"Ihh kemana coba, kok gak di angkat ya?" ujar Aneesha cemas.
Wanita itu melangkah kesana kemari sembari memikirkan Faris yang sedang tidak bisa di hubungi.
Aneesha memilih untuk kembali duduk di kasur dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran kasur. Aneesha meletakkan ponselnya ke sembarang arah, kepalanya ia dongakkan ke atas. Mentap langit-langit kamarnya yang terlihat sangat redup meski lampu telah ia nyalakan sedari tadi.
"Kamu kemana sih Paris? Apalah istrinya di tinggal mulu!" ujarnya seraya menyebikkan bibirnya.
"Masa iya sesibuk itu dia di sana? Kenapa juga harus dia yang di kirim kembali di Bogor? Mana aku gak bolehin pergi sama Abi!"
Aneesha terus saja mengeluarkan keluhan dari bibirnya yang mungil. Dia kembali mengambil ponselnya, menegakkan kembali posisi tubuhnya. Wanita itu membuka sosial medianya dan mengirimi pesan suara pada Kahfi—Abinya.
"Gara-gara Abi sih! Anes jadi sendiri di rumah, kan?"
Tak menunggu lama, Kahfi segera membalas pesan suara Aneesha.
1 pesan tak terbaca
Abi: Bukannya ngucap salam dulu, malah nyalahin Abi!
Aneesha menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sudut bibirnya terangkat sebelah. Aneesha segera membalasnya dengan cepat, sebelum Kahfi kembali melayangkan protesannya. Namun, belum sempat dia membalas ucapan Kahfi, ternyata pria itu lebih dulu menelpon dirinya.
Tanpa berpikir panjang, Aneesha segera mengangkat panggilannya."Assalamu'alaikum," sindir Kahfi dengan nada yang sengaja di buat buat.
"He he, waalaikumsalam Abi!" balas Aneesha seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Wanita itu bingung ingin menanggapi ucapan Kahfi dengan apa.
"Kenapa? Kangen Faris ya?" ledek Kahfi, membuat Aneesha mengerucutkan bibirnya lucu.
"Apalah Abi! Tapi bener sih he he." Aneesha tersenyum, menujukkan giginya meski Kahfi tak melihat itu.
"Ha ha iya iya, kamu nih kenapa sih sensian mulu akhir akhir ini?" tanya Kahfi heran.
"Dede utunnya kangen sama bapaknya atuh Bi," balas Aneesha sekenanya.
Seketika terdengar suara tawa dari ponsel Kahfi, dan Aneesha mengenali orang itu. Itu adalah umma, Halwa. Entah kenapa Aneesha langsung mengerucutkan bibirnya kesal, dia merasa ummanya sedang meledek dirinya.
"Halah, kek umma gak pernah aja!" sungut Aneesha kesal.
"Ha ha ha, mana pernah! Kan Abi kamu yang cari Umma wlee!" ledek Halwa membuat Aneesha semakin merasa iri.
"Paris juga habis ini hubungi Aneesha kok!"
Aneesha langsung menutup sambungan telponnya tanpa mengucapkan salam, dia langsung menghubungi Faris kembali. Namun, tak juga di angkat oleh Faris. Aneesha mengubah posisinya menjadi terkurap
"Apalah, jahat kali! Di telpon istrinya ga di angkat!"
"Kamu kenapa sih ihh, udah jam 9 malem juga masih belum ada kabar!"
Aneesha terus saja mengoceh, tanpa sadar dirinya tertidur lelap karena leleh menunggu kabar dari sang suami.
---
Suara dering ponsel begitu keras, tetapi Aneesha masih asik tertidur lelap. Hingga terdengar suara ketukan dari depan pintu rumahnya, membuat Aneesha sedikit merasa terusik.
Aneesha membuka matanya secara perlahan, berusaha memulihkan penglihatan yang terasa sedikit buram. Wanita itu mengeliat kecil, kepalanya mendongak untuk melihat jam. Aneesha mengernyit heran, merasa aneh dengan ketukan yang sampai sekarang masih terdengar.
"Jam 2 pagi? Tapi siapa yang ngetuk coba?"
Meskipun heran, Aneesha tetap menghampiri tamu tersebut. Sebenernya dia hanya penasaran, siapa yang datang malam malam begini? Aneesha tak lupa menggunakan cadar terlebih dahulu, setelah itu langsung turun ke bawah dan membuka pintu rumahnya.
Alis Aneesha terangkat sebelah ketika melihat satpam yang sering ia lihat ketika melewati pintu gerbang depan pesantren. Aneesha sedikit menundukkan pandangannya, supaya tidak terlihat jelas oleh satpam itu.
"Assalamu'alaikum teh. Afwan ganggu tidurnya, tapi ada yang mau bapak sampaikan ke teh Anes."
Satpam itu melihat Aneesha dengan tatapan iba, sedangkan yang di tatapan pun masih terheran.
"Waalaikumsalam pak, kenapa ya pak?" tanya Aneesha penasaran.
"A-anu ... A Faris ..., a Faris ada di kantor polisi sekarang."
Mendengar hal itu membuat Aneesha terkejut, wanita itu sampai memegangi dadanya yang merasa nyeri. Dirinya takut terjadi apa apa dengan Faris, meskipun dirinya tak tahu alasan kenapa Faris kenapa berada di sana.
"D-dari kapan pak? K-kenapa mas Faris ngga ngabarin saya ya?" Justru itu pertanyaan yang terlintas di benak Aneesha.
"Afwan teh, coba di lihat lagi ponselnya. Tadi kata A faris udah nyoba kabarin teteh tapi ngga bisa teh," balas satpam itu.
"Ah iya, saya belum ada cek ponsel saya pak. Sebelumnya terima kasih banyak ya pak," balas Aneesha.
"Sama-sama teh, saya pamit dulu ya teh. Ngga enak kalau nanti ada yang ngelihat, apalagi A Faris ngga ada di sini. Assalamu'alaikum teh," pamitnya yang langsung pergi dari sana.
"Eh iya Pak, waalaikumsalam." Setelah menjawab salam, Aneesha segera menutup pintu dan kembali ke dalam kamarnya.
Dan benar, ada beberapa pesan beruntun yang di kirim oleh Faris. Aneesha segera membukanya.
Zawji😡
Assalamu'alaikum sayang
Yang?
Kamu udah tidur ya?
Maaf ya baru bisa ngabarin
Yang tumben kamu udah tidur jam 10
Sayang?
Mas di kantor polisi
Kamu bisa datang pagi nanti ngga?
Semoga dapet tiketnya ya sayangTanpa banyak tanya Aneesha langsung membalas pesannya. Aneesha juga langsung mengabari Kahfi perihal Faris. Aneesha menangis, entah mengapa dirinya merasa Faris tidak baik baik saja. Apakah Faris menolong seseorang yang sedang di jahati oleh orang lain? Lalu bagaimana jika Faris ikutan terluka?
Sungguh rasanya Aneesha ingin menangis saja, air matanya tak mampu lagi dia tahan.
"Semoga dia baik-baik saja di sana ya Allah, tolong jaga suamiku yang jauh di sana."
---
Hehe lamaa ga jumpaa!
Apa kabar kalian?
Kangen ngga sih sama Faris?
Farisnya kenapa ya? Kok bisa di kantor polisi? Ada yang bisa tebak ngga? 😌
Buat giveaway nyaa udahh yaa, udah 5 orang yang aku pilih 🥲 nanti kapan kapan lagi okeyy?
KAMU SEDANG MEMBACA
Living With Mas Santri [END]
Teen FictionDI MOHON UNTUK MEMBACA SEASON 1 NYA TERLEBIH DAHULU, KARENA ADA BEBERAPA TOKOH YANG MEMANG DARI SEASON 1! Aneesha Ayu Dira, Perempuan muda yang mencintai seorang santri. Perjuangannya selama ini tak sia-sia, santri itu membalas perasaannya dan hing...