Pagi menyapa dan Lisa yang terbangun terlebih dahulu pagi ini karena cahaya matahari dari sela-sela atap menusuk ke dalam matanya, Lisa menoleh ke samping, Jennie masih terlelap dengan memeluk boneka berwana kuning yang juga sudah sedikit kotor, namun Jennie tidak lagi memakai selimut nya karena Lisa sendiri berkeringat sekarang.
Ditengah malam kemarin, keduanya kedinginan karena suhu mendadak turun, keduanya tidur bersebelahan dengan menggunakan tiga alas selimut yang tebal dan satu selimut mereka gunakan untuk menyelimuti tubuh mereka masing-masing, untungnya kedua tas ransel berisi baju bisa mereka gunakan sebagai bantal.
Lisa menghela nafasnya, entah berapa lama lagi mereka akan berada di antah berantah ini, kenapa bantuan tidak segera datang? Seharusnya negara sudah dapat melacak dimana letak pesawat jatuh kemudian segera mengirimkan tim untuk mengevakuasi semuanya.
Untungnya, gubuk ini cukup lebar jadi keduanya bisa berbaring dengan leluasa, meski tentu tidak sebesar ranjang king size, namun itu bukan menjadi masalah karena baik Lisa maupun Jennie masih bisa memiringkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri.
Rencananya, hari ini Lisa ingin mandi di sungai karena dia ingin merasakan air yang segar membasahi tubuhnya, mungkin akan berganti-gantian dengan Jennie nantinya?
Lisa memiringkan tubuhnya ke samping untuk memperhatikan Jennie yang masih terlelap, ada plester yang Lisa tempel di pelipis Jennie agar luka teman barunya itu membaik, begitu juga dengan kaki Jennie, Lisa memijatnya dengan lembut kemarin, bermaksud agar kaki Jennie tidak lagi terlalu membengkak.
Bagi Lisa, poni tipis milik Jennie membuat keimutan gadis itu bertambah, meski Lisa masih menebak-nebak apa penyakit yang Jennie idap sebenarnya, tapi sejauh ini, Lisa merasa jika Jennie tidak terlihat sakit atau semacamnya, justru Jennie terlihat seperti seorang gadis yang cukup lucu karena tingkahnya memang masih seperti anak-anak.
"Emhhh.. panas." Jennie yang tiba-tiba merengek membuat Lisa terkejut, apalagi kini Jennie menggaruk lehernya, Lisa mengangkat tangannya, memblokir cahaya matahari yang memang masuk dan pasti mengganggu mata Jennie.
Jennie memiringkan tubuhnya ke arah Lisa sedangkan Lisa belum menurunkan tangannya, Jennie belum juga membuka matanya namun Lisa memang dapat melihat keringat di sekitaran leher Jennie, mungkin Jennie sudah terbiasa tidur menggunakan pendingin ruangan yang nyaman di rumahnya, sama seperti Lisa, namun sayangnya mereka harus bertahan dalam kondisi seperti ini, entah sampai kapan.
Lisa mengambil pakaian kotor milik Jennie dan membantu Jennie menyeka bagian lehernya, dia juga tidak memiliki apapun yang bisa dia gunakan untuk mengipasi Jennie atau semacamnya, namun karena pergerakannya, Jennie perlahan membuka matanya.
"Lisa." Gumam Jennie karena hal pertama yang dia lihat adalah teman barunya sedang mengangkat satu tangannya lalu tangannya yang lain menyeka keringat di sekitaran lehernya.
"Hem.. apa kau masih mau tidur? Tidurlah lagi jika kau masih mengantuk, Nini." Ucap Lisa, Jennie menggeleng dan memilih untuk bangkit duduk.
"Sangat panas.. Nini tidak bisa tidur lagi." Lisa ikut bangkit untuk duduk dan Jennie mengucek matanya, Lisa refleks ikut membersihkan kotoran di sudut matanya.
"Aku ingin mandi ke sungai karena kau benar, rasanya sangat panas, aku juga berkeringat." Ucap Lisa, "hem, sangat panas disini." Jawab Jennie, bukan hanya panas saja, namun rasanya juga sedikit pengap.
"Kau ingin mandi juga?" Tanya Lisa dan Jennie mengangguk, "apa kita boleh mandi di sungai? Tidak ada hewan disana?" Tanya Jennie.
"Kita tidak memiliki pilihan lain lagi selain mandi di sungai Nini, jadi seharusnya aman." Balas Lisa, dia berpikir nantinya jika mereka kehabisan baju, keduanya bisa kembali lagi ke area pesawat kemudian mencoba mengeksplor bagian lain, pasti ada banyak koper berisi barang-barang para penumpang yang bisa berguna untuk mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOUL - JENLISA [G×G]
FanfictionKecelakaan pesawat membuat Jennie dan Lisa harus bertahan hidup di hutan antah berantah dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya berpikir, mereka mungkin akan tewas seperti korban yang lainnnya. Sebuah gubuk tua mereka gunakan untuk menjadi tem...