Bab 1

256 8 1
                                    

Auryn menatap kosong sebuah testpack di tangannya.
"Positif..."
Auryn berucap pelan, testpack tersebut menunjukkan dua garis yang artinya ia positif hamil.

Ini semua berawal dari seminggu yang lalu, Auryn dari seminggu lalu selalu merasa mual di pagi hari, mood yang suka berubah ubah, keinginan keinginan aneh, porsi makan yang bertambah banyak, dan juga ia sering merasa mudah lelah padahal tidak melakukan aktivitas berat.
Awalnya Auryn acuh, namun sebuah kemungkinan yang mengganggu pikirannya membuat dia pada akhirnya membeli sebuah testpack. Dan ternyata benar, ia positif hamil.

Auryn tahu kepada siapa ia harus meminta pertanggungjawaban. Maka dari itu ia langsung bangkit dan berjalan keluar kamar mandi, mengambil kardigan untuk membalut tubuhnya yang hanya menggunakan kaos tipis berlengan pendek.
Auryn menyimpan testpack nya terlebih dahulu agar tidak ketahuan orang tuanya sebelum berjalan keluar kamar. Menuruni satu persatu tangga di rumahnya, langkah Auryn terhenti ketika ibunya tiba tiba muncul dari arah dapur.
"Auryn? Mau kemana sayang? Ini udah malem,"
Auryn tersenyum tipis, "Ryn mau keluar sebentar yaa, ngga lama kok."
"Udah malem sayang, besok aja ya,"
"Emm, ta--"
"Besok aja sayang, nanti kalo papa tau dia bisa marah loh. Kamu juga besok kan sekolah."
Auryn menghela nafas pelan, "Yaudah, ngga jadi. Ryn ke kamar dulu ya, good night mama."
"Night too sayang."
Auryn berbalik badan dan kembali melangkah menaiki tangga menuju kamarnya.

Auryn merebahkan dirinya diatas kasur, "Yah, besok saja, dia pasti ada di sekolah."
Auryn pada akhirnya melepaskan kardigan yang ia kenakan dan menyimpannya kembali lalu tidur. Ia harus menyiapkan tubuhnya untuk besok.







••••
Keesokan paginya, di jam istirahat pertama, Auryn sedang berjalan jalan di tengah koridor yang sedang ramai-ramainya. Lebih tepatnya ia sedang mencari seseorang.
Auryn sudah mencari ke taman belakang, gudang, dan tempat tempat lain yang biasa di datangi kekasihnya. Namun keberadaan kekasihnya masih belum di temukan, dan tujuan terakhirnya adalah rooftop sekolah.

Auryn mengatur nafasnya yang ngos- ngosan terlebih dahulu karena telah berjalan dari lantai satu menuju lantai lima sebelum membuka pintu rooftop.
"Betah juga lo pacaran sama dia,"
Auryn tertegun mendengar suara itu, ia menatap ke depan dimana ada Marvel -kekasih Auryn- dan seorang lelaki yang sepertinya teman dari Marvel duduk di sebuah sofa yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Lumayan taruhannya."
"Hahaha. Parah banget lo Vel, anak orang udah baper tapi lo nya cuma main main sama dia,"

Taruhan? Main main? Jadi, selama ini ia hanya di jadikan bahan taruhan? Dan selama ini, Marvel hanya bermain main dengannya.
Tangan Auryn terkepal erat dengan mata yang berkaca kaca. Ia dengan perlahan kembali menutup pintu rooftop agar tidak menimbulkan suara.
"Jadi ini, alasan sikap kamu berubah."

Hubungan mereka sudah berjalan selama 9 bulan, hanya 3 bulan lagi hubungan mereka akan memasuki satu tahun.
Awalnya semua berjalan baik baik saja, sikap Marvel begitu lembut, penyayang dan perhatian kepadanya. Namun itu hanya bertahan sampai 6 bulan, sebelum akhirnya sikap lelaki itu berubah drastis.
Auryn tidak tahu kesalahan apa yang ia lakukan hingga membuat sifat lembut dan penyayang Marvel berubah dalam semalam. Tidak ada lagi tatapan hangat, yang ada hanya tatapan tajam penuh kebencian.
Tidak ada lagi perkataan lembut, melainkan kata kata menyakitkan yang selalu keluar dari mulut lelaki tersebut. Tidak ada lagi perhatian, hanya perlakuan kasar yang selalu Auryn dapatkan. Dan itu semua Auryn dapatkan selama tiga bulan terakhir ini.

Cinta itu memang bodoh, terbukti dengan Auryn yang memilih bertahan setelah semua yang dilakukan Marvel kepadanya. Hanya karena cinta.
Auryn mengusap kasar air matanya, ia berlari kecil menuruni tangga. Meninggalkan dua orang yang masih asik berbincang di rooftop sekolah.

"3 bulan lagi ya," Marvel bergumam pelan. Namun Bagas -teman Marvel- masih dapat mendengarnya.
Bagas menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa, "Lo, baik baik aja kan sama dia,"
Marvel mengernyit menatap temannya, "Baik baik gimana?"
"Lo ga kasar sama dia kan? Lo perlakuan dia layaknya sepasang kekasih kan?"
Marvel langsung terdiam. Bagas yang tidak mendengar jawaban pun langsung menatap lelaki itu tajam.
"Jangan bilang..."
"Bukan urusan lo." Ketus Marvel.
Bagas menggeleng tak percaya, "Gue yakin lo bakalan abis sama Andra atau Jayden kalo mereka tau."
Marvel berdecak kesal, "Dia pacar gue, suka suka gue lah mau ngapain ke dia."
"Jangan mentang mentang lo pacaran karena taruhan lo bisa seenaknya. Kita juga ga masalah kalo lo mau lanjut, tujuan kita baik, kita cuma pengin lo buka hati aja. Auryn terlalu baik buat lo sakitin."
"Tapi bukannya kalian sama aja?" Marvel melipat tangannya di depan dada, "Jadiin dia bahan taruhan, sama aja kalian nyakitin dia."
"Tapi tujuan kita baik Vel--"
"Sebaik apapun tujuan kalian, cara kalian tetap salah."
Marvel bangkit dari duduknya, "Ngga usah nasehatin gue. Kita sama sama nyakitin, bedanya kalian ga secara langsung, gue secara langsung." Ucapnya sebelum pergi meninggalkan rooftop sekolah.

•••MEO•••🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang