ARISANDI
Harus dipancing dulu
Gara-gara kalimat Oki dan Erik waktu malam pertama gue di kosan baru, gue jadi kepikiran sampe sekarang.
Gue beneran peduli sama Manda. Serius. Nggak bohong. Tapi, kalo suka? Gue masih belum yakin, deh. Buat gue, menyukai seseorang itu bukan sesuatu yang simple dan bisa dianggap sepele. Kata 'suka' itu sakral buat gue, sebelas dua belas sama rasa 'sayang' dan 'jatuh cinta'.
Selama dua minggu terakhir, setelah kejadian kosan Manda kemalingan, gue sering banget nemenin Manda nugas. Mungkin lo lupa, Manda kehilangan iPad yang isinya adalah semua tugas-tugas dia. Memang sih, ada beberapa tugas yang udah di-backup, tapi ada juga yang belum jadi dia harus nugas lagi dari awal. Nah, gue kan ada janji tuh, bakal bantuin dia (dengan cara nemenin) ngerjain tugasnya, dan gue bukan tipe orang yang suka ingkar janji, jadi... ya gitu deh.
Biasanya tuh, gue nemenin Manda nugas ya biasa aja, karena kadang gue juga ikutan nugas biar ada gunanya nggak cuma duduk cengo doang. Tapi sejak omongan Oki dan Erik tempo hari itu, sekarang tiap kali nemenin Manda tuh gue jadi kayak nggak bisa mengalihkan pandangan dari dia.
Gue nggak tau Manda nyadar apa enggak, tapi semoga aja enggak, tapi mata gue beneran nggak bisa pindah dari dia anjir. Gue mandangin Manda seolah-olah dengan ngelakuin itu, gue bisa tau apakah gue hanya sekedar peduli sama dia atau udah ada di tahap suka seperti prediksi dua curut itu.
"Lo capek, ya, Ndi?" gue gelagapan waktu Manda tiba-tiba noleh ke arah gue. Gue bahkan nggak sadar sejak kapan dia berhenti ngetik dan balik ngeliatin gue. "Sorry ya. Kita balik sekarang aja, yuk?"
Buru-buru gue menegakkan badan dan menggeleng. "No. It's okay. Lo lanjut aja. Gue... cuma lagi kepikiran sesuatu."
"Tugas?"
Lo. Tapi nggak mungkin gue omongin, 'kan. Gila kali ah. "Bukan. Ada lah. Sesuatu."
Manda nggak membahas lebih jauh. Dia cuma ngangguk-ngangguk aja sebelum akhirnya balik ngetik lagi.
Nggak lama setelahnya, Manda berberes. Dia menutup laptop dan memasukkannya ke dalam tas.
"Balik, yuk?" katanya sambil berdiri. "Gue lanjut nugas di kosan aja nggak apa-apa."
"Lah? Beneran? Nih kalo lo ngajak balik gara-gara gue mending sekarang lo duduk lagi terus lanjut nugas."
Manda menggeleng. "Enggak. Emang udah capek gue di sini. Butuh rebahan bentar."
"Beneran, Nda?"
"Bener, Ndiiii. Yuk, ah."
Gue memicingkan mata, agak sedikit nggak percaya sama alasannya barusan. Tapi karena Manda udah keburu keluar, jadi gue ngikut aja dan kita beneran pulang ke kosan.