Hari yang Sial

3 1 0
                                    

"Pfuffhh... " Hembus nafasku saat sudah duduk di dalam Bus.

Mengarahkan pandanganku kearah luar, menatap ramainya orang-orang di jalanan.

Sial sekali rasanya hari ini mulai dari aku yang kecewa akan sikap Vino sampai dengan kecelakaan di jalan tadi.

Ingin rasanya aku cepat-cepat pulang, bisa merebahkan tubuh lelah ini di atas kasur yang empuk sembari memeluk boneka lembut kesukaanku.

"Tuhan aku berharap suatu hari nanti aku dan Vino bisa baikan lagi dan kami bisa sama-sama nantinya." Batinku terus menatap lurus keluar jendela Bus.

Ditengah-tengah asiknya dengan fikiranku serta pemandangan kota yang ramai, Bus yang ku tumpangi berhenti.

Dari balik pintu yang terbuka, aku dapat melihat seorang nenek-nenek juga ikut naik. Semua kursi Bus telah penuh dan tak ada yang kosong dan juga tak ada satupun yang mau memberikan kursi pada nenek itu.

"Nek!" Panggil ku pada nenek itu.

"Iya nak." Jawabnya tersenyum hangat.

Tubuh tua renta namun juga terlihat sehat dan kuat, walau begitu usia yang sudah renta juga tak mungkin bagi orang setua nenek itu untuk berdiri di dalam perjalanan Bus.

"Mari sini duduk nek, biar saya yang berdiri."Tawarku pada nenek itu. Walau awalnya nenek itu menolak tawaran ku, namun karena kegigihan dan beberapa alasan, akhirnya nenek itu mau juga duduk di kursi. Kasihan juga kalau usia seperti itu harus berdiri.

"Makasih ya nak." Ucap nenek itu setelah duduk di kursi ku tadi.

"Sama-sama nek." Ku berikan senyum yang tulus padanya.

Kembali aku berdiri dengan baik sembari berpegangan pada gantungan yang ada pada Bus itu.

"Nak!" Panggil nenek itu kepadaku.

Ku alihkan pandanganku pada nenek yang sekarang sudah duduk dikursi ku tadi. "Iya nek?" Jawab ku padanya.

"Ada masalah?" Tanyanya pada ku.

Sedikit kaget aku dengan pertanyaan itu, bagaimana bisa nenek itu tau kalau aku ada masalah.

Ku gelengkan kepala dan memberikan senyuman yang tulus untuk menyembunyikan rasa yang ku rasakan.

Nenek itu justru tertawa melihat apa yang aku lakukan. "Tak perlu ragu dengan perasaan mu, selama itu benar maka lakukanlah. Dan juga yang perlu kamu ingat nak! Percayalah selepas hujan badai akan ada pelangi yang cerah." Wejangannya.

Ku cerna semua ucapan nenek itu, walau tak terlalu paham akan maksud nenek itu, tapi aku yakin suatu saat aku akan menemukan jawaban dari itu semua.

Tak terasa Bus telah berhenti kembali dan kali ini adalah alamat ku.

"Makasih ya nek. Akan aku ingat pesan nenek." Ucapku sebelum pergi turun.

"Lapangkan hatimu dan percaya pada diri sendiri ya nak." Ucap nenek itu.

Ku anggukan kepala sembari melanjutkan langkah ku turun dari Bus. Selah turun kembali ku langkahkan kaki menuju rumah.

Lagi sebelum sampai di rumah, saat langkah kaki yang ku langkahkan dan tangan yang ku ayunkan kembali terhenti saat sebuah mobil berhenti di sebrang sana.

Ku tatap orang yang di sebrang sana, cukup beberapa saat kami beradu pandang samapai akhirnya seorang wanita muncul di belakang pria itu.

Wanita itu tersenyum kepada ku. "Key! Sini." Panggilnya pada ku.

Cukup ragu kaki ini di langkah, namun karena merasa segan pada wanita itu, akhirnya ku beranikan diri melangkah kesana.

Di saat diri ku hampir sampai , pria itu langsung berbalik dan akan pergi dari tempatnya tadi. Akan tetapi langsung di tahan oleh wanita yang disampingnya.

Friend's or DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang