Bab 4

119 11 3
                                    

6 tahun kemudian...

Sudah enam tahun berlalu lamanya, Auryn benar benar menghilang dan tak pernah menampakkan dirinya lagi di hadapan Marvel.

6 tahun Marvel lalui dengan hampa, kehidupan nya terasa begitu membosankan tanpa kehadiran wanita yang masih mengisi hatinya hingga sekarang. Rumah Auryn waktu itu sudah di jual, dan Marvel yang mengetahui itu tanpa pikir panjang langsung membelinya. Rumah yang sekarang menjadi tempat tinggalnya.

Marvel sekarang bukan lagi remaja labil, dia sudah menjadi CEO sukses yang menggantikan posisi ayahnya. Banyak yang berubah dari Marvel, wajahnya menjadi lebih dewasa dengan rahang tegasnya, alis tebal, bulu mata lentik, serta tatapan tajam yang menjadi ciri khas seorang Marvelio.
Sikap nya menjadi lebih dingin semenjak kepergian Auryn. Sikap kasar dan pemarah lelaki itu yang sudah melekat dari kecil pun sampai sekarang masih ada.

Marvel menghembuskan nafasnya lelah, ia merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Pekerjaannya sebagai CEO rasanya tak selesai-selesai meski ia sudah duduk berjam jam disini.
Marvel menatap sebuah foto yang ada di atas meja kerjanya. Tangannya terulur mengambil foto tersebut.

Foto itu Marvel ambil ketika Auryn yang memohon padanya untuk di belikan es krim namun ia tidak mau karena saat itu Auryn sedang flu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Foto itu Marvel ambil ketika Auryn yang memohon padanya untuk di belikan es krim namun ia tidak mau karena saat itu Auryn sedang flu.

Marvel tersenyum tipis, ia mengusap foto itu dengan lembut, "I miss you."

Brak!

Pintu ruangan Marvel di buka dengan kasar. Terlihat lah Bagas, orang yang tadi membuka pintu datang bersama Angga, Lingga dan Jayden.

"Bapak CEO sepertinya sangat sibuk," Bagas menepuk bahu Marvel pelan. Sementara Angga, Lingga dan Jayden duduk di sofa yang ada di ruang kerja Marvel.

Marvel memutar bola matanya malas, ia meletakkan kembali foto Auryn. "Kalian datang tidak di undang, tidak mempunyai sopan santun pula."

Jayden terkekeh pelan, "Kita teman?"

Marvel berdecak kesal, ia merebut foto Auryn yang baru saja di ambil oleh Bagas dan meletakkannya di laci mejanya.

"Belum move on?"

Marvel hanya berdehem pelan sebagai jawaban, ia kembali fokus mengerjakan berkas-berkas di hadapannya.

Bagas menggeleng pelan, ia ikut bergabung bersama teman temannya yang lain. Angga, Lingga, Jayden dan Bagas pun kini sudah sama sama sukses seperti Marvel. Mereka sama sama menjadi penerus dari perusahaan ayahnya masing-masing.

"Apa kalian tidak bosan?" Lingga membuka suara setelah beberapa saat hanya diam.

"Aku bahkan rasanya ingin berhenti menjadi CEO." Andra menghela nafas lesu.

"Bagaimana jika kita jalan jalan? Healing?" Usul Lingga.

"Not bad." Jayden menjawab dan digangguki yang lainnya.

•••MEO•••🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang