V

963 79 13
                                    

Tok tok tok


"Maaf Pak, di luar ada tamu," kata Hardi dari balik pintu.


"Siapa?"


"Pak Oniel, Pak," jawab Hardi.


"Ya, suruh masuk ke ruang kerja saya sekarang," balas Gito.


Gito tengah sibuk dengan berkas-berkas laporan di kantornya, menandatangani beberapa berkas yang harus disetujuinya. Meski tangan kanannya digips, itu tidak membuatnya lalai dari pekerjaannya.


Ceklek!


Suara pintu dibuka membuat Gito menoleh ke arah pintu. Setelah tahu siapa yang datang, Gito kembali fokus pada pekerjaannya.


"Sibuk sekali nih, Bos," celetuk Oniel sambil berjalan menuju meja kerja Gito.


Oniel meletakkan beberapa dokumen di atas meja kerja Gito. Gito melirik malas dokumen-dokumen itu.


"Hah, kapan selesainya semua ini?" keluh Gito.


Oniel hanya mengangkat bahunya mendengar keluhan bosnya.


"Git, gue udah nyelidiki tentang Aram seperti yang lu perintahin kemarin," jelas Oniel.


Gito menghentikan pekerjaannya dan melirik Oniel dengan penasaran. "Jadi, apa yang lu temukan?"


"Lu tahu perusahaan Investama?" tanya Oniel balik yang dibalas anggukan oleh Gito.


"Perusahaan itu yang baru-baru ini berinvestasi ke perusahaan Lu. Setelah gue cek, ternyata pemiliknya adalah keluarga Wicaksono yang beberapa bulan lalu diwariskan kepada putra pertamanya."


Gito sedikit bingung dengan penjelasan Oniel karena yang dimintanya adalah mencari tahu tentang Aram, bukan perusahaan Investama.


"Ya, Aram Wicaksono yang mewarisi perusahaan itu," tambah Oniel saat melihat Gito melamun setelah mendengar penjelasannya tadi.


Gito tampak terkejut mendengar nama yang disebutkan Oniel. "Hahaha... Ternyata dia ingin bermain dengan cara seperti ini."


"Jadi, apa rencana lu?" tanya Oniel.


"Yah, kita lihat saja siapa yang akan jadi pemenangnya nanti," balas Gito.


Gito bersandar di kursi kerjanya. "Wicaksono," gumamnya lirih.


"Hardi!" panggil Gito.


"Ya, Tuan," sahut Hardi.


Gito menatap Oniel lekat-lekat, seolah mengirimkan sinyal agar Oniel yang berbicara pada Hardi.


Oniel menghela napas pelan, lalu bangkit dari tempat duduk dan mendekati Hardi.


"Ayo kita bicara sambil main catur," ajak Oniel seraya merangkul Hardi.


Setelah kepergian Oniel dan Hardi, Gito menghela napas panjang dan sedikit merilekskan tubuhnya.


"Kenapa harus muncul saat Shani sudah mulai membuka hatinya? Apa pilihan meneruskan garis keturunan benar-benar jalan yang harus gue ambil agar Shani ga berubah lagi?" batin Gito resah memikirkan masalahnya.


Gito meraih sebuah pigura foto di mejanya. Fotonya bersama Shani saat mereka menikah dulu. Gito tersenyum getir menatap foto itu.


"Aku nggak mau kehilangan kamu, Shan." gumamnya lirih.


EUREKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang