SIX

166 16 0
                                    

"Udah ah, gak penting. Nanti kamu juga tau sendiri." kata Magie sambil membalas pesan.
"Siapa yg kirim pesan?" tanya ku sambil mengintip obrolan mereka.
"Mau tau aja." kata Magie sambil melempar bantal ke arah ku.

Aku memajukan bibirku sambil melipat kedua tangan ku di depan dada.
"Magie!!! Siapa yg mengirim mu pesan?!?!" tanya ku sambil berteriak.
"Argh! Berisik Verra! Kali ini bukan urusan mu." jawab Magie sambil menjulurkan lidahnya.

Melihat Magie sibuk sendiri, aku berjalan ke meja dekat pintu kamar Magie untuk mengambil iphone ku.

Aku membuka aplikasi twitter di iphone ku. Hm seperti biasa, sepi. Ku tutup aplikasi itu, lalu aku kembali merebahkan diri ke tempat tidur. Magie masih asyik membalas pesan dari entah siapa.

Tiba-tiba iphone ku berdering. Ada yg menelepon ku. Tapi... Unkown number.

"Halo? Ini siapa?" tanya ku.
"Masa kau tidak mengenal suara ku." katanya.
Suaranya cukup familiar oleh ku, hm... Niall!
"Oh, Niall?" tanya ku.
"Itu tau." jawabnya.
"Kenapa?" tanya ku lagi.
"Kau di rumah Magie?" tanya Nill.
"Yup" jawabku singkat.
"Aku ke sana ya, jangan bilang 'tapi' sampai jumpa! Bye, love you!" katanya langsung mematikan sambungan telepon nya.

"Magie, Niall mau ke sini!!!" kata ku histeris.
"Terus? Kan gak apa-apa." jawabnya enteng.
"Tadi dia juga bilang 'love you' pada ku!!!" kata ku lagi histeris.
"Bagus dong" kata Magie sambil mencolek pipi ku.

Ting Tong

Bel berbunyi. Aku dan Magie langsung turun untuk membuka pintu. Di depan pintu sudah berdiri lelaki ber rambut blonde. Aku dan Magie hanya melamun melihat Niall selama beberapa detik.

"Um, hai. Bisa berhenti melihat ku seperti itu?" kata Niall sambi menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.

Aku dan Magie langsung tersadar dari lamunan kami. Dan mempersilahkan Niall masuk. Kami duduk di sofa ruang tamu.

"Ada apa Niall?" tanya ku.
"Aku hanya ingin bermain-main saja di rumah Magie." jawabnya sambil memainkan kunci mobilnya.
"Jadi sekarang kita mau apa?" tanya Magie.
Aku menaik kan kedua bahu ku.

Tiba-tiba iphone ku berdering.

"Uh, hallo zayn. Ada apa?" tanya ku.
"Kau ada di mana?" tanya Zayn pada ku.
"Rumah Magie." jawabku.
"Aku akan kesana, bye." kata Zayn sambil menutup sambungan telepon.

Bel kembali berbunyi. Kali ini aku yang membukakan pintu. Dan tepat sekali dugaan ku. Itu Zayn.

"Boleh aku masuk?" tanya Zayn.
"Uh? Eh, boleh kok boleh." jawab ku kebingungan.
"Ada siapa saja di sini?" tanya Zayn.
"Aku, Magie, Ronald, Marrie dan Niall" jawabku.
"Ramai." jawab nya sarkas.

"Hai Magie." kata Zayn sambil melambai dan tersenyum manis ke Magie.
"Dan hai juga Niall." katanya sambil duduk disebelah Niall.

"Mau apa kesini?" tanya Niall sarkas pada Zayn.
"Aku di ajak Magie ke sini." jawab Zayn.

"Jadi tadi kau mengirim pesan ke Zayn?" bisik ku pada Magie. Dia hanya tertawa kecil. Dan sekarang, ruangan ini sepi tanpa suara.

"Kalian sudah makan malam?" tanya Magie. Zayn dan Niall menggeleng.
"Baiklah, ayo Verra kita masak!" ajak Magie. Aku mengangguk mantap pada Magie.

"Mau masak apa?" tanya ku pada Magie.
"Hmm... Apa saja, yang pentig mudah." jawab Magie sambil mengeluarkan bahan makanan.
"Kita masak vegetable salad with chiken saja ya?" tawar ku pada Magie. Dia jawab dengan anggukan.

Aku langsung mengeluarkan beberapa sayuran dan mencucinya. Sedangkan Magie melumuri ayam dengan telur dan tepung.

Zayn berjalan menuju kami. "Ada yang bisa ku bantu?" tanya Zayn pada Magie. "Kurasa tidak ada, kau tunggu saja kami." jawab Magie sambil tersenyum Manis.

"Aww!" jerit ku cukup kuat, membuat Niall bergegas menuju dapur.
"Ada apa?" tanya Magie hawatir.
"Nggak, jari ku cuma teriris kecil aja" ucap ku berbohong sambil menyembunyikan tangan ku di belakang. Tiba-tiba darah menetes dari arah belakang ku.

"Ini yg kau bilang luka kecil?" kata Niall sambil menarik tangan ku yang terluka.
"Magie, dimana kotak obat-obatan?" tanya Niall. Magie segera mengambil kitak P3K dari lemari dekat dapur dan menyerahkannya pada Niall.

Niall membawa ku untuk duduk di kursi meja makan lalu mengobati luka ku. 'Niall, kau sungguh baik pada ku. Harusnya kau tidak usah seperti ini.' Gumam ku dalam hati.

Zayn melirik ke arah ku sambil menggantikan ku membantu Magie memasak. Sepertinya Zayn suka pada Magie. Maybe (?)

"Sudah selesai." kata Niall.
"Uh, terima kasih." ucap ku.
"Sudah menjadi tanggung jawab ku melindungi mu." kata Niall yg membuat ku blushing.

Magie dan Zayn membawa 4 piring salad sayur, lalu meletak kannya di meja. Kami mengambil piring masing-masing dan menyantap salad kami.

"Ini sungguh enak Magie!" puji Niall.
"Biasa saja, ini juga di bantu Zayn" kata Magie sedikit malu.
"Ternyata kau lumayan pintar masak juga ya." kata Niall sambil memukul pelan lengan Zayn.
"Aku selalu memasak sarapan setiap pagi bersama Harry. Tapi kau saja yang bangun 'terlambat' jadi kau tidak pernah melihat ku memasak" jawab Zayn. Ruang makan kini di isi oleh tawa kami. Sesekali Niall juga melontar kan lelucon yang membuat kami semua meledakan tawaan.

Hai hai!!! Aku mau nanya nih, magie cocok sama siaa menurut kalian? Kalau menurut aku... Rahasia jangan lupa Vomment ya guys dan jangan jd silent readers. Sekarang aku bakal ngepost sesuai kemauan aku, jadi gak tentu.. Sorry... Jangan bosen2 nunggu update cerita aku ya. Sorry kalau bnyk typo.. ._.

An: aku buat cerita lagi, judulnya Emergency Love. Baca yaaa

Marry You \\ [n.h]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang