Suatu hari di Kota Beijing, lima anggota keluarga sedang duduk bersama di ruang tamu. Sinar matahari senja yang lembut menembus jendela besar, menghangatkan suasana rumah yang nyaman. Di tengah kehangatan itu, mereka semua terpaku pada layar televisi, menonton drama China favorit mereka.
Shevon Anggaradipa, sang ayah, duduk di kursi malasnya dengan sikap tenang namun penuh perhatian. Di sebelahnya, Sui Gwan Gie, sang ibu, sesekali tersenyum simpul setiap kali adegan menyentuh hati muncul.
Di sofa panjang, tiga putri mereka—Harshita Ling Fei, putri sulung yang tenang dan dewasa, Esther Yu Jia, si putri tengah yang penuh energi, dan Alessia Tzu Yun, putri bungsu yang manja dan penuh imajinasi—terlihat asyik mengikuti alur cerita.
Kebersamaan mereka adalah sesuatu yang tak tergantikan. Di sela-sela adegan, canda dan tawa sesekali terdengar, menambah hangatnya momen sederhana ini.
Shevon Anggaradipa, seorang pria kelahiran Bali, membawa cerita penuh warna dari tanah kelahirannya ketika ia menikahi Sui Gwan Gie, putri seorang saudagar kaya di China. Pernikahan mereka adalah pertemuan dua dunia yang berbeda-budaya tropis Bali yang hangat berpadu dengan tradisi megah Tiongkok.
Setelah bertahun-tahun bersama, kini mereka hidup bahagia di Beijing, kota yang mempertemukan tradisi kuno dengan kemajuan modern. Shevon dan Sui Gwan Gie telah membesarkan tiga putri yang mulai beranjak dewasa:
Harshita Ling Fei, yang mewarisi ketenangan dan kebijaksanaan ayahnya; Esther Yu Jia, si pemberani dan penuh semangat; serta Alessia Tzu Yun, putri bungsu yang lincah dan ceria.
Meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, keluarga ini tumbuh dalam keharmonisan, di mana cinta dan tawa selalu mengisi hari-hari mereka.
Dahulu, keluarga kecil Shevon Anggaradipa dan Sui Gwan Gie menikmati kehidupan damai di Bali. Pulau surga itu menjadi tempat pertama ketiga putri mereka tumbuh, bermain di bawah sinar matahari tropis, dan mendengar ombak laut yang berirama.
Namun, ketika putri-putri mereka mulai memasuki masa sekolah menengah pertama, kehidupan membawa mereka ke arah yang berbeda. Shevon mendapatkan peluang kerja besar di Beijing, dan keputusan besar pun dibuat. Demi pendidikan anak-anak dan masa depan mereka, keluarga ini meninggalkan keindahan Bali untuk menetap selamanya di China, negeri asal Sui Gwan Gie.
Kini, mereka tinggal di sebuah rumah yang nyaman di Beijing, menatap masa depan dengan harapan besar. Meski jauh dari pantai dan tradisi Bali yang akrab bagi Shevon, cinta dan kebersamaan keluarga ini menjadi jangkar yang kuat di mana pun mereka berada.
Mama memperhatikan wajah putri sulungnya yang murung, “Masih mikirin pemuda marga Song itu, ya?” Celetuk Sui Gwan Gie tiba-tiba, sambil nyemil kacang dan menatap putri sulungnya dengan senyum menggoda.
Harshita yang sedang duduk di sofa sambil memandangi layar televisi, langsung salah tingkah.
Harshita berusaha terlihat baik baik saja, “Apaan sih, Ma,” jawabnya dengan nada malu-malu kucing, sembari pura-pura mengalihkan pandangannya. Pipinya sedikit memerah, meski ia berusaha menyembunyikannya.
Di sudut ruangan, Esther dan Alessia saling melirik, menahan tawa kecil. Sepertinya, gosip pemuda Song ini sudah jadi rahasia umum di antara mereka.
Mama tersenyum, “Iya kan? Jingxuan Song itu, lho... kakak kelas kamu dulu,” lanjut Sui Gwan Gie, sambil ngemil kacang. “Sekarang dia udah sukses sama perusahaan furniturnya, Xidashuai Furniture?”
Harshita tersenyum tipis, sambil mengalihkan pandangannya. “Iya, Ma, dia udah lulus dari Amerika dan sekarang ngembangin bisnis furniturnya di sini, di Beijing,” jawabnya pelan. Setelah menyelesaikan kuliahnya di Amerika, Jingxuan Song kembali ke Beijing untuk fokus membesarkan Xidashuai Furniture, perusahaan yang sudah mulai dikenal di kalangan desainer interior.
Esther, yang sudah sibuk dengan pekerjaannya sendiri, ikut menimpali. “Wah, makin dekat dong ya sekarang? Kalian sering ketemu, nggak?” Godanya dengan senyum penuh arti, mengingat hubungan Harshita dan Jingxuan yang sudah lama berjalan, meskipun harus melewati masa-masa berjauhan saat Jingxuan kuliah di luar negeri.
Alessia, yang selalu ingin tahu, ikut masuk dalam percakapan. “Berarti, dia sering balik ke Beijing, kan? Kok aku nggak pernah lihat dia mampir ke sini lagi?” Tanyanya sambil menatap kakaknya penuh rasa ingin tahu.
Harshita sedikit tersipu, meski berusaha menjaga sikap dewasa. “Dia sibuk banget sama perusahaannya. Aku juga kerja, jadi... ya, kita belum sempat sering ketemu lagi.” Namun, di balik kata-katanya, ada perasaan rindu yang tak bisa ia sembunyikan. Meski Jingxuan kini menetap di Beijing, kesibukan masing-masing membuat waktu mereka untuk bertemu menjadi terbatas.
Tapi, hubungan mereka tetap kuat, terjalin di antara kesibukan karier dan ambisi masing-masing.
— Sebenarnya kami tidak pernah lagi berkomunikasi sejak hari itu. Hari di mana dia meninggalkan Beijing untuk menempuh pendidikan di Amerika. Dia bahkan tidak pernah memberi tahuku akan hal itu. Aku jadi mengetahui keberadaannya dari orang lain. Speechless!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐥𝐨𝐬𝐞 𝐓𝐨 𝐘𝐨𝐮 《离你很近》
Teen Fiction🔮✨️ ℭ𝔩𝔬𝔰𝔢 𝔗𝔬 𝔜𝔬𝔲 ✨️🔮 Sebuah kisah yang mengangkat tentang perjalanan tiga gadis Indonesia yang memulai kehidupan baru di negara asing, tepatnya di China. Mereka, masing-masing dengan latar belakang dan impian yang berbeda, harus beradapta...