III

839 78 7
                                    

Shani tiba di tempat janjian dengan Sisca dan Gracia. Mereka sudah menunggu di sana.

"Maaf ya lama, tadi ada sedikit insiden di rumah," ucap Shani meminta maaf.

"Iya gak apa-apa kok, yuk langsung berangkat saja," sahut Gracia.

Mereka pun segera menuju mall untuk berbelanja. Sepanjang perjalanan, Shani menceritakan kejadian tadi pagi saat ia nekat mencium Gito.

"Hah beneran lu berani cium Gito gitu aja Shan?" tanya Sisca kaget.

Shani mengangguk malu. "Iya, gatau kenapa tiba-tiba kepikiran buat nyium dia. Eh taunya dia malah kaget dan ninggalin kamar," cerita Shani.

"Wah berani banget lu! Gimana reaksi Gito waktu lu cium?" tanya Gracia penasaran.

"Dia keliatan shock banget, kayak ga nyangka aku bakal berani nyium dia," jelas Shani.

Gracia dan Sisca saling berpandangan sambil menahan tawa. Mereka geli membayangkan ekspresi terkejut Gito saat dicium Shani.

"Ya wajar lah dia kaget, orang lu ga pernah mau kalau disentuh sama Gito. Eh taunya tiba-tiba lu cium dia, ya pasti dia syok banget," komentar Sisca.

Shani sedikit bingung mendengar perkataan Sisca tentang dirinya yang tidak ingin disentuh oleh Gito. Shani merasa tidak pernah bersikap seperti itu. Ia masih mengingat saat 7 tahun pernikahannya dengan Gito sebelum kembali ke masa lalu, justru Gito yang enggan bersentuhan dengannya karena Gito memiliki kekasih lain.

"Sudahlah Shan, anggap saja itu tantangan untuk mendekati dia setelah menikah. Siapa tahu malah bisa jadi awal yang baik untuk hubungan kalian," hibur Gracia.

"Benar, siapa tahu dia jadi tertarik lagi sama lu karena kejadian tadi. Pokoknya semangat ya!" timpal Sisca menyemangati.

Shani ingin bertanya tentang perkataan Sisca, namun ia urungkan niatnya.

Mereka pun melanjutkan jalan-jalan sambil berbagi cerita dan tertawa bersama. Meski masih merasa canggung, Shani bertekad untuk memperbaiki hubungannya dengan Gito perlahan.

Tok tok tok

Lamunan Gito buyar oleh ketukan di pintu ruangannya. Ia mempersilakan orang itu masuk. Ternyata itu Hardi, asistennya.

"Maaf mengganggu Pak. Tadi ada tamu mencari Bapak, katanya punya urusan penting," ujar Hardi sopan.

Gito mengernyitkan dahi. "Siapa?" tanyanya.

"Saya kurang begitu kenal Pak, tapi kelihatannya seumuran dengan Bapak. Beliau menunggu di ruang tamu," jelas Hardi.

"Baiklah, saya akan segera menemuinya. Terima kasih Hardi," sahut Gito seraya bangkit dari kursi dan beranjak ke ruang tamu.

Begitu membuka pintu ruang tamu, Gito tertegun melihat sosok yang duduk di sofa. Sosok yang sangat dibencinya, mantan pacar Shani.

"Mau apa kau kemari?" tanya Gito dingin. Ia berusaha menahan emosinya. 

Pria itu tersenyum miring. "Menemuimu tentu saja. Kudengar istrimu semalam berulah ya?" sindirnya.

Gito menggeram. "Jaga bicaramu! Itu bukan urusanmu!" 

"Tentu saja urusanku. Shani adalah milikku, selamanya akan begitu," ucap pria itu tenang.

Darah Gito mendidih mendengarnya. "Pergi kau sekarang juga dari hadapanku sebelum aku lepas kendali!" bentak Gito marah.

EUREKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang