📍New York
Di salah satu rumah sakit terbesar di New York, saat ini tengah disibukkan dengan banyaknya pasien dari korban kecelakaan beruntun yang baru saja terjadi. Semua dokter dan perawat berbondong bondong bekerja sama menyelamatkan semua korban.
Seorang wanita dengan jas putih kebanggaannya berjalan tergesa menghampiri brankar salah satu korban yang tengah di dorong oleh beberapa perawat, wanita dengan bernametag dr. Giandra Anabella itu memeriksa kondisi pasien dengan stetoskop yang selalu setia mengalung di lehernya.
"Bawa pasien ke ruang operasi dan segera persiapkan operasinya!" Mendapat perintah tersebut, para perawat dengan cepat mendorong dan membawa pasien ke ruang operasi, mempersiapkan segala alat operasi dengan cepat.
Dokter Giandra atau sebut saja dokter Gian itu memasuki ruang operasi dengan baju operasi dan masker serta sarung tangannya, sesuai dengan prosedur operasi.
Operasi berjalan selama satu setengah jam dan semuanya berjalan lancar, Gian telah berhasil menyelamatkan nyawa korban untuk yang kesekian kalinya.
"Apakah masih ada pasien lain?" tanya Gian pada salah satu perawat yang telah berkontribusi dengannya di ruang operasi, "Pasien yang mengalami luka parah telah ditangani oleh dokter Louis dan dokter Austin, sedangkan beberapa pasien yang mengalami luka ringan ditangani oleh dokter Valerie di ruang rawat."
Gian mengangguk mendengar penjelasan perawat tersebut, itu artinya sudah tidak ada yang perlu ia tangani saat ini, karena itu ia memutuskan untuk kembali ke ruangannya dan bersantai disana sejenak untuk melepaskan stres.
Gian duduk di kursi miliknya dan memejamkan matanya, teringat akan sesuatu, Gian membuka ponselnya dan membuka galeri, ia menscroll terus aplikasi tersebut hingga matanya menangkap foto foto lama miliknya bersama ketiga temannya. Ia memperhatikannya dengan mengukir senyum di bibirnya dan tanpa terasa air matanya menggenang di pelupuk matanya.
Entah kenapa ia tiba tiba merindukan ketiga teman lamanya itu yang sudah lama tidak ia temui, ia ingin sekali bertemu dengan mereka kembali dan berkumpul bersama seperti dulu.
Suara ketukan pintu menyadarkan dirinya, dengan segera Gian menyeka air matanya yang sempat terjatuh dan disaat itulah asistennya masuk dengan membawa beberapa kertas ditangannya.
"Dokter ini berkas mengenai identitas dan rekap medis pasien." Gian memeriksa berkas tersebut dan memahami rekapan medis milik pasien yang baru saja ia tangani, "Apakah ada pasien yang harus ku tangani?" tanyanya tanpa mengalihkan fokusnya dari berkas tersebut.
"Untuk saat ini tidak ada."
"Kau terlihat sangat lelah, apa kau semalam tidak tidur? Mata kau terlihat sangat hitam." tanya asistennya, panggil saja dia Jessy, "Bagaimana mungkin aku bisa tidur, sedari semalam banyak sekali pasien yang datang hingga aku tidak memiliki waktu untuk tidur, walau hanya sebentar "
"Mengapa kau tidak mengambil cuti saja? Tiga tahun ini kau belum mengambil jatah cutimu, mengapa tidak kau gunakan saja itu untuk beristirahat? Kau juga manusia dokter, jangan terlalu keras pada diri sendiri, kau juga harus beristirahat."
"Yahh, kurasa kau benar, sepertinya aku memang harus menggunakan jatah cutiku selama beberapa hari saat ini." Jawab Gian menutup berkas tersebut dan melirik ke ponselnya yang masih menyala dengan menampilkan foto dirinya bersama ketiga temannya.
"Sudah seharusnya begitu."
"Bisakah besok aku mulai cuti?"
"Silahkan, jangan lupa mengabari profesor Arthur terlebih dahulu." Gian mengangguk mendengar peringatan dari asistennya, tentu saja ia akan mengabari si kepala rumah sakit itu terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Oneshoot
FanfictionThis is oneshoot collection from me, yang hanya ditulis sewaktu waktu ide muncul.