"Abi! Abi! Abi!"
Kahfi mengernyit kala mendengar suara istrinya yang menggelegar, bahkan hingga masuk ke dalam ruangan Faris. Pria itu beranjak bangkit berdiri dan menghampiri istrinya yang sedang menangis.
"Kenapa, Sayang?" Kahfi memegangi lengan Halwa.
Wanita itu ingin berbicara tapi kali ini dia sangat membutuhkan udara untuk bernapas. Dia memilih untuk duduk di depan pintu kamar Faris yang masih terbuka pintunya.
Tak lupa Kahfi juga memberikan air minum yang sengaja ia bawa untuk jaga-jaga, dan benar saja, saat ini Halwa sedang membutuhkan air untuk kehilangan dahaganya yang terbuang hanya untuk bergumam dan berteriak dari ruang operasi Aneesha hingga ke ruangan Faris, wanita itu tak memperdulikan banyaknya orang-orang yang menatap ke arahnya, atau bahkan menegur dirinya.
"C-cuku!" ucap Halwa tak jelas.
Kahfi bingung, "Cuku apa sih, Sayang? Ngomong yang bener kamu!" balas Kahfi yang tidak paham dengan perkataan Halwa.
Halwa berdecak kesal, matanya menatap Kahfi dengan tajam, hingga membuat pria itu menelan air liurnya.
"K-kenapa sih?" Sungguh Kahfi memasang tatapan siaga satu.
"Cucuku udah lahir, mas!"
"Alhamdulillah." Sungguh berita ini sangat menyenangkan hati Faris yang ternyata sudah ada di ambang pintu.
Tadinya dirinya ingin memastikan keadaan Kahfi dan Halwa, tetapi yang dia dengar justru kabar bahagia untuknya. Itu berarti dia sudah bisa bertemu dengan istrinya kan?
Kahfi menoleh ke belakang, menghela napasnya saat melihat Faris yang berjalan sendirian padahal dokter menyarankan istirahat untuk beberapa jam.
"Ngapain kamu ke sini?" tanya Kahfi.
"Kalau ngga ke sini, pasti abi mau pisahin aku sama Anes lebih lama lagi!" sungutnya, sembari mengerucutkan bibirnya.
Kedua orang di hadapannya mengangga lebar, kenapa jadi mereka yang salah? Seharusnya laki-laki itu sendiri yang salah, kenapa juga harus pingsan tepat di depan pintu ruang operasi yang sedang di jalankan oleh istrinya.
"Salah kamu pake acara pingsan, dasar bucin!" balas Kahfi yang tak ingin di salahkan.
"Kaya abi engga bucin aja!" balas Faris juga tak mau kalah.
Keduanya sama-sama melayangkan tatapan sinis, membuat Halwa ingin memukul keduanya. Bukannya cepat menghampiri Aneesha, kenapa justru berdebat di sini?
Halwa menarik telinga Kahfi, pria itu berjingkat terkejut. Raut wajahnya langsung masam, pasti dirinya telah membuat kesalahan lagi!
---
Brakk
Pintu ruangan itu di buka secara paksa, siapa orangnya? Tentu saja Faris! Laki-laki itu langsung berlari ke arah ruangan istri kecilnya setelah Halwa menyadarkan keduanya dari debat panjang yang mungkin tidak ada hentinya itu.
"Sayang, kamu ngga apa-apa?" tanya Faris heboh.
Para perawat yang masih ada di ruangan juga menatap Faris dengan kikuk, ingin menegur tapi takut dia yang dapat teguran dari atasan. Kan jadi serba salah, lagipula siapa sangka jika mereka ada mendapatkan pasien, yang sialnya adalah ustadz muda yang lagi trend di kalangan anak muda gen Z!
Tak memperdulikan apapun, Faris mendekat ke arah brankar Aneesha. Mengecup puncak kepala istrinya berkali-kali.
"Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Faris di iringi dengan nada khawatir.
Aneesha tersenyum lembut. "Iya, aku baik-baik saja. Bagaimana dengan kamu? Kata Ummah tadi kamu pingsan?" tanya Aneesha, yang mengingat keadaan suaminya tadi.
Rona merah keluar dari kedua pipi Faris, rasanya sungguh memalukan. Namun, mau bagaimana? Dari pabriknya sudah begini orangnya, sudah tidak bisa di ubah lagi!
"Dia laki-laki, siapa namanya? Dia juga belum di adzanin, tolong kamu adzanin dia dulu ya?" pinta Aneesha.
Faris mengangguk, laki-laki itu menghampiri tubuh mungil putranya yang berada di box bayi. Senyuman menawan menghiasi bibir laki-laki itu.
"Sayangnya abi." Faris tersenyum sendiri. "Ganteng banget, tapi gantengan abi, boy! Makanya umma kepincut sama abi."
Lihatlah! Bukannya mengadzani putranya, pria itu justru kembali melontarkan kalimat bucin untuk istrinya.
"Mas, buru di adzanin atuh dede bayinya!" tegur Aneesha yang mendengar ucapan Faris. Wanita muda itu geleng-geleng kepala, benar kata Abinya itu, sepertinya Faris sudah ikutan gila, seperti dirinya.
"Iya! Iya!"
"Bismillah!" Faris mengangkat tubuh mungil itu, mendekatkan bibirnya pada telinga kanan putranya.
Allahuakbar ... Allahuakbar ...
Aneesha tersenyum saja.
Laa ilaaha illallaah
"Ahlan wa sahlan, Akmal Nahban Zhariif!" bisiknya kecil.
Faris mendekat ke arah istrinya, menyerahkan bayi mungil itu pada Aneesha.
"Terimakasih, sayangku!" Laki-laki itu juga mengecup puncak kepala Aneesha.
---"Siniin anakku!" ujar Aneesha cemberut.
"Kamu bikin lagi aja sama Faris, yang ini biar sama umma dulu!" balas Halwa tak mau kalah.
Kahfi pusing, bingung pilih yang mana, sedangkan bayi yang berada di gendongan Halwa pun sudah menangis kencang karena kehausan.
"Sayang, Akmal haus itu!" tegurnya.
Kini gantian Halwa yang cemberut, merasa tak ada yang membelanya, dan dirinya juga sudah merasakan kasian dengan bayi yang ada di gendongannya saat ini, Halwa menyerahkannya pada Aneesha. Di terima dengan lembut orang ibu muda itu.
Faris? Jangan di tanya, dia sedang mencari makan untuk Aneesha karena sejak tadi wanita itu merengek tidak mau makan, makanan rumah sakit.
Aneesha menatap umma dan abinya, di hari yang bahagia ini, entah mengapa dirinya merasa resah! Otaknya selalu tertuju pada santriwati yang ia temui di pondok.
"Abi?" panggil Aneesha.
"Boleh panggilkan santri itu?" tanya Aneesha ambigu.
Kahfi bingung, santri yang mana? Bukannya santrinya banyak?
"Santri yang mana?" tanya Kahfi.
Aneesha terdiam, karena memang dirinya tak mengetahui siapa santriwati itu. Sosok itu sangat misterius, tapi tidak mungkin juga jika itu adalah hantu? Bagaimana mungkin?
"Dia pendiam banget, wajahnya seperti anak SD. Waktu itu dia masuk ke area kelas 10, tolong Abi carikan ya?" pinta Aneesha.
Memang ya, gak putrinya, gak menantunya, gemar sekali membuat dirinya pusing!
"Yaa, nanti abi carikan!"
Pasrah saja, apalagi saat istrinya menatap tajam ke arahnya. Habis sudah riwayatnya kalau istrinya ngambek sampai 7 hari seperti biasanya! Kahfi tidak akan biarkan itu terjadi.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Living With Mas Santri [END]
Teen FictionDI MOHON UNTUK MEMBACA SEASON 1 NYA TERLEBIH DAHULU, KARENA ADA BEBERAPA TOKOH YANG MEMANG DARI SEASON 1! Aneesha Ayu Dira, Perempuan muda yang mencintai seorang santri. Perjuangannya selama ini tak sia-sia, santri itu membalas perasaannya dan hing...