Don't Be a Stranger

7 0 0
                                    

For Secret adalah salah satu cafe yang terkenal di kalangan anak anak muda di kota. Cafe yang cocok bagi orang orang introvert, pecinta buku, juga pecinta kucing, karena cafe tersebut menyediakan lantai khusus bagi orang yang senang sendiri dan butuh suasana yang sepi, dilantai itu juga terdapat banyak rak buku berjejer yang sengaja disediakan bagi para pengunjung, terdapat banyak jenis buku yang mereka miliki, salah satu contohnya adalah buku novel.

Mereka memiliki ruangan khusus yang berisi beberapa ekor kucing dari berbagai jenis, termasuk kucing kampung yang menjadi kucing kesayangan si pemilik cafe.

Selain itu, cafe ini juga menyediakan secret magazine. Di mading tersebut pengunjung bisa menuliskan semua keluhan ataupun rahasia yang tidak dapat mereka sampaikan dan keluarkan dengan tanpa menyebutkan nama asli mereka.

Hampir setiap hari cafe ini selalu ramai dikunjungi oleh para pengunjung, terutama pada saat jam makan siang. Pengunjung mengantri panjang untuk memesan menu dan memenuhi seluruh meja di cafe. Itulah yang terjadi sekarang.

Seluruh staff cafe sibuk berbondong bondong melayani pengunjung dari ujung ke ujung, saking sibuknya sampai membuat si pemilik cafe harus ikut turun tangan untuk membantu.

"Next..." Panggil wanita cantik yang rambutnya di cepol asal dan lengan baju yang di singsat hingga siku, namanya Rumi, pemilik cafe For Secret. Wanita itu mendesah pelan melihat pelanggan selanjutnya adalah pelanggan setianya yang menyebalkan (menurutnya).

"Nggak boleh mendesah sama pelanggan, ntar pelanggan nya kapok dan nggak mau ngopi di sini lagi, lo yang rugi." Seru Julian melihat reaksi Rumi yang langsung berubah saat berhadapan dengannya.

"Mau pesan apa? Seperti biasa kan?" Tanya Rumi segera mencatat pesanan Julian pada tab dan menyebutkannya pada salah satu staff cafe-nya yang bertugas.

Tidak ingin mengganggu Rumi yang tengah sibuk, Julian segera beranjak mencari meja yang kosong, biasanya ia duduk di dekat pintu masuk karena disanalah ia bisa memperhatikan Rumi dari dekat, tapi dikarenakan meja tersebut sudah terisi, terpaksa lah ia harus mencari meja lain, dan pilihannya jatuh pada meja di pojok dekat jendela, posisinya sangat jauh dari meja kasir, tapi tidak masalah,  ia masih bisa memperhatikan Rumi dari jauh dengan jelas.

Hari sudah mulai petang, jam makan siang sudah lewat, dan cafe pun sudah agak renggang tidak seramai tadi, hanya ada beberapa pengunjung yang datang dan masih setia duduk di cafe, terutama Julian yang memang sengaja menunggu waktu ini.

Hari ini ia belum sempat mengganggu Rumi karena wanita itu terus sibuk sedaritadi dan inilah waktunya. Ia berjalan menghampiri Rumi yang masih setia berdiri di meja kasir, menghitung pendapatan cafe.

"Serius banget kak ngitungnya." Godanya melihat wajah serius si pemilik cafe itu.

"Ajun, data pemasukan kemarin mana?" Tidak berniat membalas godaan Julian padanya, Rumi lebih memilih untuk bertanya pada staff-nya yang sedang sibuk berseni pada kopi, "Udah gue simpen di kantor lo."

"Rum, lo pulang, istirahat aja sana, gue tau semalam lo pasti begadang lagi kan. Lagipula cafe udah nggak terlalu rame kok, bisalah kita tangani sendiri." Titah Ajun, ia tau bosnya memiliki masalah dalam tidur dan ia tau malam kemarin Rumi kembali begadang di kantor hingga larut malam bahkan sampai tidak pulang kerumah.

Karena masalah tidurnya, Rumi seringkali begadang hingga tertidur di kantor. Ajun tau karena ia sudah beberapa kali memergoki Rumi yang tidur di kantor dengan keadaan meja yang berantakan.

Rumi mengangguk, ia sendiri juga menyadari tubuhnya memang sudah sangat lelah dan butuh istirahat yang cukup. Ia menepuk pundak Ajun sebelum beranjak ke kantornya untuk mengambil tas.

This Oneshoot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang