𝑀𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡𝑖 𝑑𝑖𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 𝑖𝑡𝑢 𝑚𝑢𝑑𝑎ℎ, 𝑎𝑘𝑢 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑘𝑢. 𝑀𝑎𝑘𝑎 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑖𝑡𝑢 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑢 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑢𝑛𝑢ℎ𝑘𝑢 𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑢𝑎𝑡 𝑘𝑢 𝑚𝑎𝑡𝑖, ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑎𝑡𝑖𝑛 𝑘𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑡𝑖.
-𝑆𝑎𝑑𝑒𝑤𝑎 𝑃𝑢𝑡𝑟𝑎 𝐻𝑎𝑡𝑡𝑎-
-
Sadewa melangkah pelan menuju kamar nya, namun ekor mata nya melihat sesuatu. Segera Sadewa menoleh, ia cukup terkejut mendapati seseorang yang ia harapkan tak ada dirumah ternyata ada dirumah.
"Ibu, kenapa dirumah?bukankah ibu ada pekerjaan?" tanya Sadewa
Ibu nya yang mendengar pertanyaan Sadewa hanya diam, menatap putra semata wayang nya dengan teliti.
"Kau kenapa?kenapa mata mu merah seperti itu?" tanya Ibu
Sadewa yang di tanya jelas gelagapan, bingung mau menjawab apa. Berkata jujur takut jika ibu nya akan marah, tidak berkata jujur pasti dimarahi juga.
"Aku sedang tidak enak badan, ibu." pada akhirnya Sadewa memilih opsi kedua untuk berbohong.
"Kenapa ibu ada di depan kamar ku?" kali ini ibu nya yang tampak bingung, Sadewa sendiri menunggu jawaban.
"Pergi ke ruang kerja ibu kan harus melewati kamar mu," Sadewa mengangguk tidak mau bertanya lebih jauh.
"Kau kenapa?jika sakit cepat istirahat dan ibu akan ambilkan obat untuk mu."
"Tidak usah, aku istirahat saja. Lagipula tidak parah, hanya demam biasa."
Padahal ibu nya baru saja akan pergi untuk mengambil obat, tapi di tahan dengan jawaban tak meyakinkan dari Sadewa.
"Lalu?katakan yang sejujurnya, kau kenapa?jika sakit istirahat lalu minum obat. Tidak usah pura-pura kuat, katakan saja cepat."
Pada akhirnya Sadewa tak sanggup juga, air mata nya kembali jatuh. Melihat Sadewa menangis wanita itu cukup terkejut, jarang melihat Sadewa menangis atau bahkan tak pernah ia melihat nya apa lagi mendengar nya.
"Apa aku tidak pantas untuk hidup?" tanya Sadewa
"Apa yang kau katakan?jika ibu membesarkan mu hanya karena ibu tidak memiliki pekerjaan itu tak pantas di sebut perjuangan. Ibu bekerja keras untuk menghidupi mu dan kau bicara begitu, ada angin apa kau bicara seperti ini?" seperti nya ibu nya sedikit tersinggung dengan pertanyaan Sadewa.
"Ibu kandung ku bilang aku hidup di atas penderitaan nya, itu tanda nya aku tak pantas hidup. Dia menginginkan ku mati, sama seperti adik."
Ibu merotasi kan mata nya dengan malas, anak nya polos, bodoh atau bagaimana.
"Dengar, dia bukan ibu mu lagi. Kau anak ku, kau sudah tidak ada kewajiban untuk mendengar kan ucapan nya, dengar kan saja segala ucapan ku. Repot-repot kau mendengarkan ucapan wanita gila itu, dia bukan ibu mu lagi."
"Aku tidak bisa membenci nya," cicit Sadewa
"Ya!apakah aku harus menasehati mu untuk membenci nya?tentu saja tidak, hidup lah dengan baik seperti biasanya seolah dia tidak ada."
Sadewa masih menangis, bahkan rasanya ia ingin mati saja sekarang. Penderitaan, rasa sakit bahkan segala nya terasa sekali sekarang. Ia hanya lelah, butuh istirahat dengan tenang bahkan dalam kurun waktu yang lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadewa's and his smile ||ENHYPEN SUNGHOON
Short StoryHanya tentang anak SMA dan kehidupannya, mencoba untuk bertahan dari kesenduan hidup yang memenjarakan. Namun nyatanya kuat belum pernah mampu membuat nya bertahan, rasa sakit di tanggung sendiri. Menghilangkan rasa trauma yang terus mendekap, rasa...