03

0 1 0
                                    


Hi semangat

Pagi ini Ratna melakukan kegiatannya seperti hari-hari biasanya, menjadi seorang istri sekaligus seorang ibu yang melayani keluarga kecilnya.

Ratna merupakan seorang guru menengah atas di salah satu sekolah terbaik di kota tersebut, dirinya juga termasuk jajaran guru muda di sekolah tersebut.

Dengan umur 33 tahun bisa dibilang masih muda ia sudah memiliki anak bersekolah di jenjang menengah atas.

Dirinya akan menceritakan sedikit masa lalunya, Ratna di umur 17 tahun merupakan seorang siswi terbaik, dirinya banyak sekali menyumbang trompi untuk sekolahnya bahkan dengan prestasinya tersebut dirinya digadang gadang akan menjadi siswi pertama yang akan masuk top satu universitas terbaik di Indonesia, karena sebelumnya belum ada yang bisa lolos ke universitas tersebut.

Namun tiba-tiba sekolah tersebut digemparkan dengan berita yang tidak mengenakkan bahwa seorang siswi terbaik hamil diluar nikah, dan setelah tersebarnya berita tersebut membuat banyak siswa berspekulasi bahwa Ratna lah siswa yang tengah mengandung itu.

Bukan tidak berdasar mereka beropini bahwa Ratna lah siswi hamil tersebut.

Ratna masuk dalam jajaran siswi terbaik bahkan wanita itu sedang panas-panasnya diberitakan perihal prestasinya.

Hal tersebut menjadi dasar dari spekulasi mereka, dan satu lagi yang memperkuat perkiraan mereka adalah dengan ketidak hadiran Ratna selama seminggu ini di sekolah.

Setelah dua Minggu mengurung diri di dalam rumah, kini Ratna akan memberi tahu sekolah perihal desas desus dirinya hamil, selama ini dirinya tidak bodoh untuk mengetahui bahwa seluruh siswa menaruh curiga pada dirinya dan ya perkiraan mereka tentang dirinya tengah mengandung adalah benar, dirinya tidak menampik tuduhan tersebut bahkan kini dirinya sudah menerima takdir dan akan mengundurkan diri dari sekolah.

Menatap sebentar gerbang sekolah tempat dirinya menimba ilmu yang dalam waktu dekat akan jadi sebuah kenangan semata.

Menarik napas lalu menghembuskan demi menghilangkan rasa gugup, ia dapat melihat keringat membasahi tangannya, memejamkan matanya sejenak sebelum melangkahkan kakinya melewati pos satpam sambil menyapa pada kumpulan satpam yang sedang duduk di pos tersebut.

Menatap kesekitar melihat taman di depan gedung kelas sepuluh, melirik kepada segerombolan siswa yang tengah berjalan menuju kantin.

Langkah kakinya terus menapaki setiap bait petak lorong kelas yang menuju ke arah ruang bimbingan konseling.

Dalam perjalanan dirinya hanya bisa menekuk wajah tangannya tidak bisa berhenti saling bertaut gelisah, kini dapat ia dengar samar-samar hinaan teman-teman sekolahnya.

Dengan masih menekuk wajah dirinya terus melangkah menuju ke ruang bimbingan konseling namun langkah tersebut dipercepat dirinya tidak mau mendengar lebih banyak kata-kata yang menyakitkan hatinya. Kini dirinya dapat melihat pintu ruang yang ingin ia masuki tersebut, mengambil napas sebentar kemudian mendorong pintu dengan diiringi langkahnya memasuki ruang tersebut, dapat dilihatnya guru bimbingan tersebut terkejut atas kedatangannya namun dengan cepat guru tersebut menghilangkan keterkejutannya.

"Loh Ratna, duduk sebentar sini ada yang mau diomongin?kok tiba-tiba datang" Ratna tahu ibu gurunya itu sedang berpura pura tidak tahu niat dirinya datang kesini, padahal sudah jelas bahwa berita yang beredar adalah kehamilannya.

Ratna masih menunduk setelah dipersilakan untuk duduk oleh guru bimbingan tersebut, kini dirinya tiba-tiba gelisah bahkan keberanian yang ia miliki untuk bercerita mulai menciut.

Lama terdiam gurunya tersebut seakan tahu bahwa Ratna tidak akan bicara jika tidak ia pancing.

"Ratna.. cerita sama ibu kalo ada masalah ibu berusaha buat dengar, ga usah ditutupi" ujar bu guru tersebut terbilang halus, bahkan Ratna dapat merasakan bulir air mata nya sudah memenuhi kelopak matanya yang jika mengedip saja akan tumpah.

"A..aku minta maaf bu.." setelah sekian lama diam,yang keluar dari mulut Ratna berupa kata maaf, kemudian kembali terdiam seolah kata selain itu terpenjara dalam kerongkongan dan tidak bisa keluar.

"Na.. ibu turut sedih atas berita itu, ibu tahu ini akan sulit bagi kamu, dan ibu harap akan ada jalan terbaik setelah ini" seolah kata penghibur yang disampaikan oleh guru bimbingan tersebut, namun itu tidak menghibur sama sekali bagi Ratna.

Ratna kemudian mulai menatap ibu gurunya tersebut, dapat dirinya lihat mimik sedih dan raut muka seakan dirinya bisa merasakan apa yang Ratna rasakan, melihat itu Ratna tidak bisa lagi membendung air matanya untuk keluar, kini pipi mulusnya sudah dijamah oleh aliran air dari sumbernya.

Melihat anak muridnya menangis di depannya, rasanya hatinya mencelos serasa tercubit akan kepedihan yang dirasakan oleh muridnya tersebut, beranjak dari kursinya kini dirinya mulai memeluk Ratna, anak itu menambah laju aliran air tangisnya. Bu guru tersebut dapat merasakan getaran hebat dipelukanya, ia tak dapat lagi menahan air matanya untuk keluar, begitu pilu suara yang keluar dari mulut Ratna, guru itu selalu menepuk pundak Ratna lembut untuk menyalurkan kenyamanan untuk anak tersebut.

Guru bimbingan konseling itu mulai memundurkan pelukan tersebut lalu memegang kedua sisi pundak milik Ratna, wajah mereka sama-sama sembab karena air mata, guru itu mengusap bekas air mata di kedua kelopak mata milik Ratna.

"Kamu udah tenang sekarang na?" Tanya bu guru tersebut setelah usapan terakhir dipipi milik Ratna.

Ratna hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan dari ibu gurunya walaupun ia berbohong, dirinya masih sedih.

"Yaudah kamu istirahat aja dulu, nanti kalo udah siap cerita datang lagi kesini" ujar guru bimbingan itu dengan masih berjongkok di depan Ratna.

"Aku hamil bu, aku akan mengundurkan diri dari sekolah hari ini." Lama terdiam Ratna mulai angkat bicara, dirinya tak mau membuang waktu lagi untuk mengklarifikasi berita tersebut, dirinya melihat muka bu guru bimbingan tersebut tidak ada raut terkejut.

Gurunya dapat tahu apa yang sedang dialami oleh anak muridnya tersebut,ia hanya ingin melihat kejujuran dari anak itu, namun setelah mendengarnya langsung membuat dirinya tidak ingin melepaskan anak muridnya itu.

"Ratna, bahkan setelah kamu jujur ibu tidak ingin rasanya melepas murid berprestasi sepertimu, namun ibu juga tidak bisa berbuat apa-apa untuk kamu" ucap sang guru dengan menatap ke arah mata muridnya yang terlihat berat untuk menerima surat pengunduran dirinya.

"Ibu minta maaf, ini cara satu satunya untuk kamu Ratna, ibu akan mengabulkan permintaan kamu untuk pengunduran diri dari sekolah" lanjut bu guru dengan napas tercekat menahan tangis yang akan keluar dari mulutnya.

Bu guru tersebut sudah berlalu dari hadapan Ratna dan kini sudah duduk di meja miliknya, guru tersebut menarik sebentar lembar kertas di belakang tempat dirinya duduk, kemudian berbalik menghadap Ratna sambil menyodorkan kertas tersebut.

Ratna tanpa bicara apapun langsung menandatangani surat pengunduran dirinya tersebut.

"Setelah lahiran kamu ambil paket c ya,!" Ujar bu guru tersebut selagi Ratna menandatangani surat tersebut, perempuan tersebut menatap gurunya dengan senyum serta anggukan kepalanya, bu gurunya ini sungguh peduli dengan Ratna.

Sekelebat bayangan tersebut mulai menghilang digantikan dengan suara bas khas milik suaminya, lelaki yang dulu menghamilinya dan bertanggung jawab kepada dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pintu Dan RuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang