mengutuk dia mengejarmu segala? Sadar diri, napa?'

Mengejar Cinta Duda Kere(N)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang