Bagian 3, Our Home

77 39 7
                                    


"Kalau udah besar nanti, arjun mau kuat dan lincah seperti bang sakti. Jadi arjuna tidak akan pernah berhenti berolahraga...! Ibu harus rajin olahraga juga biar bisa kuat seperti aku dan bang sakti.."

*28 Juli 2010

≫ ──── ≪•◦ ❈ ◦•≫ ──── ≪

GHEA VERONIKA, 29 Juni 2006

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GHEA VERONIKA, 29 Juni 2006

........

Setelah menceritakan semuanya ke ghea dan mendapatkan pencerahan panjang lebar dari gadis itu, sakti memutuskan untuk pulang. Dia akan mencoba menerima amukan ayahnya kali ini, jika ingin tetap bertahan.

Sesampainya ia ke rumah yang menyimpan banyak kenangan bersama sang ibu, suara televisi yang menyala keras menyapa indra pendengaran sakti, dia yakin ayahnya sengaja menyalakan televisi untuk menunggunya pulang.

"Pulang juga kamu?" Sapa kurang menyenangkan dari Rian-ayahnya sembari mengetuk-ngetuk jari telunjuknya di lengan sofa.

Bukan sapaan seperti itu yang ingin sakti dengar, apakah tak ada rasa bersalah setelah meninggalkan anak sulungnya berjuang sendiri di rumah ini?

Apakah tak ada rasa rindu sedikitpun terbesit di hati rian, memeluk sakti sebentar saja, mungkin.

Sebagai bentuk rasa hormat, dia mengurungkan niat untuk melangkahkan kakinya langsung ke arah kamar.

"Ga capek kamu buat ulah? Coba sehari aja jangan aneh-aneh. Untung saja malam itu ga ada razia, jika kamu tertangkap pada malam itu, muka ayah ini mau ditaruh dimana?"

Sakti menutup kedua telinganya menolak semua peringatan yang RIAN berikan padanya, isinya selalu saja sama, selalu saja tak ingin merugikan dirinya sendiri.

"Buat ulah lagi, maka ayah akan cabut semua fasilitas yang kamu punya. Setidaknya kalau kamu ga punya prestasi diam aja, jangan malah banyak tingkah." Tegas rian

Sakti melepaskan genggaman pada telinganya, memandang ayahnya yang sebenarnya tak menatap dirinya langsung, 

"ayah yang selalu tutup mata dengan prestasi yang udah aku peroleh selama ini. Dimata ayah, barang yang aku dapat atas prestasiku hanyalah beberapa kertas dan pajangan biasa. Ayah tidak pernah bisa menghargai apa yang aku peroleh dengan prestasiku selama ini." Sakti menjeda kalimatnya berharap ada respon balik dari sang ayah.

Lama menunggu tak ada respon sedikitpun dari rian, sakti menghela nafas berat dan kembali melangkahkan kakinya ke arah kamar miliknya.

........


Sinar mentari pagi menyapa mata lelah arjun, hal yang dilihatnya pertama kali ketika membuka mata ialah dua perempuan terkasihnya yang tengah berbincang.

Arjuna perlahan menghampiri mereka berdua dengan rambut yang masih berantakan, "gimana persaan ibu sekarang??"

Ibu dari kekasihnya dan juga sang kekasih menoleh ke arah dirinya yang mengajukan pertanyaan.

Forget-Me-NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang