EPISODE V

8 3 0
                                    

"Stasiun Dan Bumi"
Semangkuk Hujan Tumpah di Matamu
________________________________

"Udah sampe, Na."

Suara Bumi membuyarkan lamunan Nina, gadis itu tak tahu hujan telah berhenti sejak tadi. Buru-buru ia menyeka air mata secara diam-diam. Lalu mengerjap-ngerjap, mencoba memfokuskan pandangan ke depan, begitu ramai, beberapa penumpang terlihat berhamburan keluar-masuk gerbong-gerbong.

Nina baru menyadari bahwa keretanya akan berangkat dalam hitungan detik setelah melihat petugas dengan seragam lengkap memberi isyarat kepada masinis. Dengan setengah panik, Nina turun, lalu berlari begitu saja membelah keramaian.

"Tunggu, Na!"

Saking cepatnya langkah Nina, Bumi terpaksa berlari menyusul. Suara teriakan yang baru ia keluarkan tenggelam di antara pengamen cilik dan pedangan asongan.

"Ina!" Bumi berjinjit, mencari-cari Nina. Setelah bola mata coklat pekatnya menangkap sosok yang ia cari tengah berbelok ke lorong lalu menghilang lagi. Bumi semakin mempercepat langkah. Menghiraukan kunci motor yang masih menggantung di tempat semula.

"ANINA!" Kali ini teriakan Bumi mengema di sepanjang lorong. Ia mengulangi hal tersebut beberapa kali berharap Nina berhenti dan berbalik.

"INAA!"

Akhirnya sampai di telinga Nina, yang dipanggil berhenti dan menoleh keheranan. Bumi terlihat tengah mengatur nafasnya, kemudian berteriak lagi sambil menujuk kepalanya sendiri.

"HELMNYA WOI!"

"Ah! pantes kek berat gitu." Nina memutar bola matanya ke atas, nyenggir dan merasa malu. Mereka berdua jadi tonton para penumpang yang berlalu-lalang.

Bumi meyeret kaki, mendekati, menatap Nina dalam-dalam, melepaskan helm yang hampir saja berkelana pulang.

"Malu banget!"

"Apa-apa itu, jangan buru-buru."

"Namanya juga panik!" Nina berbalik, bersiap berangkat.

"Aku pulang dulu Mai, bye! Jangan kangen!"

"Ya kali kangen!" Bumi menggaruk alis kirinya.

"Sampaikan salamku sama ucapan selamat buat Papa Drian. Aku enggak bisa balik, banyak kerjaan!" seru Bumi dari jarak yang masih terdengar oleh Nina.

Tuts Tuts!

Mereka berpisah ketika pintu kereta ditutup. Bumi ingin pulang menenami. Tapi, perkerjaannya begitu banyak. Lagian ia juga masih belum berbaikan dengan keluarganya. Alasan utama ia malas untuk pulang.

Kereta berangkat pukul 18.00 tepat. Bumi berdiam diri di tempat semula, sambil memegang helm ia masih melihat Nina yang sedang menyusuri lorong belakang, kemudian duduk di bangku dekat jendela.

Saat gerbong-gerbong itu melewati Bumi, mereka sempat bertatapan untuk sebentar. Kemudian Bumi akhirnya beranjak setelah ekor kereta sudah tak tertangkap oleh netranya.

—-

Kebanyakan dari penumpang kereta sore rute Anggrek-Cempaka adalah para perkerja, banyak dari mereka berwajah lelah dan menahan ngantuk, bahkan ada yang sudah tertidur sambil berdiri dan bersandar di pintu. Anina menatap ngeri.

SEMANGKUK HUJAN TUMPAH DI MATAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang