ARISANDI
Pemilik hati sandi
Namanya Manda. Panjangnya Amanda Respati.
Kalau dilihat dari silsilah keluarga BESAR-yang artinya beneran besar-bisa dibilang gue dan Manda masih berada di satu garis bernama keluarga. Yaa, sudah agak jauh, sih. Tapi kata Eyang Uti, tetap saja itu namanya keluarga.
Eyang Uti gue dan Eyang Kakungnya Manda itu sepupu. Dah tuh, kalian kira-kira sendiri hubungan gue dan Manda disebutnya apa.
Dia anak teknik lingkungan. Iya, yang kata Oki banyak cewek cakepnya itu.
Waktu Eyang Uti tau kalau Manda juga keterima di kampus yang sama kayak gue, Eyang Uti-Uti aja ya nyebutnya biar pendek-langsung memberi petuah panjang lebar ke gue yang intinya; "kamu harus jagain Manda ya, Ndi."
Nggak perlu dijagain juga Manda ke mana-mana atau apa-apa selalu dilakuin sendiri. Dia jarang-atau nggak pernah, ya?-minta tolong sama gue. Entah karena dia terlalu mandiri dalam semua hal, atau karena dia males aja ketemu gue? Jujur nih, tiap kali kita ketemu, wajahnya tuh nggak pernah ramah. Selalu aja datar, tanpa ekspresi. Yang gue ingin tau adalah, dia begitu hanya pada gue atau pada orang lain juga?
Kalo gue liat-liat, dia nggak sendirian, kok. I mean, gue masih bisa melihat dia berteman. Ada yang masih mau menyapanya, kadang juga dia makan bareng sama temen-temennya. Kayaknya, dia memang berteman dengan siapa saja, tapi dalam batas sewajarnya. Gue nggak pernah liat dia punya temen permanen kayak gimana gue punya Oki dan Erik.
Sama kayak gue, Manda juga ngekos dan kosannya nggak jauh dari kosan gue. Kosan kami berada di gang yang sama, hanya berjarak lima rumah.
Pernah, suatu ketika ada acara kumpul keluarga besar yang memang rutin diadakan setiap enam bulan sekali, Uti tiba-tiba nyeletuk, "Manda apa nggak mau sekosan sama Sandi aja?" sambil terkekeh pula.
Yang bener aja deh Uti, tuh. Kosan gue bukan kosan campur. Mana bisa Manda ujug-ujug pindah ke kosan gue?
Gue udah mau nyahut tapi Uti keburu ngomong lagi, sambil ngeliat ke arah gue. "Kamu pindah juga, Ndi. Cari kosan yang campur."
Buset, gampang banget Uti ngomongnya. Kayak pindah kosan tuh segampang cuci piring. Gue paling anti sama yang namanya pindahan. Males. Ribet. Nyusahin diri sendiri.
Manda cuma senyum. Mungkin dia males jawab. Soalnya kalo dijawab pasti nanti Uti makin ke mana-mana nanyanya. Gue kadang juga suka males.
"Yee, dikira pindah kosan gampang?" tapi akhirnya gue yang jawab. Dari pada dibuat menggantung tanpa jawaban, pasti nanti Uti bakal terus nanya. "Lagian, nyari kosan yang nyaman kayak punya Sandi sekarang tuh susah tau!"