Don't Be a Stranger (End)

2 0 0
                                    

"Lo kenapa sih al? Daritadi gue perhatiin diem mulu nggak ikut nimbrung ngobrol." Tanya Zora, sebenarnya ia sudah menyadari sikap Aliya yang sedikit berbeda sejak pagi tadi di sekolah, gadis itu lebih banyak diam dan terus melamun, jika ditanya pun dia hanya menggeleng lesu.

Saat ini mereka kumpul seperti biasanya, tapi kali ini bukan lagi di rumah Laura, melainkan di rumah Aliya.

"Gue putus sama Arsen"

"Ohh, kirain apa." Aliya mendelik terkejut mendengar balasan Laura yang diluar ekspektasinya, "Kok gitu lo jawabnya."

"Ya terus, lo berharap gue ngapain? Meluk lo dan nenangin lo gitu?"

"Kan udah dulu. Lagipula ini bukan yang pertama kalinya kan, kalian kan hubungan nya sering putus nyambung, tunggu aja nanti, nggak lama lagi juga kalian bakal balikan lagi. Udah capek gue, ntah, itu lo atau dia yang mutusin, pasti ujung ujungnya bakal balik lagi." Sambung Laura lagi, dirinya memang sudah benar benar muak dengan hubungan percintaan temannya yang satu ini, sudah beberapa kali diberi nasihat pun tetap sama saja, tidak ada satu nasihat pun yang dia dengar.

"Tapi gue nggak yakin kali ini kita bakal balik lagi." Balas Aliya lesu.

"Dulu juga lo bilangnya gitu, tapi buktinya apa?" Sahut Zora.

"Dulu itu karena gue yang mutusin, tapi sekarang Arsen yang mutusin gue, dia bilang dia muak karena ulah kalian juga."

"Lah kok kita?" Timpal Laura tak terima.

"Iyalah, kalian kan sering berpikiran buruk soal Arsen dan itu buat dia nggak nyaman."

"Loh, tapi itu kan emang faktanya, semua orang di sekolah juga pada tau kok kelakuan buruk tuh orang." Sahut Zora membela diri.

"Kelakuan buruk apa sih yang kalian maksud? Soal Arsen yang sering bolos? Suka merokok? Atau apa? Itu kan, hal yang biasa buat cowok, lagian masih banyak kok cowok yang kelakuannya lebih buruk dan lebih nakal dari Arsen, lebih parah malahan, contohnya Dion dan Asta, crush kalian, mereka juga nggak beda jauh kan sama Arsen."

"Lo kok jadi bawa bawa crush gue ya?" Tanya Zora tak terima nama gebetannya dibawa bawa, "Kan yang kita bahas disini Arsen, kenapa Dion jadi lo bawa bawa."

"Heem, bener itu. Lagian kita nasihati lo juga kan demi kebaikan lo sendiri, kita nggak mau lo terus terusan disakiti dan dipermainkan sama tuh cowok."

Aliya tertawa sumbang mendengar ucapan Laura, "Kalian jangan sok tau deh."

"Lo lupa atau pura pura lupa? Berapa kali coba lo ngeluh, nangis nangis ke kita gara gara tuh cowok? Ratusan kali, dan lo bilang kita sok tau?"

"Terserah deh lo maunya gimana, capek gue." Laura bangkit dari ranjang dan mengambil semua barang barangnya yang tergeletak di bawah, "Gue mau balik, zor, rum, kalian mau ikut nggak?" Zora beranjak mengikuti Laura sementara Rumi, dia terlihat kebingungan harus bagaimana, ingin mengikuti Laura dan Zora, tapi disisi lain dirinya juga tidak tega pada Aliya.

"Rumi! Lo mau ikut atau nggak?!" Rumi terkesiap saat Laura berteriak padanya, "Kalian duluan aja, gue perlu ngomong sebentar sama Aliya."

Setelah keduanya pergi, Rumi duduk mendekat pada Aliya yang membuang muka darinya, ia menghela nafas, jujur, ia juga sebenarnya tidak menyukai Arsen sama seperti Laura dan Zora, hanya saja ia tidak seterang terangan mereka dan terus mencoba menerima hubungan Aliya.

"Cerita sama gue, sekarang lo putus karena apa?" Tanya Rumi berusaha menjaga nada suaranya agar Aliya tidak merasa tersinggung dan kembali membeludak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

This Oneshoot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang