if a guy, why pretty?

1.8K 169 101
                                    

6.

Jay belum memutuskan dunianya di masa depan. Masih ada waktu satu tahun untuk memikirkan jenjang karirnya sebelum kelulusan. Itu yang ia kira sebelum kepergian sang Ibunda.

Kini Jay menatap kosong ke arah hamparan kursi di hadapannya. Apa yang akan ia lakukan setelah kelulusan? Ia tak memiliki siapa-siapa untuk dibanggakan.

Jay menghela napasnya, cukup berat hingga sosok yang tadi memandanginya dari arah pintu masuk ruang aula itu menaikkan alis.

Sosok itu berjalan mendekati Jay, lalu merangkulnya dari belakang dengan tawa kecil.

"Mikirin apa to? Kayak sepet banget." ucap sosok itu dengan sedikit akden "medhok"nya.

Jay mendongak, tersenyum tipis, "Nggak papa, Mas." ucapnya berbohong.

Sosok yang dijuluki "Mas" oleh Jay itu adalah salah seorang kenalannya. Lebih tua satu tahun, namun menjalankan studi strata satu-nya bersamaan dengan Jay.

Namanya Lee Heeseung.

Heeseung mengacak rambut Jay, lalu duduk di sisi pria tampan itu.

Keduanya dijuluki sebagai pilar kehidupan para wanita-wanita di sekeliling mereka. Jay dan Heeseung, duo tampan yang mampu melibas habis kaum hawa dalam sekali pandang.

"Dicariin Jake." ucap Heeseung.

Jay menyunggingkan senyuman, "Hobi kok ngangenin gue mulu tuh anak." balasnya asal.

Heeseung tertawa, "Aku sama Jake hobinya sama yo?" tanyanya menggoda.

Jay pun mendengus, ia melipat lengan di dada, lalu memiringkan tubuh agar dapat menatap wajah Heeseung lamat-lamat.

"Ck! You're not my type. Not even close." goda Jay sebagai balasan.

Heeseung ikut memiringkan tubuh, ia ikuti gaya Jay dengan melipat dada lalu memajukan wajahnya mengikis jarak antar mereka.

"Kurang opo sih aku?" tanya Heeseung dengan senyuman mengejek.

Bertujuan agar tak terlalu menunjukkan rasa yang sebenarnya (tak seharusnya) ada.

"Kurang cantik." sahut Jay seraya memicingkan mata tajamnya.

Heeseung tertawa lagi, "Laki mana bisa cantik, Jay!" balasnya.

"Makanya, laki jangan sama laki." ucap Jay, lagi-lagi dengan asal.

Jay pun bangkit dari posisinya. Ia menyenggol paha Heeseung agar bangkit mengikutinya.

"Ayo, ke Jake." ajaknya dengan santai.

Heeseung tersenyum tipis, betulan ikut bangkit seolah Jay adalah panutan langkahnya. Ia sandingi pria bermata elang itu sembari bersiul ria.

Ah, Heeseung benar-benar suka Jay.


7.

Jay tidak suka laki-laki. Bahkan memikirkan perempuan sebagai "perempuan" saja ia tak pernah. Apalagi harus memikirkan laki-laki sebagai pengganti peran "perempuan" perihal perasaan berbau romansa.

Tapi Jungwon berbeda.

Jay tahu, ada yang salah dari persepsinya terhadap pria itu.

Jungwon cantik. Yang mana seharusnya pria tak boleh cantik, menurutnya. Atau yang seharusnya dirinyalah yang tak boleh menyebut pria dengan kata sifat itu.

Tapi, Jungwon cantik.

"I must be out of my mind." kesal Jay pada dirinya sendiri ketika mendapati beberapa momen ia memandangi pria itu tanpa sadar beberapa kali hari ini.

peiskos : jaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang