"Kamu pacaran sama Satria?"
Mata Shani melirik Dea dangan sinis. "Enggak dan ga akan pernah"
"Sinis amay, aku kan cuma nanya soalnya udah beberapa minggu ini dia nempel mulu sama kamu"
"Dia cuma mau main" kata Shani.
"Main? Dia cuma mau mainin kamu?"
"Entah, sejujurnya aku risih banget sama dia, tiap hari bertingkah, tiap hari bikin aku kesal, makin hari makin–"
"Makin membuat kamu jatuh hati?"
Shani dan Dea terperanjat kaget melihat Satria yang tiba-tiba saja merangkul Shani.
Shani dan Dea sebenarnya sedang menghabiskan waktu di taman sambil melihat anak kecil bermain.
"Bjirr udah kayak apa aja muncul tiba-tiba" kata Dea.
"Lo tuh ga diajak"
"Lo yang ga diajak! Huss huss pergi sana!"
"Males, gue ga akan pergi kalau tuan putri belum pergi"
Shani merotasikan bola matanya malas. "Aku bilang berhenti manggil aku tuan putri!"
"Kalau berhenti dapat kiss ga? Kalau ga dapat aku ga mau berhenti"
Shani terlalu malas menghadapi Satria hingga akhirnya ia menarik Dea untuk pergi dari sana. Tentunya Satria tidak tinggal diam, ia langsung mengikuti jejak keduanya, lebih tepatnya jejak Shani.
"Btw Sha, aku baru ingat kalau aku punya janji mau nganter mama belanja" kata Dea sambil menunjukkan ponselnya, disana terdapat beberapa panggilan tak terjawab dari mamanya.
"Ya udah ayo pulang aja" kata Shani.
Dea menyengir, lalu menunjuk sebuah mobil yang tak asing lagi bagi Shani. Ternyata sang mama sudah menunggu.
"Aku duluan ya Sha!"
"Terus aku gimana?"
"Ga berani pulang? Mau aku anter dulu?"
Shani ingin menjawab iya namun Shani merasa tidak enak dengan mamanya Dea.
"Ga usah, gih sana"
"Jangan marah ya!"
"Iya cintakuu"
Sepeninggalan Dea, Satria berlari dan kembali merangkul Shani. "Ayo adik manis, pulang sama abang aja"
"Disgusting, ewh!"
"Bilang apa kamu?!"
"Digusting"
"Biasanya yang kayak begini pasti bakal jatuh cinta duluan" kata Satria.
"Duluan? Aku kira–"
"Kamu kira aku beneran jatuh cinta sama kamu?"
AHAHAHAHAHAHA
Suara tawa Satria menggelegar dan berhasil menarik perhatian beberapa orang. Shani yang merasa malu pun langsung menjauh dari Satria.
"Anjir, tuan putri! Putra mahkota hanya bercanda! Putra mahkota benar-benar jatuh cinta dengan tuan putri!"
Shani berlari saat menyadari Satria semakin dekat tapi langkahnya terhenti karena matanya menangkap seekor kucing yang berdiam diri ditengah jalan.
Shani melirik rambu lalu lintas, ini tidak benar pikirnya dari ujung selatan sebuah truk tampak melaju dengan sangat cepat.
Mata Shani membulat sempurna kala truk itu semakin mendekat, ia sudah siap berlari ke tengah jalan untuk menyelamatkan kucing tersebut namun sialnya Satria sudah terlebih dahulu menyadari apa yang akan dilakukan Shani hingga ia menarik tubuh Shani agar gadis itu tidak melakukan hal berbahaya hanya karena seekor kucing.
Dalam sekejap saja kucing abu-abu itu mati terlindas truk. Shani shock, memang hanya kucing tapi kucing juga makhluk hidup, ditambah lagi Shani yang memang terlahir sebagai gadis INFP alias pawang kucing. Oh! Jangan lupakan hati selembut kapas yang Shani miliki.
"Shani?" Panggil Satria saat Shani tak bergerak sama sekali.
Satria memutar tubuh Shani dan terpampanglah mata Shani yang berkaca-kaca. "Astaga.."
Satria membawa Shani kedalam pelukannya. Ia berpikir kenapa Shani sangat cengeng?
"Itu udah ajalnya Sha, jangan ditangisin, lagian cuma kucing jalanan"
Shani mendorong dada Satria agar ia bisa terlepas dari pelukan laki-laki itu. "Kalau kamu ga nahan aku mungkin kucingnya ga akan mati!" Bentak Shani.
"Kucingnya ga mati tapi kamu yang mati, bodoh!"
Shani marah, ia menepis tangan Satria yang menggenggam lengannya lalu melenggang pergi.
-OPPOSITE-
ANGGRAINI DEA ANANDA
(ENFP)
KAMU SEDANG MEMBACA
OPPOSITE
Fanficbagaimana jadinya jika makhluk tuhan pemilik kepribadian ENTP yang keras bertemu dengan pemilik kepribadian INFP yang sensitif? "gitu doang nangis!" "bacot!"