Chapter 1

15 1 0
                                    

Perjalanan Pertama ke Beijing pagi itu di Bali, suasana rumah keluarga Yujia terasa berbeda. Ketiga bersaudara-Esther Yujia, Harshita Lingfei, dan Alessia Tzuyun-bersiap untuk perjalanan penting.

Seorang pria paruh baya bernama Paman Li dari Beijing telah datang, dikirim khusus oleh kakek mereka untuk menjemput mereka. Pria tersebut, berpakaian rapi dengan bahasa Mandarin yang halus, menjemput ketiga cucu kakeknya untuk membawa mereka kembali ke tanah leluhur, sementara orang tua mereka akan menyusul belakangan karena urusan pekerjaan.

Ketiga bersaudara itu memasukkan barang-barang mereka ke dalam mobil hitam besar yang dikemudikan oleh sang Paman Li. Rasa antusias dan sedikit cemas bercampur aduk di hati mereka, terutama karena ini adalah kali pertama mereka akan tinggal di Beijing dalam waktu lama. Setelah perjalanan singkat ke bandara, mereka akhirnya lepas landas menuju ibu kota Tiongkok.

Sesampainya di bandara Beijing, angin dingin musim gugur langsung menyambut mereka. Di luar terminal, kakek mereka sudah menunggu dengan senyum penuh kehangatan. Ia adalah seorang pria tua dengan rambut putih dan wajah bijaksana, yang tetap tampak gagah meskipun usianya sudah lanjut.

"Selamat datang, cucu-cucuku!" Seru kakek dalam bahasa Mandarin, memeluk mereka satu per satu. Di sampingnya, mobil hitam lain menunggu untuk membawa mereka ke rumah keluarga. "Orang tuamu akan datang menyusul setelah mereka menyelesaikan urusan di Bali," kata kakek sambil membuka pintu mobil. "Ayo, masuk. Kalian pasti lelah."

Di sepanjang perjalanan menuju rumah kakek di pusat kota Beijing, ketiganya terpesona oleh pemandangan kota yang ramai. Gedung-gedung pencakar langit dan jalanan sibuk terasa begitu berbeda dengan suasana tenang di Bali. Esther, Harshita, dan Alessia hanya bisa saling bertukar pandang di dalam mobil, masih beradaptasi dengan suasana baru yang asing ini.

Sesampainya di rumah, suasana berubah lebih hangat. Di pintu depan, keluarga besar dari pihak ibu mereka sudah siap menyambut dengan senyum lebar dan pelukan erat. Paman, tante, dan sepupu-sepupu yang sudah lama tidak mereka temui segera membuat mereka merasa diterima.

"Selamat datang di rumah," ujar tante mereka sambil menghidangkan teh hangat dan kue-kue tradisional. Meski bahasa Mandarin mereka masih belum lancar, kehangatan keluarga membantu mencairkan kecanggungan yang ada.

Tapi untungnya keluarga besar mama adalah orang yang pandai berbicara bahasa Indonesia, apalagi memang keluarga ini memiliki menantu yang semuanya sama sama orang Bali.

Nenek datang dengan senyuman ceria dan penuh kasih sayang, "Sayang cucu-cucuku, ayo ikut nenek, kita akan pergi ke kamar kalian. Setelah itu bersihkan diri, langsung istirahat ya?" Nenek berbicara menggunakan bahasa Indonesia kepada kami.

Setelah seharian disambut dan menghabiskan waktu bersama keluarga, malam pun tiba. Esther duduk di balkon kamar yang sudah disiapkan kakek dan neneknya, sambil menikmati secangkir susu hangat.

Langit Beijing malam itu gelap, hanya diterangi oleh sinar bulan yang redup dan bintang-bintang yang berserakan. Pikiran Esther melayang jauh, merenungkan kehidupan baru mereka di kota besar ini.

Dari tempat duduknya, Esther bisa melihat rumah besar di seberang jalan, rumah megah dengan arsitektur modern yang selalu ia perhatikan sekilas. Namun, malam itu, ada sesuatu yang menarik perhatiannya.

Di bawah lampu jalan yang temaram, seorang pemuda keluar dari gerbang rumah itu. Wajahnya tegang, dan sesaat kemudian, pintu rumah terbuka dengan keras, diiringi teriakan melengking yang memecah keheningan malam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐂𝐥𝐨𝐬𝐞 𝐓𝐨 𝐘𝐨𝐮 《离你很近》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang