ICE CREAM

66 9 0
                                    

"Jagain Shani ya"

"Iya bu, siap!"

"Mari temanku"

Shani masih merasa kesal dengan Johan dan juga Satria yang baru ia kenal kemarin sore tapi pagi ini mau tak mau ia harus berangkat dengan Satria karena Johan ada urusan lain yang membuat ia harus izin untuk datang lebih siang. Ingin bersama Dea tapi gadis itu sedang tidak dalam keadaan yang sehat, biasanya Shani akan pergi bersama Dea, satu-satunya teman yang ia percaya.

Shani memang baru mengenal Satria kemarin tapi ibunya sudah mengenal Satria dari beberapa bulan yang lalu maka dari itu ia tidak ragu menitipkan Shani kepada Satria.

"Ga usah ngebut!" Tegur Shani saat Satria meningkatkan laju motornya.

"Kalau ga ngebut nanti telat!"

"Halah kamu cuma modus kan!"

"Enggak, tuan putri! Aku tau kamu takut jatuh, kalau mau peluk ya peluk aja"

"Basi banget kamu!"
Shani berdecak kesal lalu memeluk Satria dengan erat sambil menutup rapat kedua matanya.

"Sha! rem nya ga mempan Sha!"

Jantung Shani berdetak dua kali lebih cepat. "KAN AKU BILANG JUGA APA! JANGAN NGEBUT!!"

"Kan aku bilang juga apa, kalau ga ngebut kita telat" kata Satria sambil tertawa.

Saat merasa motor berhenti Shina langsung membuka matanya, ia menghela napas lega, saat menatap ke arah gerbang benar saja gerbangnya sudah ditutup, ada satpam yang tengah mengunci gerbang tersebut. Rasa lega tidak memudarkan rasa kesal, kali ini kesalnya Shani berkali-kali lipat.

Gadis itu dengan segera turun dan melepaskan helmnya, ia meletakkan helm tersebut di tanah begitu saja lalu melenggang pergi.

Satria dengan cepat menyusul Shani, ia berjalan dibelakang Shani membuat Shani merasa risih.

Shani berbalik membuat Satria berjalan mundur.

"Kamu mau apa ngikutin aku?!"  Tanya Shani sambil menghentikan langkahnya membuat Satria juga ikut berhenti.

"Siapa yang ngikutin bjir"

"Ya kamu!"

"Dih" Satria memasang wajah yang cukup tengil kalau kata Shani. Laki-laki itu berjalan mendahului Shani lalu berbelok ke sembarang kelas.

Shani lagi, lagi, lagi dan lagi dibuat kesal olehnya. Gadis itu melanjutkan langkahnya tanpa tahu jika Satria kembali mengikutinya.

"Oohh"

-OPPOSITE-

"Halo tuan putri!"

Shani terperanjat mendengat suara Satria. Ia yang baru keluar dari kelas berbalik dan mendapati Satria yang berdiri disamping pintu kelasnya.

"Mau jajan ya?" Tanya Satria.

Shani yang terlampau malas tidak mempedulikan Satria, ia berjalan cepat menuju kantin.

"Kamu ga punya temen ya? Aku aja deh yang temenin" Satria dengan mudahnya menggandeng lengan Shani.

"Ga usah sentuh aku!" Shani berusaha melepaskan ganggengan Satria tapi tenaganya jelas kalah.

"Jangan kayak gini please.."

"Terus kayak gimana dong? Kayak gini?" Satria melepaskan gandengannya, kini ia beralih merangkul bahu Shani.

Beberapa mata tertuju ke arah mereka sesekali terdengar bisikan-bisikan setan.

"Satria please.."

Shani benar-benar tampak memelas kali ini. "Karena kamu manggil namaku jadi kali ini kamu aku lepasin, tapi aku tetap ikut sama kamu, aku anak baru makanya aku ga punya temen, kamu anak lama kan? Tapi kenapa ga punya temen?"

Shani tak menanggapi Satria ia terus berjalan, sesampainya di kantin gadis itu hanya membeli satu buah es krim.

"Cuma beli itu? Apa kenyang? Mau aku traktir pentol?"

Lagi-lagi Shani tak menanggapi Satria. Gadis itu langsung keluar dari kantin dan memilih duduk di bangku panjang dibawah pohon besar.

Satria masih setia mengekorinya, kini ia juga duduk disamping Shani.

Shani melihat tali sepatunya terlepas, ia menyodorkan es krimnya kepada Satria.

"Ga usah, buat kamu aja" kata Satria.

"Pegangin! Aku mau ikat tali sepatu!"

"Bilang baik-baik dong tuan putri"

Satria mengambil es krim itu dari tangan Shani, namun lagi-lagi ia memiliki niat jahat.

Satria bangkit saat melihat Shani selesai mengikat tali sepatunya. Laki-laki itu tersenyum hangat ke arah Shani. "Udah? Tanya Satria"

Shani mengangguk dan mengulurkan tangannya dengan tujuan meminta es krimnya kembali.

"Nih" Satria menyodorkan es krim itu kepada Shani namun belum sempat Shani mengambilnya Satria sudah menarik kembali tangannya.

"Tapi boong hayyukkk papale papale"

Shani berdiri dengan kesal. "Siniin!"

"Tangan aku ga mau turun, bagaimana ini tuan putri?" Tanya Satria. Tangannya ia angkat ke atas agar Shani tidak dapat menggapai es krim tersebut.

"Bacot! Berhenti manggil aku tuan putri!"

"Cium dulu baru aku mau berhenti"

"Bacot bacot bacott siniin es krimnya!" Shani berjinjit berharap ia bisa menggapai es krim itu tapi percuma saja.

"Males lah!" Shani meninggalkan Satria dengan es krimnya.

"Loh? Tuan putri ngambek?"

"TUAN PUTRI PULANGNYA AKU TUNGGU DI PARKIRAN YA!"

OPPOSITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang