02

5 1 0
                                    

Hai semangat

Berjalan di koridor dengan tangan kanannya membawa setumpuk buku yang telah dirinya beri nilai, wanita itu menyusuri tapak koridor kelas dua belas, sesekali dirinya melirik segerombolan siswa yang berjalan berlawanan arah darinya.

Setiap lorong yang ia lalui sesekali siswa maupun siswi yang kebetulan berpapasan dengannya akan memberi salam atau sekadar menyapa sebagai formalitas antara guru dan murid.

Sepuluh langkah dari ujung kelas yang akan ia masuki terlihat anak anak mulai berakting duduk rapi di dalam kelas seakan melupakan kegiatan mereka yang ribut sebelumnya.

Ratna harap maklum, hei dia dulu pernah berada di posisi mereka, ia tak menampik bahwa dirinya juga seperti mereka waktu masih seusia mereka. Melangkah memasuki kelas tak lupa memberi salam sapaan kepada anak muridnya sembari menuju ke arah meja guru.

"Pagi semua!!" Sapa Ratna, dengan mengulas senyum

Seluruh murid menjawab sapaan Bu guru "pagi bu!," Ratna senyum serta mengangguk mendudukkan dirinya pada kursi yang tersedia di meja guru

Setelah dirasa sudah nyaman Ratna mulai membagikan buku yang telah ia beri nilai kepada pemiliknya masing-masing, setiap murid yang dipanggil diharap kedepan untuk mengambil buku milik mereka.

Selang tiga menit pembagian buku tugas yang sudah dinilai oleh Ratna, dirinya mulai pengajaran pada pagi hari dengan khidmat.

Seluruh murid kelas dua belas itu sedang fokus dengan penjelasan dari sang guru, sesekali mereka akan bertanya jika Ratna menyuruh bertanya, perlu digarisbawahi jika disuruh.

Ratna terkadang merasa jengkel jika tidak ia suruh bertanya anak muridnya itu tidak akan mengeluarkan suara sekalipun, pada saat dirinya memberi pengajaran.

Satu jam sudah berlalu, kini Ratna telah membereskan peralatan mengajarnya, dirinya akan menyudahi pembelajaran jam pertama dikelas tersebut dan akan berpindah ke kelas berikutnya pada jam kedua dirinya mengajar.

Tinggal satu spidol lagi belum ia masukan ke dalam tas kecil yang ia siapkan khusus untuk peralatan mengajarnya, setelah dirasa sudah selesai tak lupa dirinya memberi tugas kepada anak muridnya sebelum keluar dari kelas tersebut.

"Baik anak-anak, untuk pertemuan kali ini ibu tutup dengan tugas halaman tiga puluh tiga ya!, yang dua soal."

Sebagian murid itu mendesah malas, jika begini, acara mereka buat malmingan terganggu dan jika tidak mungkin akan batal.

Walaupun dengan berat hati, mereka tetap mengiyakan perkataan guru mereka itu yang super aktif memberi mereka tugas setiap ada pertemuan dikelas.

Lagipun tugas yang diberikan oleh ibu guru mereka kali ini tidak banyak hanya dua, setelah menilik pada halaman tugas tersebut,jadi mereka pikir masih bisa malmingan.

"Iya bu,"

Belum selesai dengan membuat anak muridnya cemberut Ratna malah menambah kesal murid-murid dikelas tersebut.

"Oh ya, jangan lupa penjelasan beserta contohnya!" Ujar Ratna tak ayal karena tugas yang diberikannya itu berupa tugas beranak.

Sebagian murid yang tidak suka dengan yang namanya tugas ternganga, bagaimana tidak tugas beranak itu sungguh menyulitkan untuk mereka.

Ibu guru mereka itu sepertinya sengaja pikir mereka, mau protes juga tidak bisa karena sang guru sudah tidak lagi berada di dalam kelas.

Setelah keluar dari kelas jam pertama ia mengajar, kini dirinya akan menuju ke kelas berikutnya, sambil menenteng tas yang berisi peralatan mengajarnya.

Ketukan sepatu saling bergesekan dengan lantai koridor, suara tersebut seperti bergema memenuhi lorong kelas tersebut.

Ini masih jam pelajaran kedua, seluruh murid kemungkinan sebagian masih di dalam kelas mereka bagi yang rajin dan sebagian lagi pasti bersemedi di tempat persembunyian mereka dasar anak malas pikir Ratna.

Berbelok kearah kiri lorong menuju kelas berikutnya, dirinya dapat melihat taman kecil di depan lorong kelas tersebut, taman tersebut dihiasi dengan berbagai bunga, sesekali ia akan menghitung ada berapa jenis bunga yang ditanam di taman kecil itu, bahkan dirinya dapat melihat bunga bangkai.

Keterkejutan nampak jelas di raut wajahnya, ia heran kenapa ada bunga bangkai, dan satu hal yang membuat dirinya berpikir, bunga tersebut tidak ada baunya.

Berjalan mendekat ke arah bunga bangkai tersebut untuk melihat secara jelas, sesampainya di depan bunga tersebut ia dapat melihat sekarang bahwa bunga tersebut hanya buatan saja.

Tak mau berlama-lama memikirkan bunga tersebut dan membuat dirinya kehilangan seperempat waktu mengajarnya, pasti muridnya sedih jika kehilangan waktu belajar walaupun hanya seperempat, mungkin mereka akan menangis jika Ratna tidak mengajar dikelas mereka pikir Ratna.

Ratna melanjutkan perjalanannya menuju kelas yang akan dirinya masuki tadi setelah tertunda seperempat jam yang lalu.

Menyusuri setiap petak lantai, matanya melirik kepada siswa yang berjalan beriringan dengannya, mungkin siswa tersebut habis dari toilet batinnya.

Siswa yang menyadari dirinya beriringan dengan guru lantas langsung menyapa dengan ramah sambil membungkuk.

"Pagi bu"

Melihat siswa yang tadi disampingnya itu menyapa, Ratna pun membalas sapaan tersebut dengan mengulas senyum, "pagi juga"

Tak lama setelah membalas sapaan tersebut kini Ratna telah sampai di depan kelas yang akan ia beri pengajaran kedua, dirinya dapat melihat siswa yang menyapa dirinya tadi juga masuk ke dalam kelas yang akan ia masuki, ternyata anak kelas ini juga batin Ratna.

Melangkahkan kakinya memasuki kelas tersebut dengan tidak lupa memberi sapaan dari guru untuk muridnya sembari menuju ke meja guru untuk meletakkan tas miliknya, tas miliknya sudah berada di meja berbarengan dengan balasan sapa dari murid murid nya.

Tak mau membuang waktu Ratna mulai menanyakan tugas Minggu kemarin untuk segera dikumpulkan di atas meja samping tas miliknya.

Setelah menanyakan perihal tugas, Ratna dapat melihat ada siswa yang berakting ketinggalan buku, lupa kalo ada tugas dan bla bla, bilang saja malas.

Semua buku sudah terkumpul di atas meja dan sebagian ada yang tidak mengumpulkan tugas karena tidak mengerjakan tugas yang dirinya berikan Minggu kemarin, dirinya harus tegas kepada murid yang malas dengan memberi hukuman berdiri di lapangan.

Sebagian murid yang dihukum mulai keluar satu persatu, dan berbaris memanjang menghadap tiang bendera, dapat dilihat mereka Ogah-ogahan untuk melakukan hormat.

"Bu, gaperlu hukum seperti ini panas tau." Ungkap seorang siswi dengan rambut panjang diikat kuda, bernametag Stefanie.

"Ayo hormat, jangan berisik salah siapa ga mau ngerjain tugas," ujar Ratna pada siswi yang bernama Stefanie itu.

"Ayolah bu, kita ngerjain kok" aduh siswa laki-laki dengan tangan hormat.

"Kalo ngerjain dimana kamu letakan bukunya Ferdi?!!" Jawab Ratna, ia tahu dengan laki-laki tersebut yang sering sekali dirinya hukum dan membuat ia hapal nama siswanya itu.

"Ya..., ngerjain tapi lupa dibawa" balas Ferdi menekuk wajahnya.

"Ibu sendiri yang salah, kenapa minta sekarang"lanjut Ferdi, yang membuat Ratna jengah dan berakhir menghampiri Ferdi.

Melihat tubuh gurunya sudah ada di depan dirinya membuat Ferdi merinding, belum sempat untuk kabur telinganya sudah lebih dulu dijewer.

"Kamu bilang apa tadi Ferdi!!??" Ucap Ratna dengan tangan kanannya menjewer telinga milik muridnya itu.

Ferdi mengaduh kesakitan, ia pastikan telinga miliknya itu sudah memerah "aduh..duh..duh sakit bu" tangannya sudah tidak lagi hormat dan mulai bergelanjut di tangan gurunya mohon untuk dilepaskan.

Dari kejauhan nampak seorang laki-laki tersenyum ke arah guru yang tengah menjewer teman kelasnya, dirinya merasa lucu melihat itu, Hh.. gurunya itu sungguh menggemaskan kalo sedang marah.



Pintu Dan RuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang