Hai semangat!
Di pagi buta matahari masih malu untuk menampakkan wajah di ufuk timur, lain hal dengan kota yang selalu sibuk dengan pekerjaan nya, suara bising kendaraan berlalu lalang menerjang embun pagi, ralat mungkin polusi.
Orang orang seakan berlomba untuk menjadi yang pertama datang di perusahaannya, hilir mudik pemotor maupun kendara roda empat melaju dengan kecepatan yang lumayan tinggi.
Lain halnya di sebuah apartemen di tengah kota,seorang wanita masih berkutat dengan perkakas dapur miliknya menyiapkan sarapan buat suami dan anak perempuannya.
Dirinya terlalu fokus dengan kegiatannya sampai tidak menghiraukan panggilan sang suami dari tadi.
"Kamu kalo dipanggil nyaut dong sayang." Ujar suaminya jengah.
Merasa dirinya disebut wanita bersurai hitam itupun memandang suaminya.
"Loh kamu manggil aku, kapan? Kok aku ga denger!." Balas sang istri dengan masih memandang suaminya yang sekarang terlihat cemberut.
Melangkah menuju arah sang istri lalu memeluk istrinya dengan masih menunjukkan wajah memelas karena sang istri tidak menghiraukan panggilan darinya tadi.
"Dasi aku dimana," ucap sang suami dengan masih memeluk pinggang istrinya serta menunjukkan wajah penuh rengek, seperti bocah saja pikir Ratna sang istri.
Ratna memandangi wajah penuh rengek milik suaminya, rasanya dirinya ingin menarik bibir suaminya itu, karena masih memanyunkan bibirnya dihadapannya.
Melepaskan pelukan sang suami dari pinggangnya, Ratna rasa sang suami terlalu kencang memeluknya membuat wanita berstatus istrinya itu ingin melepaskan pelukan tersebut.
Namun bukannya melepaskan pelukan itu, sang suami malah menambah erat lingkaran tangannya di pinggang sang istri kala melihat gerik istrinya yang ingin melepaskan pelukan itu.
Merasa jengkel karena suaminya itu malah mempererat pelukan itu, Ratna mulai mencari cara agar suaminya itu melepaskan pelukan itu.
Suaminya itu mulai mendusel leher istrinya bahkan sesekali menggigit lembut, membuat sang empu mengerang aduh, bahkan Hendri telah melupakan pertanyaan yang ia lontarkan kepada istrinya tadi.
Masih dengan aksi yang ia lancarkan kepada istrinya, Ratna rasa suaminya sudah berlebihan hingga membuat desahan kecil kala suaminya meninggalkan jejak kemerahan di leher miliknya, Ratna ingin menghentikan kegiatan suaminya namun lain hal reaksi tubuh miliknya seakan enggan untuk berhenti, ia rasa ini nikmat.
Hendri mulai meninggalkan leher istrinya dengan tanda kemerahan yang sempat dilirik sebelum lirikan itu tertuju ke bibir milik istrinya, Ratna merasa sekarang mukanya panas, bahkan suaminya terlihat menyeringai kepadanya, perlahan wajah itu mendekat dengan memiringkan kepalanya untuk menyatukan dua kulit kenyal.
Sebelum kegiatan penyatuan dua kenyal, suara interupsi dari belakang suaminya mengagetkan sepasang suami istri itu, mereka salah tingkah kala anak perempuan mereka memergoki kegiatan nakal mereka.
Masih dalam keadaan akward mereka menatap sang anak dengan wajah senyum kontras sekali dengan jantung mereka yang berpesta ria.
"Adek udah lama disitu?" Tanya sang mama aka Ratna, dirinya takut kegiatan penyatuan itu ketahuan oleh putrinya itu.
"Baru kok, tadi ga sengaja dengar suara aneh dari dapur, kirain tadi tikus." Pertanyaan dari sang mama dijawabnya dengan tanpa kebohongan walaupun ia juga merasa ada yang aneh dengan gerak gerik papa mama, seperti ketahuan mencuri saja.
"Oh bagus!," lega kedua suami istri itu dengan mendesah saling tatap senang karena putri mereka masih polos.
"Bagus? Maksudnya?," ujar Renata heran, kenapa orang tua nya malah terlihat senang.
"Eh, bagus... Bagusnya kita makan aja, papa udah laper, ya ga ma." Balas Hendri dengan menatap sang istri dari samping sambil mengedipkan mata supaya sang istri mengiyakan maksudnya itu.
"Hah.. oh iya, ayok mumpung belum kenyang..eh?" Jawab Ratna seakan ikut andil dalam ekting suaminya itu.
Aneh sekali mama dan papanya ini, seperti ada yang ditutupi darinya pikir Renata dengan melihat mimik wajah kedua manusia berbeda kelamin didepannya menampilkan wajah tersenyum namun terkesan dipaksa, uh tidak profesional, tidak mau memikirkan hal tersebut Renata langsung berjalan menuju meja makan lalu mendudukkan bokong miliknya.
Melihat tubuh putrinya sudah duduk manis di meja makan, putrinya tersebut tersenyum ke arah nya sambil menunjuk meja dengan bibirnya. Merasa dikode membuat dirinya dan suaminya kaku dan canggung.
"Ah iya, kita duduk mas," ujar istrinya dengan menyentuh tangan kanan suaminya itu.
"Ah betul," balas suaminya dengan menatap istrinya tanda setuju untuk segera duduk, walau masih terlihat canggung.
Kegiatan sarapan mereka tidak ada suara apapun, terlihat hening, Renata yang fokus dengan kegiatannya mengunyah daging ayam krispi, serta sang mama yang melayani suaminya sesekali dia juga akan memberi minum kepada putrinya itu.
Suasana sarapan ini adalah bukti bahwa mereka adalah keluarga harmonis, sudah 17 tahun usia pernikahan mereka bahkan anak yang dikandung nya 15 tahun lalu sudah beranjak remaja, tidak menyangka hiruk-pikuk kehidupan rumah tangga sudah ia lalui selama itu dengan suaminya dengan banyak tantangan, namun perjalanan itu belum selesai dan ia berharap akan seperti ini selamanya. Batin Ratna sambil menatap suaminya dan putrinya tersebut.
Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi, Renata sudah siap dengan tas dan sepatu miliknya tinggal menunggu sang papa yang masih mengambil tas kerja miliknya, karena setelah sarapan tadi Hendri beranjak pergi ke kamarnya untuk mengambil dasi dan tas di lantai dua, dan Renata langsung menuju ke depan pintu apartemen milik keluarga karena tas dan sepatunya sudah berada di sana.
Ratna, wanita itu sekarang tengah memasangkan dasi milik suaminya, selagi dipasangkan dasi Hendri mulai mengancingkan lengan baju miliknya.
Setelah selesai dengan kegiatan mereka, Ratna mengajak suaminya untuk berangkat sekarang, takut takut nanti Renata telat datang ke sekolah. Sambil menapaki anak tangga perempuan itu melihat wajah putrinya di depan pintu terlihat kesal, ah pasti karena dirinya lama, pikir Ratna.
"Maafin mama ya, bikin kamu nunggu." Sesampainya di depan pintu Ratna langsung meminta maaf perihal dirinya yang lama.
"Gapapa ma, tapi aku kesel huh," ungkap Renata sambil menyembulkan pipi tembem miliknya dengan bersedekap tangan di dada.
Haduh, lucu sekali putrinya ini bahkan sudah beranjak remaja sifat kekanakannya masih ada, pikir Ratna.
"Yaudah nanti selepas pulang sekolah kita ke mall, mau gak?," bujuk Ratna masih dengan senyum di bibirnya, Ratna melihat gerak gerik putrinya itu mulai menampakkan mimik mau.
sebelum mendengar jawaban dari putrinya, dirinya menatap suaminya sambil mengedipkan mata berujar, " kamu panasin mobil, nanti kalo telat kita ga jadi ke mall,"
"Yaudah aku maafin, tapi setelah pulang dari mall, kalo sekarang belum," sekian menit diam akhirnya Renata menerima tawaran ibunya itu dengan masih memberi syarat.
"Oke, sekarang kita berangkat, mobilnya udah siap nanti kita telat,"ajak sang mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pintu Dan Ruang
Teen FictionRatna yang mengetahui desas desus perselingkuhan suaminya, membuat dirinya gelisah dan menaruh rasa curiga terhadap suaminya, akankah Ratna mencari tahu kebenaran tentang perselingkuhan itu dengan bertanya kepada sang pelaku, hendri sang suami? Atau...