Malam inagurasi berlangsung dengan meriah.
Casual outfit menjadi pilihan malam itu, di sana sini hampir terlihat semua menggunakannya. mungkin karena temanya yang Semi Casual. Lihat Shella di sudut sana berdiri dengan high waist hitam juga beberapa aksesoris nan indahnya. Malam ini semua terlihat indah. Di sana berdiri juga Farah disamping Shella, cewek yang selalu apa adanya yang malam ini bergaya ala cewek retro yang lahir dari vintage stlye dengan nuansa denim yang menguasai. Sederhana namun tetap indah dan anggun.
"Hai Shella.... .sapa Diaz.
Tentu saja sapaan itu juga untuk Farah.
"Hai Ra, sapanya sekalem mungkin untuk cewek yang udah membuatnya gak bisa nyenyak tidur dua bulan terakhir ini.
"hai... jawab Farah dan Shella hampir bersamaan.
"tumben sendiri Az, Shella pecahkan hening sejenak tadi.
Farah masih diam bersama senyumnya yang masih tersisa tadi. Hal inilah yang membuat Diaz semakin ingin memenangkan hati Farah dari perhelatan antara dirinya, Fahri juga Rehza untuk mendapatkan hati cewek pemilik nama lengkap Farah Azilia Pearly ini. Paling tidak cowok-cowok itu yang Diaz tahu yang pun ingin mendapat respon Farah minimal mendapat kartu izin untuk melihat senyumnya ditiap waktu. Begitu sederhananya. Mungkin, tapi itu adanya. Dan ia termasuk di dalamnya.
"hey.....bengong aja. Binar ma Berry mana?tanya Shella lagi. "Eem... mereka, masih on the way bentar lagi sampai.
Entah kenapa hati Farah tiba-tiba berdetak tak beraturan. Semua karna Binar dan entah sampai kapan masih selalu Binar. Dan tentu saja Diaz tak mengetahuinya. Mungkin hanya Shella yang tahu, meski tak suka Shella membiarkan senyum Farah yang semakin manis tepat ketika Binar dan Berry tiba. Namun Binar tidak sendiri dia bersama Aismerry anak sastra satu tingkat di atas kami. Aku bisa mengerti gimana hati Farah saat itu namun senyumnya tetap tak surut terus melaju bersama detik-detik waktu yang terus beranjak mengikuti alur acara.Aku bisa mengerti tatapan siaga Farah ditiap gerak juga gelak tawa berkala antara Binar dan Aismerry yang tak sedetikpun lepas dari awas khawatir disenyum Farah malam itu. Hanya aku dan angin malam yang tahu mugkin juga Binar yang membiarkan tahunya asyik memunafiki dirinya dalam decak saut manja Aismerry malam ini.
Ingin rasanya kumengutuki malam ini yang tak lekas beranjak, sekuat apapun Farah menahan senyumnnya tetappun kulihat ada bias luka di sana, luka yang hampir menjadi rutinitas menyingahinya karena acuh Binar. Yang kemaren sempat kulihat menyematkan harap disetiap baitnya teruntuk Farah. Bahkan kulihat ia mengajari Farah memunafiki yang ada.
"Farah kelihatan capek! Apa mau pulang sekarang? Tanya Binar tiba-tiba. Aku masih diam, kulihat Diaz juga berhenti menghisap rokoknya.
"kita pulang sekarang Ra? tanyaku kemudian saat pertanyaan Binar tak kunjung terjawab.
"Biar aku yang antar. Suara Binar juga Diaz bersamaan. Semua terdiam sejenak.
Dan akhirnya malam ini Dewi Fortuna memilih Diaz.
Masih kulihat Binar menyelipkan harap disudut malam ini.
"Az biar aku yang antar Farah, kamu kan harus stand by sebagai ketua BEM. Ucap Binar sedikit bercanda berharap tak mencurigakan.
Sekali lagi hanya akulah yang tahu.
"tenang... semua sudah terhandle. jawab Diaz semangat "Shell kamu pulang juga kan? tanya Farah padaku
"Ra kamu duluan aja ya, aku masih ada urusan sama Shella. Berry menduluiku.
"iya Ra kamu duluan aja nanti aku pulang sama Berry. Dengan terpaksa kuikuti alur Berry malam ini.
"tunggu Ra. Binar mengambil sesuatu dari tasnya
"puisi".
Tanpa kata seperti biasa. Senyumlah jawaban Farah atas semuanya, dan hanya Binarlah yang bisa mengartikannya.
Kemudian Farah dan Diaz pun pulang.
Baik aku pun Diaz sudah terbiasa melihat Binar memberikan puisi pada Farah sebaliknya saat Farah memberikan puisinya pada Binar. Bahkan teman-teman satu tingkat tahu kalau Binar, Berry juga Farah adalah anggota komunitas penulis sajak klasik. Tidak heran jika mereka sering bertukar fikiran melalui puisi. Termasuk bahasa kalbu antara Binar dan Farah semua melalui decak saut puisi. dan Aismerry kulihat sedikit menggerutu melihat Binar memberikan puisi yang tak pernah kami tahu isinya.
Dan malam ini bagiku adalah malam teraneh untuk hati yang memiliki tanpa memiliki. kubiarkan semuanya terbawa angin malam ini. Kembali kumengikuti alunan piano akuistik yang dimainkan anak fakultas Ekonomi yang terkenal itu. Mendayu sayu mengikuti setitik do‟a dalam hatiku buat Farah malam ini juga Diaz yang begitu tulus mencintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love Mas Binar
General FictionMendung mengelanyut claudy awan ikut tak bersahabat. Kampus sedikit terlihat seperti kolam renang mainan ana-anak semua karna hujan yang tak henti hingga menjelang siang ini. Meski begitu enggannya kaki untuk melangkah tetappun harus melangkah. Tahu...