Kalu's First Love Story 6

555 108 18
                                    

Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis. Credits untuk seluruh gambar yang digunakan dari Pinterest. Be wise and don't put a hate into the character.

Don't forget to VoMent
Happy Reading!!!

Don't forget to VoMentHappy Reading!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagas maaf."

"Ngga apa-apa Kal. Jangan minta maaf terus, gue juga salah kok disini." Bagas meringis tidak enak karena sejak tadi, Kalula tidak henti-hentinya meminta maaf sambil menunduk dalam. Gadis itu terlihat beberapa kali menyeka sudut matanya yang basah oleh air mata.

"Tapi Kalu ngga enak sama Bagas. Semua bingkisan yang Bagas kasih---ngga pernah Kalu terima." kepala gadis itu menunduk semakin dalam. Selain karena masalah bingkisan, ia juga merasa semakin sungkan pada Bagas karena kejadian beberapa saat lalu di kosannya. Ia juga masih kalut karena memikirkan, Kak Sadamnya.

"Gapapa Kal, gue malah yang harusnya minta maaf karna udah ganggu lo dengan semua bingkisan itu. Harusnya gue langsung berhenti sejak awal lo nolak bingkisan dari gue." Kalula menggeleng. Ia memainkan jari-jarinya di bawah meja. Membuat Bagas mengetuk permukaan meja beberapa kali hanya untuk mendapat perhatian dari gadis yang duduk gugup di hadapannya.

"Kal, beneran ngga apa-apa kok." katanya lembut. Tadi ia melihat sendiri bagaimana mata Kalula terlihat merah dan basah. Gadis yang sering membuat Bagas gemas dengan tingkahnya itu kini terlihat sangat tidak nyaman dengan keadaan di antara mereka, dan Bagas tidak mau hal ini berlangsung berlarut-larut apalagi sampai mengganggu hubungan pertemanan mereka.

"Lo mau gue ceritain ngga, alasan gue suka ngasih lo bingkisan?" 

"Boleh?" Bagas mengangguk santai.

"Tapi janji, jangan ngerasa ngga enak apalagi ngejauhin gue setelah gue cerita. Bisa?"

"Kalu ngga akan jauhin Bagas kok. Kita kan---temen." angguknya yakin. Melihat itu, senyum Bagas merekah. Entah bagaimana caranya sikap Kalula yang kadang terlihat terlalu polos begini malah bisa membuatnya tertarik.

"Oke, gini. Hmm kayaknya, sekitar enam bulan yang lalu gue pertama kali ngirimin lo bingkisan. Waktu itu selesai praktek Mikologi Veteriner gue inget banget, maag lo kambuh. Makanya waktu lo langsung pulang dan ngga ikut ngumpul, gue inisiatif ngasi obat maag sama soto iga buat lo makan malem. Inget ngga?" Kalula mengangguk. Ia ingat saat itu hanya mengambil obat maagnya saja dan sisanya ia berikan pada pak Teguh, satpam kosan.

"Sotonya lo kasih ke satpan kosan lo, bener?"

"Iya, Bagas tau?" pemuda itu terkekeh kecil, tidak ingin membuat Kalula merasa semakin tidak enak karena kembali disuruh mengingat lagi lari kemana bingkisan yang Bagas berikan.

"Sorry banget Kal, tapi gue mohon lo jangan marah. Tapi sebenernya, setiap gue ngasi lo bingkisan, yang bantu gue buat taruh bingkisannya di depan kamar lo itu kalo ngga Kak Nadya ya Kesya. Gue minta tolong sama mereka karna gue ngga mungkin masuk ke kosan lo gitu aja." 

Lali-ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang