Toxic Handsome Man 4

843 160 25
                                    

Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni berasal dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis, dan jika ada kesamaan nama atau tokoh yang dipakai, itu adalah sebuah kebetulan. Credits untuk seluruh gambar yang digunakan berasal dari Pinterest. Be wise and don't put a hate into the character.

Don't forget to VoMent
Happy Reading!!!

 Adis keluar dari kamar mandi yang ada di dalam kamarnya, dengan wajah yang terlihat lelah ketika melihat presensi Malik yang tengah bersandar di kepala ranjang miliknya sambil memegang ponsel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 Adis keluar dari kamar mandi yang ada di dalam kamarnya, dengan wajah yang terlihat lelah ketika melihat presensi Malik yang tengah bersandar di kepala ranjang miliknya sambil memegang ponsel. Jujur saja Adis tidak memiliki niatan untuk menghampiri pria yang masih terlihat sangat serius menatap ponselnya itu. Adis tau, bahwa sebentar lagi ia harus menghadapi kemarahan Malik.

Butuh waktu cukup lama bagi Malik untuk sadar bahwa sosok yang tengah ia tunggu sudah keluar dari kamar mandi dan berdiri mematung tepat di depan pintunya. Melihat sosok Adis yang sudah terlihat lebih segar, dengan belitan handuk di kepalanya, Malik tersenyum rekah sambil menepuk kasur di sebelahnya.

"Udah selesai? Sini." katanya ramah. Namun keramahan Malik tidak serta merta membuat Adis lega. Gadis itu yakin jika setelah ini, Malik akan menghukumnya entah dengan apa.

"Aku mau ngeringin rambut dulu." walaupun terdengar telah memiliki keputusan lain dan tidak langsung mengindahkan kemauan Malik, Adis tetap saja tidak beranjak dari tempatnya. Seperti sudah biasa, ia akan menunggu anggukan atau gelengan dari Malik sebelum ia benar-benar boleh bergerak seperti maunya. Mirip seekor peliharaan dan tuannya.

"Sini, biar aku aja yang keringin sekalian kita ngobrol. Duduk sini Dis." 

"Oke." lirih Adis. Gadis itu akhirnya kalah lagi dan berjalan ke sisi ranjang. Ia dengan sabar menunggu Malik menggeser tubuhnya lebih ke tengah sebelum tubuh rampingnya naik ke tempat yang tadi Malik tepuk. Setelah duduk bersisian, Malik membuka handuk pada kepala Adis dan mengusap-usap rambutnya pelan. Posisi Adis yang kini membelakangi Malik membuat dirinya semakin waswas karena tidak bisa melihat bagaimana ekspresi pemuda itu.

"Hari ini kamu ngapain aja Dis selain dateng kelas? Ada sesuatu yang perlu aku tau ngga? Mungkin kamu punya janji sama temen-temen kamu? Biar nanti aku luangin waktu biar bisa nganter sekalian nemenin." Adis mengigit bibirnya gugup. Ini bukanlah sesi sharing what we do a whole day yang menyenangkan bersama orang tersayang. Ini lebih seperti sesi interogasi pada seorang pelaku kejahatan yang sering kali Malik lakukan jika Adis melakukan sesuatu yang ia anggap salah.

"Adis, aku nanya kenapa diem aja?" usapan pada kepala Adis berhenti, berganti dengan sebuah rengkuhan hangat yang Malik lakukan dari belakang tubuhnya. Napas Malik yang berulang kali berhembus di tengkuk lehernya membuat Adis meremang. Ia tidak nyaman, tidak sejak ia seolah kehilangan sosok hangat sang sahabat yang kini berubah menjadi sosok pacar posesif bernama Malik.

Lali-ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang