"Maaf Mbak. Pinta lelaki yang kira-kira seumuran kami setelah sebelumnya menabrakku sehingga membuat jagung bakar yang baru saja Binar pesan untukku jatuh dari genggamku.
"Dengan sedikit kecewa kumengganguk lemah menatap jagung bakar pedas kesukaanku yang kini mendengkur di tanah.
Sebenarnya aku bisa memesanya kembali tapi jagung ini Binar yang pesan untukku. Keluhku dalam hati.
Binar seperti mengerti yang aku rasakan karena tiba-tiba kudengar ia memarahi orang yang baru saja menabrakku.
"Mas kalau jalan lihat-lihat dong. Ucapnya sedikit meninggi
Entah apa yang aku rasakan senangkah atas sikap Binar yang kuanggap sebagai perlindungan, karena aku merasakan panas yang tiba-tiba hingga membuat tanganku sedikit lecet atau hanya karna jagung yang baru saja ia pesan untukku tak bisa dimakan karna telah menyentuh tanah. Atau apalagi aku tak bisa berfikir normal selain hatiku porak poranda, aku juga merasakan panas ditanganku.
"Maaf Mas saya gak sengaja. Pintanya sekali lagi
"Kulihat Binar masih belum bisa tersenyum
"Udah Mas. Aku gak apa-apa kok. Kucairkan suasana yang sempat memanas.
Tanpa sadar aku menarik Binar untuk meningalkan orang yang telah menabrakku barusan. Selain aku tak ingin keributan aku juga tak ingin kebersamaanku bersama Binar menjadi hal yang tak menyenangkan. Apalagi aku belum tahu apa maksud Binar mengajakku malam ini.
"Maafin Mas Binar kalau terkesan kasar. Binar membuka pembicaraan setelah agak menjauh dari kejadian beberapa menit yang lalu.
"Mas cuma gak ingin jingga kenapa-napa. Sambungnya lagi. Kukulum senyumku mengisyaratkan aku telah melupakan hal itu.
Tak ada kata untuk beberapa detik selanjutnya. Kubiarkan hiruk piruk Taman kota mengisi kesunyian kami sesaat.
"Kita duduk disana. Binar menunjuk sebuah kursi taman yang kebetulan tak ada yang mendudukinya.
Aku menganguk tanda setuju dan mengikutinya
Taman Kota memang selalu ramai oleh pengunjung. Rasanya tak ada ruang untuk kesepian ditempat itu tapi entah kenapa hati Farah seperti tak merasakannya bahkan saat disamping Binar, sang Adam yang selalu ia damba, sosok yang masihpun menanam harap diantara senyum hawa yang tak seberuntung dirinya dipenjuru kampus. Tetappun ia merasakan gundah karena pada nyatanya kisah antara dirinya dan Binar hanya sampai dibatas memiliki tanpa memiliki.
"Tangannya masih panas? Binar bertanya setelah keduanya duduk di bangku taman
"Farah menggeleng sambil melihat tanganya yang lecet memerah. "Mas ada perlu apa mengajakku ketempat ini? Tanya Farah akhirnya "Lama tak ada jawaban.
Dan Farah mulai mendesak dengan pertanyaan yang sama. "Mas !? panggilnya kesekian kalinya
Belum sempat Farah melanjutkan kata-katanya satu jemari Binar telah menyentuh bibirnya mengisyaratkan Farah untuk tenang dan diam.
"Ra..ucapnya sedikit terbata. Mas gak peduli mereka menilai Mas Buaya, Playboy, Pencinta wanita atau apapun itu. Mas tahu Jingga tahu itu. Sambungnya tanpa memberi jeda untuk Farah bertanya ini atau itu, membiarkan wanita dihadapannya terdiam tanpa tahu harus bagaimana.
"Karena semua itu mereka yang menobatkan untuk Mas. Binar masih berargumen dan Farah menjadi pendengar sejatinya untuk beberapa saat.
"Yang perlu Farah tahu Mas peduli sama Farah. Mas ingin menjadi objek pertama yang Farah ingat saat membuka mata dipagi hari, saat memulai setiap aktivitas juga menjadi tempat paling nyaman saat kegundahan menyingahi.
Ingin rasanya Farah berlari dan bertanya kepada dunia apakah maya sedang tak meninabobokkan dirinya. Ingin rasanya ia mengatakan aku telah menantimu dibatas senja kemaren saat kau membiarkan warna-warna pelangi mencoba memenuhi ruang yang kujagai berhari-hari. Namun semua hanya mampu menyesak dalam dada dan tak ada satupun yang Binar dengar dari Jingganya.
"Farah...maafkan Mas kalau Farah tidak suka atas pengakuan ini. "Bagaimana dengan mereka? kalimat farah mengantung
Entah siapa yang Farah maksud "mereka". gadis-gadis itukah?. para hawa yang sudah terlanjur terhipnotis pesona Binar atau karena mereka memang tertarik dengan mahluk multikarakter yang memiliki wajah setampan sang vokalis pelantun "Ada Apa Denganmu itu". Farah tak mampu menganalisis jauh dan hanya mampu sampai dititik itu. Atau Aismerry kakak tingkat yang jugamahasiswa fakultas sastra yang beberapa episod ini terlihat begitu intensif bersama Binar?. semua saling ingin memenagkan untuk menemukan jawabannya.
"Harus berapa kali Mas jawab. Mereka yang memiliki bukan Mas Binar. Bahkan Mas gak peduli mereka mengatakan Mas pecinta wanita karena kekecewaan mereka setelah tahu mereka tidak sendiri karna mereka lebih dari sekedar seorang diri.
"Aismerry...!!! akhirnya nama itu yang Farah pilih untuk meyakinkan dirinya atas pertanyaan mahluk pemilik tulisan-tulisan indah bernada klasik yang berhasil memenjarakan hatinya dari cinta lain.
"Aismerry. Binar terhenti seperti tak ada jawaban untuk nama itu.
"Jangan rusak kebersamaan kita dengan hal yang gak Mas inginkan. Katanya separuh tak yakin dengan apa yang baru saja ia ucapkan.
"Beri aku waktu. Ucap Farah kemudian
"Kenapa? tanya Binar. Bukankah kita memiliki. Sedikit mengantung kalimat Binar. Seperti tak ada keberanian untuk mengatakan memiliki hal yang sama indahnya dalam ruang bernama hati. Mungkin karena selama ini mereka lebih banyak berkomunikasi melalui puisi.
Farah seperti membaca apa yang sedang Binar fikirkan.
"Beri aku waktu yang paling tepat untuk meletakkannya disini, dihati ini. Jelas Farah
Binar masih membisu meski tak ada jawaban yang jelas dari Jingganya. Tapi ia tahu kalau Jingga menginginkan waktu yang tepat untuk mendeklarasikan cinta mereka.
"Terima kasih katanya kemudian. Waktu itu akan hadir dan kita akan bercerita sehari semalam, Binar menyambungnya dalam hati.
Farah membalasnya dengan senyum. "Mas kita pulang sekarang ya.
Tanpa menjawab Binar mengandeng Jingganya dan mengantarnya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love Mas Binar
General FictionMendung mengelanyut claudy awan ikut tak bersahabat. Kampus sedikit terlihat seperti kolam renang mainan ana-anak semua karna hujan yang tak henti hingga menjelang siang ini. Meski begitu enggannya kaki untuk melangkah tetappun harus melangkah. Tahu...