O3. Get Contact Naka

955 122 49
                                    

Jangan lupa vote dan komen guyss
Sehat selalu yang udah vote dan komen
yang baaaanyakk biar aku makin
semangat apdett🫶🫶🫶



"Kalau sampai umur 30 tahun tapi belum nikah, kalian punya plan lain, nggak?"

Raka bertanya, pada adik-adiknya yang malam ini tengah berkumpul bersama di ruang Di lantai dua rumah, terdapat ruangan kecil yang berukuran 3 x 3 meter dengan tembok berwarna putih ini.

Bukan ruang apa, ini adalah ruangan khusus yang sengaja didesain oleh Bapak untuk tempat mereka mengobrol. Mengapa? Karena Bapak tahu mungkin mereka bertujuh juga ingin berkumpul bersama, tanpa menganggu Bapak dan Mama di tengah malam atau siang hari, jadi ada ruang tersendiri di lantai dua—mengingat empat dari mereka kamarnya ada di lantai dua, dan tiga lainnya di lantai satu. Pada bagian pinggir ruangan itu terdapat jendela kaca yang lebar sehingga jika dibuka akan terlihat bagian depan rumah.

"Emang umur lo berapa, Mas?" tanya Satria.

"Umur mah nggak ada yang tau. Umur sama usia itu beda." Jafran ikut menimbrung. "Orang-orang sering salah pakai diksi antara umur dan usia. Gue emang kadang refleks gitu, padahal maknanya beda. Umur itu artinya sisa waktu hidup, kalau usia maknanya waktu hidup yang udah dilalui sejak lahir."

"Jep, berarti secara nggak langsung tadi gue nanya sisa waktu hidup Mas Raka?"

Jefran mengangguk, memang banyak orang yang kerap salah mengartikan pertanyaan tersebut, padahal jika bertanya umur, itu termasuk suatu yang kurang sopan. "Secara kasar lo tadi nanyain kapan Mas Raka mati," jelasnya.

Satria mengangguk paham diiringi dengan sedikit cengengesan di wajahnya yang tak dipedulikan orang-orang di sana.

"Kenapa, Mas? Kok tiba-tiba nanya gitu?"

Tidak biasanya Raka bertanya perihal pernikahan, tentu itu membuat Raja keheranan.

"Nggakpapa, tiba-tiba kepikiran aja. Lo ada plan lain, Ja? Kalau umur 30 belum nikah?"

"Gue rencananya sebelum 30 udah nikah. Lo kan tau sendiri?"

Ah iya, Raka harusnya sadar betapa bucinnya Raja kepada Shinta, tentu Raja akan segera menikahinya, kan?

"Kalau gue misal di umur belum nikah— gue nggak punya plan, Mas," kata Caka.

"Umur lagi ka—"

"Lo bisa diem dulu nggak, Jep?" Satria menegur kali ini karena ingin mendengar jawaban apa yang diberikan Caka.

"Santai aja, hidup kayak ngalir aja, yang penting kerja, tidur, kerja tidur," lanjut Caka.

"Omongan siapa yang buat lo mikir soal ini?"

Pertanyaan dari Raja membuat Raka hanya diam. Dari dalam sudut hatinya, sebenarnya ia juga kasihan melihat Ibu yang sampai sekarang belum memiliki menantu, terlebih jika berkumpul dengan keluarga besar, mereka selalu menanyakan kapan Raka akan menikah.

Beberapa orang memang memiliki prinsip yang berbeda-beda, sama halnya dengan Raka. Selama ini, Raka selalu mementingkan keluarganya terlebih dahulu, lalu fokus upgrade diri. Ia masih betah sendiri. Baginya, tidak ada yang salah jika masih menjadi bujang sampai lebih dari 30 tahun.

"Jangan buru-buru. Lagian nikah itu perlu persiapan yang matang juga nggak asal-asalan," saran Bian.

"Mas Raka kayaknya lagi di usia panik, ya?" tanya Jafran. "Lagian kenapa sih, Mas Raka nggak nikah-nikah? Padahal juga udah sesuai semua. Ganteng, iya. Punya duit, iya. Kurang apa lagi?"

"Jodohnya belum sampai, Pran."

Dengan usia yang masih dibilang cukup belia, Jafran berani bertanya seperti itu. Sebenarnya, Jafran belum paham apa-apa soal pernikahan, dan mereka tentu paham itu semua—yang Jafran tahu hanyalah cinta monyet—mencintai secara ugal-ugalan siapapun yang ia mau.

Lampu Merah | NCT DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang