Prolog

197 35 56
                                    

"In every ending, there's a beginning waiting, bringing new hope and opportunities to create a more beautiful story."

🌸🌸🌸

"Let's break up. Hubungan kita nggak ada masa depan."

Trisha tidak menyangka akan mengambil keputusan berat pada hubungan yang sudah tiga tahun dia jalin bersama Javier. Perbedaan komitmen dan pandangan terhadap masa depan cinta mereka jadi alasan utama perpisahan itu.

Trisha lelah menjadi seseorang yang harus mengalah akan setiap tingkah kekanakan Javier. Pandangan lelaki itu pada hubungan mereka hanya sekadar main-main, sedang Trisha sejak awal telah menggantungkan harapan besar pada lelaki itu. Bahwa setidaknya mereka akan melangkah ke hubungan serius.

Pandangan keduanya yang tidak sama itu menimbulkan beberapa perdebatan, hingga akhirnya sekarang adalah puncak emosi yang telah lama mereka pendam. Meluncurkan lava panas berupa kalimat menyakitkan.

"Oke, kalau itu yang kamu mau."

Trisha hanya sanggup meremas tangannya ketika Javier mengiyakan dengan mudah. Tidak berniat menahannya seperti yang sudah-sudah. Mungkin laki-laki itu juga sudah lelah, karena hampir tiap pertengkaran yang terjadi, Trisha selalu menggumamkan kata putus.

Sedang Trisha makin kecewa. Dalam hati kecilnya, dia ingin ditahan sekali lagi. Ingin mendengar Javier menyampaikan maaf dan membawanya dalam pelukan. Tapi kali ini laki-laki itu justru berdiri, hendak meninggalkan restoran yang mereka reservasi dua bulan lalu.

Hari ini sebenarnya hari bahagia mereka. Memperingati third anniversary. Tapi bukannya mengeluarkan kalimat bernada cinta, Trisha justru melempar granat untuk hubungannya bersama Javier. Akibatnya mereka hancur lebur. Cinta dan kasih sayang yang selama ini terajut telah meledak dan menyisakan serpihan.

"Semoga kamu menemukan pria yang lebih baik dari aku. Sosok yang bisa menghadapi segala kemauan tidak masuk akal kamu itu."

Remasan tangan Trisha semakin kuat. Lagi-lagi Javier melempar kesalahan itu padanya. Padahal Trisha tidak pernah banyak meminta. Dia hanya ingin Javier mengabarinya lebih sering. Menceritakan keseharian dan keluh kesahnya tanpa diminta seperti awal pacaran dulu. Dan yang paling utama, berhenti bersikap friendly pada teman perempuannya jika tidak ingin Trisha curigai berselingkuh. Hanya itu saja yang dia minta, tapi Javier malah menyebutnya banyak mau.

Tapi kali ini Trisha lelah berdebat. Karena sudah tiga hari juga mereka tidak bertegur sapa sebelum makan malam ini terjadi. Bahkan tadinya Trisha kira dinner ini akan batal. Tapi Javier kemudian menjemputnya. Trisha yakin, itupun pasti Javier lakukan karena tidak bisa mengajukan refund booking restoran bintang lima ini.

"Terima kasih doanya. Tentu saja aku akan mendapatkan pria yang lebih baik dari kamu. Mari saling melupakan dan tidak lagi berhubungan."

Sebelum Javier membuka bibirnya, Trisha lebih dulu menyambar tas slempangnya dan berdiri. Melangkah meninggalkan tempat menyakitkan itu. Lalu setetes air mata jatuh di wajahnya yang cantik. Sialan, rugi Trisha berdandan selama dua jam ketika air mata makin deras mengalir.

Sedang di dalam restoran Javier hanya bisa menjambak rambutnya sendiri. Sebelum-sebelumnya, dia pasti akan mengejar Trisha. Memeluknya dari belakang dan kembali meminta kesempatan. Tapi kali ini tidak lagi. Dia lelah terikat, sudah saatnya untuk bebas. Walau kebebasan yang dia dapat setelah ini justru terasa lebih kuat mengekang kewarasannya.

Our ValentinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang