The Last Night

14 3 2
                                    

Hiro Walsh adalah nama asli Boots. Key adalah satu-satunya orang yang memanggilnya 'Boots'.

"Jadi, kenapa Key manggil lo Boots?" tanya Nolan. Kelompoknya sudah duduk melingkar di area yang kosong tanpa kuburan. Mereka kini sedang menunggu pengumuman selanjutnya dari pemandu festival.

Hiro terkekeh, kemudian bercerita, "dulu waktu kecil kita suka banget nonton kartun Dora The Explorer, dan kita berdua sama-sama mau jadi Dora. Jadi kita suit, yang menang jadi Dora, yang kalah jadi Boots. Dan gue kalah. Dan semenjak itu nama gue ganti."

Nolan dan yang lain tertawa, sementara Key tersenyum simpul.

"Kalau gitu gue mau manggil lo Boots juga ah," ujar Violet, salah satu anggota kelompok Nolan.

"Gak boleh. Gue ganteng, nama panggilan gue juga harus ganteng, Hiro," ujar Hiro dengan nada memerintah. Ia menyilangkan tangannya kekanakan.

"Ganteng apanya? Tingkahnya kayak monyet gitu. Udah cocok, Boots." Violet meleletkan lidahnya usil, sebelum wajahnya digrayang oleh Hiro.

Sementara Key bergeming di tempat. Dalam diam dan dibalik ekspresi datarnya, api cemburu mulai menggerogoti hatinya.

Key adalah satu-satunya orang yang memanggil Hiro 'Boots'. Tidak ada yang boleh memanggil 'Boots' selain Key.

"Eh, Boots, MBTI lo apa?" tanya Violet akrab.

Demi Tuhan, Boots. Jangan dijawab! Jerit Key dalam hati.

"ESTP. Tapi gue gak percaya begituan sih," Hiro mengendikkan bahunya. Sementara Key di sampingnya merasa hatinya hancur berkeping-keping.

"Hmm... cocok sih. Kalau lo, Key?"

Key menatap Violet nyalang, tidak menjawab. Cocok katanya? Tahu apa Violet soal Boots? Bertemu juga belum ada satu hari!

"Dia ISFP. Tapi kayaknya dia ngisi kusionernya ngasal," Hiro kembali terkekeh. Violet ikut tertawa.

Dom menyadari air muka Key yang tidak baik-baik saja. "You okay?" tanya Dom setengah berbisik di samping Key.

Key menoleh ke arahnya, memaksakan senyum kemudian mengangguk.

"Key sakit???" tanya Violet dengan wajah panik. Key buru-buru menggeleng.

"Gue cuma agak haus," ujar Key, kemudian bangkit berdiri. "Gue cari minum dulu ya."

"Di mana? Ini kuburan." Hiro mengangkat sebelah alisnya.

"I'll ask others," jawab Key sambil mengendikkan bahu, kemudian berjalan pergi. Mencari minum hanyalah alasan, nyatanya Key hanya ingin mencari ruang untuk menenangkan diri.

Sorot mata Violet mengikuti sosok Key sampai gadis itu menghilang. Violet lalu melirik Hiro. "Dia beneran cuma teman, atau lo diam-diam nyimpan perasaan?"

Hiro tergelak, "cuma teman lah."

"Kok bisa ya? Dia cantik banget loh. Gue gak pernah ngeliat orang secantik itu, dari kalangan artis sekalipun. Gue yang cewek dan straight aja deg-degan dari tadi. Waktu dia ngomong, gue gak berani natap wajahnya, takut jatuh cinta." Violet menaruh tangannya di dada, memasang wajah dramatis.

Nolan ikut-ikutan menaruh tangan di dada, "kalau gue udah jatuh cinta. Gak berani ngajak ngobrol, takut makin sayang."

Hiro mencibir, lalu mereka semua tertawa.

Key kembali tepat ketika suara pemandu festival kembali terdengar. "Dear girls and boys, kami sudah menyiapkan tempat beristirahat paling nyaman untuk kalian. Silahkan masing-masing kelompok memasuki makam dengan batu nisan berwarna emas. Semua yang kalian butuhkan sudah tersedia. Kalian bisa beristirahat dengan tenang malam ini, sebelum malam besok ritual pertama dimulai. Dalam waktu 24 jam, akan ada pengumuman lanjutan. Do not worry about anything out there. Good night, and sweet dreams, my dearest guests."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Grave's FestivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang