Dora & Boots

18 3 3
                                    

Oktober, Tahun 2018
"Pagi, Ma," sapa Key sambil menaruh secangkir kopi panas di atas nakas kecil. Aster yang masih duduk bersantai di kasurnya tak menjawab. Dengan mata terkunci pada layar ponsel, wanita itu meraih cangkir kopi dan menyeduhnya nikmat.

"Hari ini Kimmy bakal pulang sore karena ada latihan untuk pentas drama akhir tahun," ujar Key sambil memungut pakaian-pakaian kotor di lantai. Aster tetap bergeming, seolah-olah ia tuli.

Key berjalan keluar dari kamar ibunya setelah mengambil semua potongan pakaian kotor yang bisa ia temukan. Gadis itu pergi ke samping dapur, tempat mesin cuci berada.

Tepat setelah Key memencet tombol start, suara berderak dari pintu depan terdengar. Seorang laki-laki paruh baya melangkah masuk dan langsung tersenyum sumringah ketika melihat kehadiran Key. "Pagi, Key," sapa lelaki itu.

"Pagi," balas Key singkat. Lelaki itu bernama Charlie. Dia adalah kekasih Aster dan Key selalu merasa risih ketika berada dekat dengannya.

Key berusaha tidak memedulikan keberadaan Charlie dan berjalan menuju kulkas. Gadis itu mulai menyiapkan sarapan. Ia memasak scrambled egg, kemudian mencampurkannya dengan brokoli, gruyere* dan bacon dari sisa makan malam. Praktis, Key tidak mau ambil pusing untuk sarapan pagi ini.

(*gruyere: jenis keju)

"Key, aku bawa oleh-oleh loh." Charlie tiba-tiba sudah berdiri di belakang Key, membuat gadis itu berjengit kaget. Di tangan pria itu tergantung tas kertas dari brand fashion ternama.

"O-oh, iya," ujar Key sedikit terbata. Ia menerima pemberian Charlie walaupun matanya menolak bertatapan dengan pria itu.

Key mengintip isi tas kertas tersebut, sebuah kotak parfum. Gadis itu pun tersenyum paksa, "Thank you, Charlie."

"My pleasure." Charlie balas tersenyum sambil menatap Key penuh minat. Tangan Charlie bergerak menyentuh pelipis gadis berusia 18 tahun itu, menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah cantiknya.

"Charlie? Sudah pulang?" Aster keluar dari kamarnya dengan raut berseri-seri. Wanita itu berlari kecil sebelum menubrukkan tubuhnya dan memeluk Charlie penuh cinta.

"I-iya. Kupikir kamu belum bangun," jawab Charlie kikuk. Key pun berjalan melewati sejoli itu, hendak pergi ke lantai atas, tempat kamar tidurnya berada. Ia dapat merasakan tatapan tajam dari Aster. Wanita itu pasti melihat tas kertas yang dibawa Key, oleh-oleh dari Charlie tadi. Key meneguk ludah, pura-pura tidak sadar.

Key juga masih merasakan tatapan Charlie yang mengikutinya, namun Key tentu tidak mau repot-repot membalasnya. "Dasar orang tua bejat gak inget umur! Udah bau tanah juga!" umpat Key dalam hati.

Hanya di dalam hati. Key tidak mau ia lepas kendali dan meluapkan amarahnya pada Charlie, yang mungkin akan berakibat fatal pada nasib Aster. Ia tahu betapa penting peran Charlie dalam hidup Aster.

Tangan Key baru saja hendak meraih gagang pintu kamar Kimmy, adik tirinya, ketika pintu tersebut justru terbuka dari dalam.

Kimmy menyipitkan matanya. "Kamu mau sembarangan buka kamarku lagi?" tanyanya sinis.

"Eh? Sori-sori. Turun yuk, sarapannya udah jadi." Key menggandeng tangan Kimmy, hendak menuntun gadis kecil itu ke lantai bawah. Namun Kimmy segera menyentak tangannya.

"Aku bisa jalan sendiri!" pekik Kimmy galak, lalu berjalan cepat menuruni tangga mendahului Key.

Key menghembuskan napas, tidak mengatakan apapun lagi. Well, mungkin ada satu alasan lagi kenapa Key tidak bisa marah pada Charlie. Pria itu, sayangnya, adalah ayah kandung Kimmy.

The Grave's FestivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang